Inilah Kenapa Ada Wanita yang Mudah Gemuk dan Sulit Hamil!

Polycystic Ovary menurut Dr. caroline mempengaruhi kesuburan wanita sehingga akan mengalami kesulitan hamil.

oleh Kusmiyati diperbarui 17 Jan 2014, 17:45 WIB
Diterbitkan 17 Jan 2014, 17:45 WIB
dokter-caroline-130906b.jpg
Ada satu kondisi yang menyebabkan seorang wanita gampang mengalami kegemukan dan sulit hamil, yakni bila  Polycystic Ovary (PCO) atau ketidakseimbangan hormon menyerangnya.

Demikian dikatakan Spesialis Kebidanan dan Kandungan Konsultan Subspesialis Fertility dan Hormon Reproduksi Ahli Bedah Laparoskopi, Kiel, Jerman, Dr. Caroline Tirtajasa, Sp.OG(K).

Menurut dr. Caroline, dampak jangka panjang PCO adalah infertilitas atau sulit hamil. Selain itu juga berisiko sindroma metabolik seperti hipertensi, diabetes, hiperkolestrolemia, hipertrigliseridemia, dan Obesitas.

PCO atau yang dikenal dengan Ovarium Polikistik merupakan kondisi ketidakseimbangan hormonal yang menyebabkan sel telur tetap kecil, tidak ada yang berkembang menjadi sel telur besar dan matang agar bisa dibuahi sel sperma.

"Dengan kata lain, peristiwa ovulasi atau pecahnya sel telur yang matang tidak terjadi, sehingga tidak mengherankan penderita PCO datang ke seorang ahli fertilitas dengan keluhan sulit hamil dan mens yang tidak teratur. Ketidakseimbangan hormon yang sering terjadi pada penderita PCO adalah peninggian hormon LH dan testosteron, resistensi terhadap kerja hormon insulin dan hormon leptin," kata Dr. Caroline, Jumat (17/1/2014).

Sama seperti yang ditulis Dr. Caroline dalam artikel pribadinya yang diterima tim Health Liputan6.com, Jumat (17/1/2014), peninggian hormon LH dan testosteron menyebabkan beberapa penderita PCO mempunyai tanda-tanda hiperandrogenik seperti tumbuhnya bulu halus di atas bibir, dada, kaki, tangan, perut atau sekitar dagu, punggung dan payudara, adanya jerawat berlebih di wajah maupun dada dan punggung, kulit wajah dan kepala yang berminyak.

"Dua pertiga pasien PCO mempunyai indeks massa tubuh berlebih atau gemuk. Lemak yang berlebih ini memproduksi hormon Leptin. Pada orang normal, adanya hormon Leptin yang berlebih akan mencegah seseorang makan berlebih saat kondisi kecukupan kalori sudah tercapai. Lain halnya dengan PCO yang menyebabkan kondisi resistensi leptin yaitu kondisi dimana leptin tidak dapat bekerja sehingga pasien PCO cenderung makan terus meski kecukupan kalori telah tercapai," katanya.

Dr. Caroline menambahkan dengan kata lain kondisi resistensi leptin ini menyebabkan ambang rasa kenyang yang tinggi atau sulit merasa kenyang. Hal ini juga yang menyebabkan pasien PCO jatuh dalam obesitas atau kegemukan dan diabetes.

Interaksi antara hormon reproduksi dengan insulin dan leptin menyebabkan ketidakseimbangan hormonal yang kompleks yang harus diterapi satu demi satu agar kondisi hormon yang optimal dapat tercapai sehingga sel telur mau berkembang dan pecah (ovulasi).

"Resistensi leptin inilah yang bertentangan dengan hormon reproduksi sehingga para penderita PCO mengalami sulit hamil. Terapi hormon membutuhkan waktu berbulan-bulan, kadang bertahun-tahun, tergantung seberapa berat kondisi ketidakseimbangan hormonal yang terjadi, yang tentunya berbeda-beda pada setiap pasien PCO," kata Dr. Caroline.

Menurutnya, pasien PCO umumnya datang ke dokter kandungan (ahli fertilitas) dengan keluhan haid tak teratur atau sudah lama menikah tapi tidak kunjung hamil. Diagnosis PCO ditentukan berdasarkan ditemukannya dua dari tiga gejala klinis yaitu mens yang tidak teratur, tanda-tanda hiperandrogen, dan gambaran indung telur yang polikistik pada pemeriksaan USG.

"Setelah ditemukannya gejala klinis kemudian dilakukan pemeriksaan profil hormon untuk menentukan apakah ada resistensi Insulin, peninggian hormon LH atau kelainan hormon reproduksi yang lainnya. Penderita PCO meskipun tidak ingin hamil tetap harus diterapi,"kata Dr. Caroline.

Respons pengobatan yang baik akan terlihat dari mulai teraturnya siklus haid dan membesarnya sel telur jika dirangsang. "Jika tetap tidak didapatkan respon yang diinginkan maka terapi selanjutnya dapat ditingkatkan dengan melakukan LOD (Laparoscopy Ovarian Drilling) atau dengan menyuntikkan FSH (Follicle Stimulating Hormone) rekombinan," katanya.

(Mia/Mel/*)

Baca Juga:

Risiko Kematian Bayi Kembar Siam Lebih Tinggi
Antara Inseminasi dan Bayi Tabung, Beda Banget Lho!
Setahun Menikah Belum Punya Anak? Segera Cek ke Dokter!

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya