Tabir Surya, Mengamankan Tapi Juga Membahayakan

Sinar matahari dapat membuat wajah kemerahan bahkan iritasi, untuk itu perlu perawatan sebab wajah menjadi aset setiap orang.

oleh Kusmiyati diperbarui 11 Agu 2013, 10:00 WIB
Diterbitkan 11 Agu 2013, 10:00 WIB
kulit-kering-130529b.jpg
Bila kita ingin menghindari paparan langsung sinar matahari dapat menggunakan topi atau pelindung wajah lainnya. Untuk hasil maksimal penggunaan tabir surya penting untuk mencegah kerusakan kulit dan tanda-tanda penuaan.

Sinar matahari dapat membuat wajah kemerahan bahkan iritasi. Untuk itu perlu perawatan sebab wajah menjadi aset setiap orang.

Salah satu eksperimen pertama menunjukkan bahwa panas matahari dapat membakar kulit. Penelitian ini dilakukan dokter Inggris, pada tahun 1820, Sir Everard Home dikutip Huffingtonpost, Minggu (11/8/2013).

Kemudian pada 1889, Johan Widmark membuktikan bahwa sinar ultraviolet yang menyebabkan kemerahan pada kulit saat terbakar matahari.

Tabir surya mengalami perkembangan mulai dari krim, losion hingga alat semprot. Dan kemungkinan suatu hari dapat berupa pil.

Berikut lima hal menarik mengenal tabir surya, yaitu:

1. Awal Tabir surya

Terlepas dari payung dan topi, budaya kuno menggunakan berbagai sunscreen terbuat dari ekstrak herbal atau remah mineral untuk melindungi terhadap sinar matahari. Ini tabir surya awal termasuk bahan-bahan seperti minyak dedak padi atau tanah liat.

Di masa yang lebih kontemporer, tabir surya yang dikembangkan dari ekstrak berangan kuda pada 1910an. Kemudian 1930, Ambre Solaire mengenalkan tabir surya berminyak yang lebih mudah untuk diterapkan ke kulit.

Pada tahun 1940, The U.S. Army and Air Force meminta The American Medical Association untuk memberikan nasihat tentang tabir surya yang paling efektif untuk tentara.

Peneliti menguji efektivitas dari 12 senyawa dan menyimpulkan bahwa warna merah pada hewan petrolatum dapat menjadi tabir surya efektif yang tahan air.

2. Cara Tabir Surya Bekerja

Tabir surya dapat dibuat dari dua jenis bahan yaitu partikel anorganik, seperti titanium dioksida atau seng oksida, dan komponen organik, seperti ekstrak herbal atau senyawa seperti oksibenzon.

Partikel dalam tabir surya memberikan perlindungan fisik terhadap sinar UV dengan memantulkan sinar matahari. Komponen organik menyerap sinar UV dan melepaskan energi mereka sebagai panas untuk memberikan perlindungan kimia.

Profesor Ahli Dermatologi dari Universitas Negeri Ohio, Dr Shannon Trotter, mengatakan penggunaan kedua jenis bahan tersebut membuat kinerja tabir surya optimal.

Kebanyakan tabir surya saat ini memiliki kedua jenis bahan tersebut. Konsep faktor perlindungan matahari (SPF) diperkenalkan pada tahun 1960.

SPF menunjukkan berapa lama tabir surya melindungi kulit. Dokter merekomendasikan SPF 15 dan SPF 30. SPF yang lebih tinggi mungkin tidak benar-benar memberikan perlindungan lebih lama, terutama karena krim biasanya dicuci atau diserap setelah dua jam.

3.  Tabir surya Spray atau Semprot

Food and Drug Administration (FDA) di Amerika Serikat baru-baru ini memperingatkan soal penggunaan tabir surya semprot agar tidak digunakan di dekat api terbuka. Dalam lima insiden, orang yang mengenakannya mengalami luka bakar serius karena berada dekat sumber api.

Meskipun produk spesifik yang terkait dengan kasus ini telah ditarik dan tidak ada lagi. Tabir surya bentuk spray memiliki kemungkinan mengandung bahan-bahan yang mudah terbakar seperti seperti alkohol, dan bisa terbakar jika terlalu dekat dengan api.

Trotter mengatakan tabir surya spray efektif jika diterapkan dengan benar. "Beberapa orang menyemprotnya terlalu jauh dan hanya mendapatkan kabut," katanya.

Keprihatinan lain dengan semprotan adalah toksisitas. FDA sedang menyelidiki risiko kesehatan sengaja menghirup spray-on tabir surya. Trotter dianjurkan menggunakan losion untuk area dekat mulut dan menggunakan spray untuk daerah yang ditumbuhi rambut di mana sulit untuk menerapkan krim.

(Mia/Abd)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya