Stres Perburuk Gejala Irritable Bowel Syndrome, Bagaimana Cara Mengatasinya?

Irritable Bowel Syndrome atau IBS adalah gangguan fungsional pada sistem pencernaan yang memengaruhi usus besar.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori Diperbarui 22 Apr 2025, 14:00 WIB
Diterbitkan 22 Apr 2025, 13:00 WIB
Stres Perburuk Gejala Irritable Bowel Syndrome, Bagaimana Penanganannya?
Stres Perburuk Gejala Irritable Bowel Syndrome, Bagaimana Penanganannya? Foto dibuat oleh AI.... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Masalah pencernaan seperti Irritable Bowel Syndrome (IBS) bisa memburuk karena faktor psikologis seperti stres.

Dokter spesialis penyakit dalam konsultan gastroenterohepatologi di RS Siloam Denpasar Bali, I Ketut Mariadi, menjelaskan bahwa IBS adalah gangguan fungsional pada sistem pencernaan yang memengaruhi usus besar.

Kondisi ini menyebabkan perubahan pola buang air besar yang tidak teratur, disertai kram perut, kembung, diare, atau konstipasi (sembelit). IBS bersifat kronis, sehingga dapat memengaruhi kualitas hidup pengidapnya. Meskipun demikian, IBS tidak menyebabkan kerusakan struktural pada usus seperti penyakit radang usus (IBD) atau penyakit celiac.

Lantas bagaimana kaitan stres dengan Irritable Bowel Syndrome?

Sumbu otak-usus berperan penting dalam regulasi sistem pencernaan, sehingga stres dan kecemasan dapat menyebabkan kontraksi usus yang berlebihan atau memperlambat gerakan usus.

“Stres yang berkepanjangan juga dapat meningkatkan sensitivitas usus terhadap rasa sakit dan memperburuk respons sistem pencernaan terhadap makanan tertentu,” kata Dr. dr. I Ketut Mariadi, SpPD, KGEH, FACG, FINASIM dalam keterangan pers, Senin (21/4/2025).

Oleh karena itu, sambungnya, pengidap IBS sering mengalami peningkatan gejala saat menghadapi tekanan emosional atau kecemasan berlebihan. Meskipun tidak sepenuhnya bersifat genetik, penelitian menunjukkan bahwa riwayat keluarga dengan IBS dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami gangguan pencernaan ini.

 

Pengaruh Makanan Terhadap Irritable Bowel Syndrome

Dokter spesialis penyakit dalam konsultan gastroenterohepatologi di RS Siloam Denpasar Bali, I Ketut Mariadi
Dokter spesialis penyakit dalam konsultan gastroenterohepatologi di RS Siloam Denpasar Bali, I Ketut Mariadi. Foto: Siloam Hospitals.... Selengkapnya

Selain stres, faktor makanan juga jadi pemicu atau dapat memperburuk kondisi IBS.

“Makanan tertentu dapat menjadi pemicu utama IBS, terutama yang mengandung tinggi lemak, makanan pedas, produk susu bagi yang intoleran laktosa, serta makanan tinggi FODMAP (Fermentable Oligosaccharides, Disaccharides, Monosaccharides, and Polyols).”

Zat-zat ini sulit dicerna oleh usus kecil dan dapat menyebabkan fermentasi berlebih di usus besar, yang memicu kembung, nyeri, serta perubahan pola buang air besar. Selain itu, konsumsi alkohol, kafein, dan pemanis buatan seperti sorbitol juga dapat memperburuk gejala IBS.

Gejala dan Diagnosis Irritable Bowel Syndrome

IBS merupakan gangguan pada sistem pencernaan yang ditandai dengan nyeri perut serta perubahan pola buang air besar (BAB).

Diagnosis IBS berdasarkan kriteria Rome IV, yaitu apabila pasien mengalami nyeri perut setidaknya sekali dalam seminggu dalam tiga bulan terakhir. Dengan keluhan yang telah berlangsung selama minimal enam bulan, dan disertai dua dari gejala berikut:

  • Nyeri perut berhubungan defekasi (proses BAB).
  • Nyeri perut berhubungan dengan perubahan frekuensi BAB (diare atau konstipasi).
  • Nyeri perut berhubungan dengan perubahan bentuk kotoran (cair, keras atau lembek.

Selain nyeri perut, IBS juga ditandai dengan perubahan pola BAB, seperti diare, konstipasi, atau bahkan kombinasi keduanya secara bergantian. Konsistensi feses juga dapat berubah menjadi lebih keras atau lebih lembek dari biasanya.

Oleh karena itu, dokter perlu melakukan evaluasi menyeluruh terhadap gejala pasien serta mengecualikan kemungkinan penyakit lain dengan gejala serupa sebelum menegakkan diagnosis IBS.

“Tidak ada tes laboratorium atau pencitraan yang secara langsung dapat mendeteksi IBS, tetapi dokter mungkin melakukan pemeriksaan tambahan seperti tes darah, tes tinja, kolonoskopi untuk menyingkirkan gangguan pencernaan lainnya,” jelas I Ketut.

 

 

Bagaimana Pengobatan dan Pengelolaan Irritable Bowel Syndrome?

I Ketut Mariadi menekankan, langkah pertama dalam menangani IBS adalah memastikan diagnosis yang benar.

Pasien juga harus diberikan edukasi mengenai kondisi mereka agar dapat mengelola gejala dengan lebih baik.

Pengobatan IBS berfokus pada pengelolaan gejala melalui perubahan pola makan, manajemen stres, konsumsi obat-obatan, serta aktivitas fisik.

Diet rendah FODMAP sering direkomendasikan bagi pasien IBS karena membantu mengurangi fermentasi berlebih dalam usus yang dapat memicu gejala.

Pengidap IBS sebaiknya menghindari makanan berlemak tinggi, pedas, kafein, alkohol, serta pemanis buatan seperti sorbitol. Selain itu, olahraga seperti yoga dan berjalan kaki juga dapat membantu meningkatkan pergerakan usus dan mengurangi stres.

Karena faktor psikologis berperan dalam IBS, terapi psikologis seperti cognitve behavioral therapy (CBT) juga dapat membantu pengidap mengelola stres dan mengurangi keparahan gejala.

Penggunaan obat-obatan mungkin diperlukan dalam beberapa kasus, tetapi tidak cukup efektif jika tidak diimbangi dengan terapi non-farmakologis seperti perubahan gaya hidup dan manajemen stres.

“Penting bagi pasien untuk memahami bahwa IBS dapat dikontrol dengan pengelolaan yang tepat. Kombinasi antara perubahan gaya hidup, diet, serta pengobatan yang sesuai bisa membantu pasien hidup lebih nyaman,” tutup I Ketut Mariadi.

Infografis Ciri-Ciri Orang Miliki Gangguan Kesehatan Mental
Infografis Ciri-Ciri Orang Miliki Gangguan Kesehatan Mental. (Liputan6.com/Triyasni)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya