Binatang lebah merupakan salah satu jenis serangga paling ditakuti manusia karena sengatannya. Meski sedikit menakutkan, tapi lebah mampu mendeteksi kanker pada manusia. Kok bisa?
Lebah memiliki indera penciuman 100 kali lebih sensitif dari hidung manusia. Memiliki 170 reseptor bau, lebah mampu mengenali adanya gas metabolik sama yang dipancarkan oleh sel-sel kanker pada tahap awal penyakit.
Misalnya saja yang dilakukan para peneliti dari University of Georgia. Para peneliti tersebut telah menemukan sebuah perangkat di mana lebah dilatih untuk bergerak ke arah bau tertentu. Peneliti kemudian menggunakan perangkat lunak komputes untuk menganalisis gerakan lebah untuk mentukan pola bahwa bau telah diidentifikasi dengan hasil positif.
Seorang desainer industri dari Inggris, Christina Soares, menerapkan pendekatan akan pelatihan perilaku dalam mengembangkan alat yang diciptakan bernama Bee. Dalam alat kaca tersebut terkandung biomarker penyakit seperti napas pasien, yang nantinya mempermudah kerja Bee untuk mendeteksi penyakitnya.
Dalam sebuah studi yang diterbitkan di dalam jurnal Nature, para peneliti telah merancang mesin yang mampu meniup bau yang dipancarkan dari lima jenis sel-sel kanker payudara berbeda, bersamaan dengan jaringan payudara manusi yang sehat secara in vitro, di atas area yang berisi lalat.
Selanjutnya, dengan menggunakan mikroskop, para peneliti memeriksa pola neon yang terlihat pada antena lalat sebagai reseptor untuk mendeteksi bau.
Temuan seperti ini bukanlah sesuatu yang baru. Di masa lalu, bioengineers telah menciptakan lalat muatan dengan sistem pencernaan fluorescent untuk mempelajari mekanisme di balik sembelit dan retensi air selama kehamilan.
Dikutip dari laman Smithsonianmag, pada Jumat (7/2/2014), para peneliti juga membuat suatu rancangan yang sama untuk mempelajar perkembangan Alzheimer.
(Adt/Abd)
Baca juga:
Rokok Juga Hambat Proses Pengobatan Kanker
Kanker Tak Akan Jadi `Penyakit Mahal`, Bila?
Mitos tentang Kanker yang Perlu Diluruskan
Di RSCM, Kanker Serviks Paling `Ngetop`
Lebah memiliki indera penciuman 100 kali lebih sensitif dari hidung manusia. Memiliki 170 reseptor bau, lebah mampu mengenali adanya gas metabolik sama yang dipancarkan oleh sel-sel kanker pada tahap awal penyakit.
Misalnya saja yang dilakukan para peneliti dari University of Georgia. Para peneliti tersebut telah menemukan sebuah perangkat di mana lebah dilatih untuk bergerak ke arah bau tertentu. Peneliti kemudian menggunakan perangkat lunak komputes untuk menganalisis gerakan lebah untuk mentukan pola bahwa bau telah diidentifikasi dengan hasil positif.
Seorang desainer industri dari Inggris, Christina Soares, menerapkan pendekatan akan pelatihan perilaku dalam mengembangkan alat yang diciptakan bernama Bee. Dalam alat kaca tersebut terkandung biomarker penyakit seperti napas pasien, yang nantinya mempermudah kerja Bee untuk mendeteksi penyakitnya.
Dalam sebuah studi yang diterbitkan di dalam jurnal Nature, para peneliti telah merancang mesin yang mampu meniup bau yang dipancarkan dari lima jenis sel-sel kanker payudara berbeda, bersamaan dengan jaringan payudara manusi yang sehat secara in vitro, di atas area yang berisi lalat.
Selanjutnya, dengan menggunakan mikroskop, para peneliti memeriksa pola neon yang terlihat pada antena lalat sebagai reseptor untuk mendeteksi bau.
Temuan seperti ini bukanlah sesuatu yang baru. Di masa lalu, bioengineers telah menciptakan lalat muatan dengan sistem pencernaan fluorescent untuk mempelajari mekanisme di balik sembelit dan retensi air selama kehamilan.
Dikutip dari laman Smithsonianmag, pada Jumat (7/2/2014), para peneliti juga membuat suatu rancangan yang sama untuk mempelajar perkembangan Alzheimer.
(Adt/Abd)
Baca juga:
Rokok Juga Hambat Proses Pengobatan Kanker
Kanker Tak Akan Jadi `Penyakit Mahal`, Bila?
Mitos tentang Kanker yang Perlu Diluruskan
Di RSCM, Kanker Serviks Paling `Ngetop`