Liputan6.com, Jakarta Kanker payudara merupakan jenis kanker yang berkembang di jaringan payudara. Biasanya menyerang di saluran susu (duktal) atau di lobulus penghasil susu.
Meski lebih umum terjadi pada perempuan, kanker ini juga bisa dialami oleh laki-laki. Berdasarkan data Globocan 2022, kanker payudara menempati peringkat pertama sebagai kanker terbanyak di Indonesia.
Mengingat banyak kasus kanker payudara maka muncul pertanyaan penyebabnya. Terkait ini dokter spesialis bedah umum konsultan onkologi Bajuadji mengungkapkan bahwa belum diketahui secara pasti penyebab kanker payudara.
Advertisement
"Tetapi ada beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang terkena kanker payudara," kata Bajudadji yang sehari-hari praktik di Bethsaida Hospital ini.
Faktor risiko kanker payudara tersebut yakni:
- Faktor Genetik: Mutasi pada gen BRCA1 dan BRCA2
- Riwayat Keluarga: Risiko meningkat jika ada anggota keluarga yang pernah menderita kanker payudara.
- Usia: Seiring bertambahnya usia, terutama setelah 50 tahun terjadi peningkatan risiko kanker payudara.
- Hormon: Paparan estrogen yang tinggi dalam waktu lama misalnya menstruasi dini, menopause terlambat, terapi hormon jangka panjang.
- Gaya Hidup: Obesitas, konsumsi alkohol berlebihan, kurang aktivitas fisik, perokok.
- Paparan Radiasi: Terutama terjadi pada usia muda.
Kenapa Skrining Kanker Payudara Penting?
Bajuadji menekankan bahwa bila seseorang terkena kanker payudara bukan berarti vonis akhir. Ia mengatakan bila kanker semakin dini terdeteksi maka semakin besar peluang kesembuhan. Maka dari itu ia pun mengingatkan pentingnya melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) serta pemeriksaan medis kanker payudara.
"Deteksi dini adalah kunci utama dalam penanganan kanker payudara. Dengan skrining rutin seperti mammografi dan USG payudara, kita dapat menemukan kanker dalam tahap awal sehingga peluang kesembuhan lebih tinggi." ujar Bajuadji.
Advertisement
Mengenal Stadium Kanker Payudara
Bajuadji mengatakan bahwa pada stadium nol dan satu kanker payudara maka peluang kesembuhan besar.
Pada stadium 0 (Karsinoma in situ) adalah ketika sel kanker masih terbatas di saluran susu atau lobulus. "Penanganan dengan lumpektomi atau mastektomi untuk mencegah perkembangan lebih lanjut," katanya.
Sementara itu, pada stadium I dimana ukuran tumor ≤2 cm dan belum menyebar ke kelenjar getah bening dapat diatasi dengan Breast Conserving Surgery (BCS) atau mastektomi parsial.
"Pasien memiliki tingkat kesembuhan 98-99%," katanya lagi.
Ketika kanker payudara sudah kategori stadium II dimana tumor lebih besar dari 2 cm atau telah menyebar ke kelenjar getah bening maka penanganan dengan BCS, kemoterapi, atau radiasi. Pada stadium ini tingkat kesembuhan 70-80%.
Pengobatan Kanker Payudara Stadium III: Kemoterapi, Radiasi, Mastektomi
Bajuadji mengungkapkan ketika pasien memiliki tumor berukuran 4-6 cm dengan penyebaran lebih luas ke kelenjar getah bening atau jaringan sekitar maka masuk stadium III.
"Pengobatan meliputi kemoterapi, radiasi, dan mastektomi, dengan tingkat kesembuhan 40-60%," katanya.
Sementara itu, bila kanker payudara stadium IV adalah kondisi ketika kanker telah menyebar ke organ lain (metastasis) ke organ lainnya seperti paru, hati, tulang, otak dan lainnya. Penanganan stadium IV dengan kemoterapi, radiasi, dan pengobatan sesuai kondisi pasien, dengan tingkat kesembuhan 20-30%.
"Setiap pasien memiliki kondisi yang unik, sehingga pengobatan kanker payudara harus disesuaikan dengan stadium dan karakteristik penyakitnya. Oleh karena itu, konsultasi dengan dokter spesialis sangat penting untuk menentukan terapi terbaik bagi pasien," kata Bajuadji.
Advertisement
