Vidi Aldiano Ungkap Kemungkinan Hentikan Kemoterapi, Apa Alasan di Baliknya?

Liputan6.com, Jakarta Sudah lima tahun Vidi Aldiano menjalani perjuangan melawan kanker. Sejak didiagnosis mengidap kanker ginjal pada 2019, penyanyi berusia 34 tahun ini terus menjalani berbagai pengobatan, termasuk operasi untuk pengangkatan ginjal hingga kemoterapi.

Namun kini, Vidi mengisyaratkan kemungkinan untuk menghentikan terapi yang selama ini menjadi bagian dari perjalanannya sebagai cancer fighter.

Dalam sebuah unggahan terbaru di media sosial pribadinya, Vidi berbagi cerita tentang kondisinya saat ini dan pertimbangan untuk mengakhiri kemoterapi yang merupakan salah satu pengobatan kanker. 

"Ada kemungkinan setop kemoterapi, kalaupun lanjut akan ada side effect (efek samping) parah di badan," kata Vidi.

Vidi mengungkapkan bahwa pengobatan beberapa tahun terakhir punya pengaruh pada kesehatan mentalnya. Ia merasa bahwa perjuangan selama lima tahun ini telah memberikan tekanan yang cukup besar, sehingga ia mulai memikirkan berbagai kemungkinan yang mungkin terjadi jika ia memutuskan untuk menghentikan pengobatan tersebut.

Ia juga mengungkapkan bahwa sedang mengalami pergumulan akan masa depan. Di mana partanyaan 'bagaimana jika' terus bergumul di pikirannya.

Vidi juga merasa sedang banyak stres meski di luar terlihat dirinya sosok yang bahagia dan banyak tertawa.

"Sementara dokter gw bilang bahwa my disease amat rentan terhadap stres. Apapun stressornya harus dihilangkan. Tapi kan hidup pasti ada stresnya ya, tapi penyakit gw ini kalau stres tinggi bisa membuat inflamasi tinggi," tuturnya.

Vidi mengungkapkan bahwa ia bersyukur masih diberi kesempatan untuk hidup. Namun, ia juga tidak tahu bisa sampai kapan terus di dunia.

Maka selagi masih diberi kesempatan, suami dari aktris Sheila Dara ini ingin melakukan hal-hal yang bisa membuat orang lain bahagia.

"Gw enggak tahu ya sampai kapan ada di dunia ini," katanya.

"Tapi gw mau make other people happy through my art atau personal gw entah itu podcast atau apa. I just want to be entertainer yang meringankan hari berat orang lain," tutur pria yang dikenal dengan lagu Nuansa Bening itu.

Kemoterapi merupakan salah satu pengobatan pada pasien kanker dengan menggunakan bahan kimia untuk menghentikan pertumbuhan kanker. 

Tujuan kemoterapi adalah untuk penyembuhan, mengontrol pertumbuhan kanker di tubuh pasien serta meringankan gejala hingga meningkatkan kualitas hidup pasien seperti disampaikan dokter spesialis bedah onkologi Bernard Agung Baskoro dari Siloam Hospital Lippo Village beberapa waktu lalu. 

Pada saat kemoterapi, ada tantangan dan efek samping yang akan dirasakan. Setiap pasien pun akan berbeda-beda tantangan dan efek sampingnya, tergantung penerimaan badan pasien terhadap obat yang diberikan. 

Setelah dikemoterapi, tubuh merespons dengan beragam. Ada yang merespons penuh kemoterapi yakni tumor hilang seluruhnya. Ada juga respons yang parsial, yakni diameter tumor yang berkurang lebih dari 30 persen.

Sayangnya, ada juga yang direspons stabil, yakni hanya sedikit perubahan. Bahkan ada juga progresif, yakni terjadi pembesaran lebih dari 20 persen pada tumor atau malah adanya tumor baru.

Bernard juga mengungkapkan bahwa  kemoterapi akan menimbulkan berbagai efek samping pada tubuh. Seperti rambut rontok, memori menurun, ansieti dan depresi, sariawan, menopause, jantung melemah, mual dan muntah, stress saluran pencernaan, dan sebagainya.

“Ini karena kemoterapi efektif dalam membunuh sel kanker, tapi dia juga dapat mempengaruhi sel-sel sehat yang membelah cepat. Seperti sel rambut, kulit, saluran pencernaan, ini yang menyebabkan berbagai efek samping,” ungkapnya.

Meski ada efek, ia mengungkapkan bahwa seperti orang berjalan kaki yang memiliki risiko tertabrak, begitu juga kemoterapi.

"Fokus kemoterapi tujuannya untuk pengobatan. Jangan takut efek sampingnya. Ibaratnya orang nyebrang, pasti ada kemungkinan tertabrak, tapi ya harus nyebrang untuk sampai tujuan. Jadi fokus pada penyembuhan,” katanya.