Liputan6.com, Jakarta - Hari Hijab Sedunia yang kerap diperingati pada 1 Februari lahir dari seorang pengguna hijab yang kerap alami diskriminasi semasa sekolah, Nazma Khan.
Nazma adalah aktivis sosial yang datang ke Amerika Serikat dari Bangladesh pada usia 11 tahun dan menjadi satu-satunya pengguna hijab di sekolah menengah. Dia mengingat pengalamannya sebagai pengalaman yang sulit.
Advertisement
“Tumbuh di Bronx, New York City, saya mengalami banyak diskriminasi karena hijab saya. Di sekolah menengah, saya adalah 'Batman' atau 'ninja.' Ketika saya masuk Universitas, terjadi peristiwa 9/11. Sekarang, saya dipanggil Osama bin Laden atau teroris,” kata Nazma mengutip laman World Hijab Day, Sabtu (1/2/2025).
Advertisement
“Mengerikan sekali. Saya pikir satu-satunya cara untuk mengakhiri diskriminasi adalah jika kita meminta saudara kita untuk merasakan sendiri rasanya mengenakan hijab,” tambahnya.
Pengalaman pahit itu membawanya pada perjuangan untuk menyuarakan hak beragama dan perempuan untuk berhijab.
Peringatan Hari Hijab Sedunia dimulai pada 1 Februari 2013. Ini adalah tanda pengakuan atas jutaan wanita Muslim yang memilih untuk mengenakan jilbab dan menjalani kehidupan yang sopan.
Nazma Khan mengemukakan ide tersebut sebagai sarana untuk menumbuhkan kebebasan pribadi dalam beragama. Momen ini juga dimanfaatkan untuk menyebarkan pemahaman budaya dengan mengundang perempuan dari semua lapisan masyarakat untuk merasakan pengalaman memakai hijab selama satu hari.
Dengan membuka jalan baru menuju pemahaman, Nazma Khan berharap dapat mengatasi beberapa kontroversi seputar perempuan Muslim berjilbab yang kerap mendapat diskriminasi.
Hari Hijab Sedunia Diakui oleh Berbagai Negara
Ada banyak pencapaian sejak dimulainya Hari Hijab Sedunia. Salah satunya adalah pengakuan hari tersebut oleh Negara Bagian New York sejak tahun 2017.
Pada tahun yang sama, House of Commons Inggris menyelenggarakan acara untuk memperingati hari tersebut, yang juga dihadiri oleh mantan Perdana Menteri Inggris Theresa May. Acara ini diselenggarakan oleh Tasmina Ahmed-Sheikh, seorang anggota parlemen partai demokrat Inggris, Scottish National Party (SNP) untuk Ochil dan Perthsire Selatan.
“Mengingat iklim saat ini, Hari Hijab Sedunia menjadi lebih penting. Kita harus tegas dan menyatakan dengan jelas bahwa perempuan mempunyai hak untuk memilih apa yang ingin mereka kenakan, kapan pun, di mana pun, dan dengan cara apa pun,” kata Tasmina.
Advertisement
Dukungan Figur Publik hingga Politisi
Tasmina Ahmed-Sheikh menambahkan, Hari Hijab Sedunia adalah acara yang patut dirayakan dengan bangga, tidak hanya untuk toleransi beragama tetapi juga untuk hak-hak perempuan di seluruh dunia.
Pada tahun 2018, Parlemen Skotlandia juga menyelenggarakan pameran selama tiga hari untuk memperingati hari tersebut.
Banyak politisi termasuk Nicola Sturgeon-mantan Menteri Pertama Skotlandia, menunjukkan dukungannya terhadap Hari Hijab Sedunia.
Selain itu, Dewan Perwakilan Rakyat Filipina pada pembacaan kedua menyetujui rancangan undang-undang yang berupaya mendeklarasikan hari pertama bulan Februari setiap tahun sebagai Hari Jilbab Nasional di Filipina.
150 Negara Ambil Bagian dalam Hari Hijab Sedunia
Diperkirakan orang-orang di lebih dari 150 negara turut mengambil bagian dalam Hari Hijab Sedunia setiap tahunnya.
World Hijab Day atau WHD memiliki banyak relawan dan duta besar di seluruh dunia yang mengadakan acara peringatan guna meningkatkan kesadaran tentang hijab.
Para duta besar ini berasal dari berbagai kalangan. Selain itu, WHD telah didukung oleh banyak individu terkenal dunia termasuk cendekiawan, politisi, dan selebriti di seluruh dunia. WHD telah diliput di media berita arus utama termasuk TIME, BBC, CNN, Al-Jazeera dan Huffington Post, dan lain-lain.
Advertisement