Liputan6.com, Jakarta - Tak sedikit orang sibuk merencanakan acara tahun baru dengan pelesir, makan-makan, atau kumpul keluarga.
Padahal, menutup tahun 2024 dan menyambut 2025 juga bisa dilakukan dengan bertaubat kepada Allah.
Baca Juga
Menurut Alumni Pondok Pesantren Ishlahul Muslimin Lombok Barat dan Pegiat Kajian Keislaman, Muhaimin Yasin, manusia adalah hamba Allah yang tidak mungkin terlepas dari dosa dan kesalahan, baik disengaja maupun tidak. Dalam aktivitas sehari-hari yang berhubungan dengan sesama manusia, kerap kali tingkah laku dan tutur kata yang terlontar dapat menyakiti.
Advertisement
“Begitu juga yang kaitannya dengan Allah, betapa banyak perintah dan larangan yang tidak diindahkan. Oleh karena itu, sebagai seorang manusia yang berlumuran dosa, mari kita bersama-sama menutup perjalanan selama setahun ini dengan bertaubat, dan memulai hidup dengan harapan baru yang lebih baik dan bermakna,” ajak Muhaimin melalui tulisan di laman NU Online, dikutip Jumat (27/12/2024).
Menyambut 2025, ia mengingatkan sesama Muslim untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah dengan sebenar-benar takwa. Sungguh, takwa merupakan perintah dari Allah. Sebagaimana firmannya dalam Al-Qur’an:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا اتَّقُوْا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim,” (QS. Ali Imran [3]: 102).
Renungkan Amal Perbuatan Setahun Terakhir
Momen pergantian tahun juga dapat diisi dengan renungan, memikirkan kembali apa saja hal yang baik dan buruk yang telah dilakukan selama 2024.
“Cobalah kita bermuhasabah sejenak, bertafakur dan introspeksi, tanyakan kepada diri masing-masing, apakah sepanjang tahun ini amal ibadah kita lebih banyak jika dibandingkan dengan amal keburukan dan dosa kita?”
Jika ternyata kebaikan lebih sering dikerjakan ketimbang keburukan, maka sudah seharusnya bersyukur. Namun, jika sebaliknya, maka perlu waspada.
“Waspadalah, wahai saudara-saudara seiman. Sebab, apabila dalam waktu dekat malaikat maut datang mencabut nyawa, sedangkan kita belum bertaubat, memohon ampun kepada Allah, maka kita pasti akan menyesal selamanya,” ujar Muhaimin.
Advertisement
Bertaubat Sebelum Ajal Menjemput
Allah telah memberikan gambaran dalam Al-Quran, betapa menyedihkan orang-orang yang meninggal sebelum sempat bertaubat. Kematian adalah tanda bahwa pintu taubat telah ditutup rapat.
Allah berfirman: وَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ السَّيِّاٰتِۚ حَتّٰىٓ اِذَا حَضَرَ اَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ اِنِّيْ تُبْتُ الْـٰٔنَ وَلَا الَّذِيْنَ يَمُوْتُوْنَ وَهُمْ كُفَّارٌ ۗ اُولٰۤىِٕكَ اَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابًا اَلِيْمًا
Artinya: “Tidaklah taubat itu (diterima Allah) bagi orang-orang yang melakukan keburukan sehingga apabila datang ajal kepada seorang di antara mereka, (barulah) dia mengatakan, ‘Saya benar-benar bertaubat sekarang.’ Tidak (pula) bagi orang-orang yang meninggal dunia, sementara mereka di dalam kekufuran. Telah Kami sediakan azab yang sangat pedih bagi mereka,” (QS. An-Nisa [4]: 18).
Jangan Sampai Terlambat Bertaubat
Al-Baghawi dalam tafsirnya, Ma’alimuttanzil fi Tafsiril Qur’an, menjelaskan bahwa ayat tersebut menegaskan, para pendosa yang terlambat bertaubat dan memohon ampun kepada Allah, maka taubatnya tidak akan diterima.
Terlambat dalam konteks ayat tersebut yakni ketika dirinya berada di ambang maut, ketika sakaratul maut mengintai di balik takdir yang Maha Kuasa.
Sehingga, walaupun seseorang berkata, “Saya benar-benar bertobat sekarang.” Akan tetapi dirinya sudah dalam kondisi sakaratul maut, maka taubatnya sia-sia. Hal inilah yang akan membuat dirinya menyesal selamanya.
Sebab, apabila waktu tersebut telah tiba pada diri manusia, Al-Baghawi menegaskan, bahwa yang tidak beriman tidak akan diterima keimanannya, begitupun yang muslim dan terus menerus melakukan dosa hingga ajal menjelang, tidak akan diterima taubatnya.
Advertisement