Liputan6.com, Jakarta - Sebentar lagi, umat Muslim akan memasuki Ramadan dan menjalankan ibadah puasa selama kurang lebih sebulan penuh. Namun sebelum menjalankan ibadah puasa, jika ada sebagian muslim yang belum membayar utang puasa sebelumnya, maka masih ada kewajiban yang perlu dipenuhi.
Utang puasa Ramadhan muncul karena berbagai alasan syar'i, seperti sakit, perjalanan jauh, haid, nifas, atau kondisi lain yang membolehkan seseorang untuk meninggalkan puasa. Pertanyaannya adalah bagaimana cara melunasinya dan apa hukum menunda kewajiban ini?
Advertisement
Baca Juga
Hal terkait puasa Ramadhan tercantum pada surat Al-Baqarah ayat 183-184. Mengutip penjelasan Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Thoat Stiawan pada laman Universitas Muhammadiyah Surabaya, surat Al-Baqarah ayat 183 dan 184 yang memiliki ketersesuaian (munasabah) yang indah. Ketika Allah mewajibkan puasa, berdasarkan Surat Al-Baqarah:183, Allah kemudian juga menjelaskan tentang beberapa orang yang meninggalkan puasa karena alasan tertentu.
Advertisement
"Maka barangsiapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain. Dan bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin.” (Surat Al-Baqarah:184).
Melalui ayat tersebut, Allah menjelaskan ada 3 orang yang berpotensi punya utang puasa yaitu orang yang sakit (marid), orang yang bepergian (musafir), dan orang yang tidak mampu atau berat menjalankan puasa.
“Untuk alasan sakit dan bepergian, dan alasan ini memperbolehkan seseorang meniggalkan puasa, namun dengan ketentuan membayar utang puasa di luar bulan Ramadhan, sebagaimana maksud Surat Al-Baqarah:183. Jadi, cara membayarnya dengan berpuasa di luar Ramadhan,”jelas Thoat.
Thoat menjelaskan, golongan tersebut juga mencakup perempuan yang menstruasi, sebagaimana hadist Aisyah riwayat Muslim No.789. Imam al-Nawawi dalam mensyarahi hadis Muslim.
“Sementara untuk orang yang tidak kuat atau berat menjalankan puasa, maka wajib membayar fidyah saja, tidak perlu mengganti puasa (qada). Para ulama menjelaskan bahwa orang yang tidak kuat ini adalah orang yang tua renta (al-syaikh al-kabir), sebagaimana Hadis Ibnu Abbas dalam al-Mustadrak Al-hakim No. 1607,” imbuhnya.
Membayar utang puasa Ramadan, baik dengan cara qadha (mengganti puasa) maupun fidyah, keduanya merupakan cara yang sah untuk melunasi kewajiban tersebut.
Cara Membayar Utang Puasa Ramadhan
Ada dua cara utama untuk melunasi utang puasa Ramadhan, yaitu qadha dan fidyah. Qadha adalah mengganti puasa yang ditinggalkan dengan berpuasa di hari lain di luar bulan Ramadhan. Sedangkan fidyah adalah memberikan makanan kepada fakir miskin sebagai pengganti puasa jika seseorang tidak mampu berpuasa karena kondisi fisik yang lemah secara permanen.
Qadha: Mengganti Puasa yang Ditinggalkan
Qadha dilakukan dengan niat yang tulus dan mengikuti semua aturan puasa Ramadhan. Jumlah hari puasa qadha harus sama dengan jumlah hari puasa yang ditinggalkan. Anda dapat mengganti puasa ini kapan saja, sebelum Ramadhan berikutnya atau bahkan setelahnya. Tidak ada batasan waktu untuk membayar utang puasa. Anda juga bisa menggabungkan puasa qadha dengan puasa sunnah, seperti puasa Senin dan Kamis.
Fidyah: Memberi Makan kepada Fakir Miskin
Fidyah diberikan sebagai pengganti puasa jika seseorang tidak mampu berpuasa karena kondisi fisik yang lemah secara permanen, misalnya karena usia lanjut atau sakit kronis. Besaran fidyah bervariasi menurut pendapat ulama, tetapi umumnya setara dengan harga makanan pokok untuk satu orang selama sehari. Pembayaran fidyah tidak menghapus kewajiban qadha jika suatu saat nanti kondisi fisik memungkinkan untuk berpuasa.
Perlu diingat, baik qadha maupun fidyah memiliki ketentuan dan persyaratan masing-masing. Konsultasikan dengan ulama atau ahli agama terdekat untuk memastikan Anda melakukan cara yang tepat sesuai dengan kondisi Anda.
Advertisement
Hukum Menunda Pembayaran Utang Puasa
Menunda atau tidak membayar utang puasa merupakan suatu kewajiban yang harus dipenuhi. Meskipun tidak ada sanksi duniawi yang secara langsung disebutkan, ini merupakan kewajiban kepada Allah SWT yang harus dipenuhi. Menunda pembayaran utang puasa hingga bertahun-tahun tetap merupakan kewajiban yang harus dipenuhi.
Oleh karena itu, sangat dianjurkan untuk segera melunasi utang puasa secepatnya. Jangan menunda-nunda kewajiban ini karena hal tersebut termasuk bentuk ketidakpatuhan terhadap perintah Allah SWT. Segera rencanakan dan laksanakan kewajiban ini agar hati merasa tenang dan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.
Jangan sampai kita lalai dan menunda kewajiban ini hingga ajal menjemput. Segera rencanakan dan laksanakan kewajiban ini agar hati merasa tenang dan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT. Ingatlah bahwa setiap amal ibadah yang kita kerjakan akan dipertanggungjawabkan kelak di hadapan Allah SWT.
