Liputan6.com, Jakarta Perceraian adalah keputusan besar yang membutuhkan pertimbangan matang, bukan tindakan impulsif.
Dalam perjalanan hidup pernikahan, tidak dapat dipungkiri bahwa konflik bisa terjadi, bahkan hingga mencapai titik yang dirasa tidak lagi dapat diperbaiki. Namun, mengambil langkah untuk mengakhiri hubungan seharusnya tidak dilakukan dalam keadaan emosi yang memuncak.
Keputusan ini bukan hanya berdampak pada pasangan, tetapi juga pada anak-anak, keluarga besar, dan bahkan diri sendiri di masa depan. Maka dari itu, memutuskan bercerai itu perlu ketenangan diri.
Advertisement
"Intinya adalah jangan mengambil sebuah keputusan emosional, ketika pun memang itu kita tahu misalnya ada masalah yang sudah tidak bisa diperbaiki dan ini perceraian adalah yang terbaik," kata psikolog Nirmala Ika.
Memutuskan bercerai dalam keadaan emosional atau secara sepihak bisa menimbulkan berbagai masalah. Mulai dari stres dan depresi pada pasangan.
Memikirkan perasaan kini dan masa depan bersama itu penting termasuk soal konsekuensi di masa depan. Bila perlu saat pasangan ingin bercerai untuk berkonsultasi dengan pihak profesional. Sehingga nanti keputusan yang diambil adalah terbaik.
Bila sudah mantab bercerai, maka ketika mengumumkan ke keluarga sudah percaya diri.
"Nah, ketika akhirnya kita harus mengumumkan, yang harus kita ingatkan lagi adalah, ini memang sudah keputusan terbaik buat kita, kita sudah tidak bisa," kata Nirmala mengutip Antara.
Jujur Kepada Keluarga
Ketika menyampaikan kabar perceraian kepada keluarga pasti tidak mudah. Namun, Nirmala mengungkapkan bahwa kehadiran keluarga bisa membantu memberikan dukungan.
"Baiknya jujur, dengan jujur kan keluarga juga harapannya lebih bantu memahami ya. Tapi, kalau memang kejujuran itu sulit, kita bisa bilang alasan lain, misalnya yang lebih mudah diterima," kata Nirmala.
Advertisement
Penyebab Perceraian Tersering
Ketidakcocokan kerap menjadi alasan pasangan bercerai. Alasan lain tersering pasangan bercerai adalah perselingkuhan dan komitmen yang kurang.
Psikolog Ann Gold Buscho mengungkapkan ketika seseorang merasa pasangannya mengkhianati sumpah pernikahan, mereka akan merasa bahwa impian dan harapan mereka telah hancur.
Pasangan yang semula saling berharap dan bercita-cita tinggi harus menghadapi realita bahwa harapan mereka tidak terpenuhi. Keputusasaan bisa menyebabkan konflik, perilaku buruk, kecanduan, atau bahkan menarik
Cekcok Terus
Pertengkaran yang intens dan sering dan terjadi dapat merusak pernikahan.
“Pasangan seringkali bertengkar tentang banyak hal. Terkadang mereka terus menerus bertengkar tentang hal yang sama tanpa menemukan solusi,” tutur Buscho.
Menurutnya, hal ini bisa terjadi karena adanya persaingan kekuasaan, ketidakseimbangan atau ketidakjelasan dalam hubungan, atau ketidakjelasan peran.
Advertisement
Faktor Penyebab Perceraian Lainnya
Kondisi Ekonomi
Banyak pasangan memiliki hubungan yang memiliki pandang berbeda terhadap uang atau bagaimana cara menghabiskannya. Hal-hal seperti penghasilan, pengeluaran, tabungan, dan berbagi bisa menjadi alasan perceraian.
Kurangnya Komunikasi
Buscho mengatakan banyak pasangan yang mengaku bahwa mereka tidak bisa berkomunikasi satu sama lain.
“Seringkali mereka bertengkar tanpa hasil yang produktif, tidak jujur, menarik diri, atau bahkan menghindari pembicaraan,” kata Buscho.
Terkadang hal ini berkaitan dengan keterampilan berkomunikasi. Namun, tak jarang ada masalah yang lebih dalam yang pasangan tidak ingin atau takut untuk dibicarakan.
Perselingkuhan
Ketika ada perselingkuhan, luka yang dihasilkan sangat dalam. Apakah luka tersebut bisa sembuh atau tidak tergantung pada kemauan pasangan untuk bekerja keras dalam memperbaiki atau memaafkan.