Masalah jantung bisa dipicu oleh gaya hidup yang salah, termasuk minuman soda yang berlebihan. Seorang wanita usia 31 tahun warga Monako mengalami masalah irama jantung karena 16 tahun hanya mengonsumsi minuman bersoda. Sehari dia bisa minum sekitar dua liter Cola.
Wanita itu dilarikan ke rumah sakit usai pingsan. Hasil tes darah menunjukkan kadar potasiumnnya rendah. Selain itu, dari uji aktivitas listrik mengungkapkan ia mengalami kondisi yang disebut sindrom QT, yang membuat detak jantung tak menentu.
Sejarah keluarga wanita itu memang mempunyai masalah jantung atau hormon. Tapi, ia mengatakan ke dokter, sejak usia 15 tahun tak pernah minum apa pun selain soda (khususnya Cola).
Usai ke dokter, si wanita itu selama seminggu tak minum soda. Hasilnya, kadar kaliumnya dan aktivitas listrik jantungnya kembali normal.
Menurut peneliti, minum terlalu banyak cola bisa menyebabkan kelebihan air yang masuk ke perut. Pada gilirannya, kondisi itu bisa menyebabkan diare dan hilangnya kalium.
Jumlah kafein yang tinggi bisa meningkatkan produksi urine dan mengurangi reabsorpsi kalium. Padahal, kalium berperan dalam membantu detak jantung seseorang dan rendahnya kalium bisa menyebabkan masalah irama jantung.
Setelah mencari kasus-kasus serupa lainnya, para peneliti menemukan enam laporan akibat konsumsi cola berlebihan. Ini dianggap berkaitan dengan masalah medis yang merugikan, termasuk masalah irama jantung.
"Salah satu pesan yang bisa dibawa pulang adalah ahli jantung perlu menyadari hubungan antara konsumsi cola dan kehilangan kalium," kata Dr Naima Zarqane, dari Princess Grace Hospital Centre di Monako, seperti dikutip Huffington Post, Selasa (26/6/2013)
Peneliti ke depannya diharapkan memeriksa apakah orang yang minum soda berlebihan memiliki kadar kalium lebih rendah dibandingkan yang tidak minum.
Laporan kasus ini disajikan dalam pertemuan European Heart Rhythm Association di Athena, Yunani. (Mel/*)
Wanita itu dilarikan ke rumah sakit usai pingsan. Hasil tes darah menunjukkan kadar potasiumnnya rendah. Selain itu, dari uji aktivitas listrik mengungkapkan ia mengalami kondisi yang disebut sindrom QT, yang membuat detak jantung tak menentu.
Sejarah keluarga wanita itu memang mempunyai masalah jantung atau hormon. Tapi, ia mengatakan ke dokter, sejak usia 15 tahun tak pernah minum apa pun selain soda (khususnya Cola).
Usai ke dokter, si wanita itu selama seminggu tak minum soda. Hasilnya, kadar kaliumnya dan aktivitas listrik jantungnya kembali normal.
Menurut peneliti, minum terlalu banyak cola bisa menyebabkan kelebihan air yang masuk ke perut. Pada gilirannya, kondisi itu bisa menyebabkan diare dan hilangnya kalium.
Jumlah kafein yang tinggi bisa meningkatkan produksi urine dan mengurangi reabsorpsi kalium. Padahal, kalium berperan dalam membantu detak jantung seseorang dan rendahnya kalium bisa menyebabkan masalah irama jantung.
Setelah mencari kasus-kasus serupa lainnya, para peneliti menemukan enam laporan akibat konsumsi cola berlebihan. Ini dianggap berkaitan dengan masalah medis yang merugikan, termasuk masalah irama jantung.
"Salah satu pesan yang bisa dibawa pulang adalah ahli jantung perlu menyadari hubungan antara konsumsi cola dan kehilangan kalium," kata Dr Naima Zarqane, dari Princess Grace Hospital Centre di Monako, seperti dikutip Huffington Post, Selasa (26/6/2013)
Peneliti ke depannya diharapkan memeriksa apakah orang yang minum soda berlebihan memiliki kadar kalium lebih rendah dibandingkan yang tidak minum.
Laporan kasus ini disajikan dalam pertemuan European Heart Rhythm Association di Athena, Yunani. (Mel/*)