Ilmuwan Korea Selatan Klaim Temukan Cara Sel Kanker Jadi Kembali Normal

Ilmuwan Korea temukan cara revolusioner mengembalikan sel kanker jadi normal, membuka harapan baru pengobatan kanker.

oleh Andre Kurniawan Kristi Diperbarui 05 Mar 2025, 09:56 WIB
Diterbitkan 05 Mar 2025, 09:56 WIB
Kanker Anak
Ilustrasi Sel Kanker (credit unsplash/National Cancer Institute)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Penelitian terbaru dari Korea Advanced Institute of Science and Technology (KAIST) membuka harapan baru dalam pengobatan kanker. Para ilmuwan berhasil menemukan cara untuk mengembalikan sel kanker ke kondisi normal tanpa harus membunuhnya, sebuah pendekatan revolusioner yang dapat mengurangi efek samping pengobatan konvensional seperti kemoterapi dan radiasi. Temuan ini berpotensi mengubah paradigma pengobatan kanker yang selama ini fokus pada penghancuran sel kanker.

Studi ini dipimpin oleh Profesor Kwang-Hyun Cho dari Departemen Bio dan Brain Engineering KAIST. Timnya mengembangkan teknologi berbasis pemodelan digital untuk memetakan jalur diferensiasi sel kanker. Dengan mengidentifikasi "sakelar molekuler" yang berperan dalam perubahan sel normal menjadi sel kanker, mereka berhasil mengembalikan sel kanker usus besar ke kondisi lebih sehat tanpa merusak jaringan tubuh lainnya.

"Fakta bahwa sel kanker dapat dikembalikan menjadi sel normal adalah fenomena yang luar biasa. Studi ini membuktikan bahwa reversi tersebut dapat dipicu secara sistematis," ujar Profesor Cho, dikutip dari indiatoday.in. Teknologi ini tidak hanya mengurangi risiko efek samping, tetapi juga bisa diterapkan pada berbagai jenis kanker lainnya di masa depan.

Promosi 1

1. Bagaimana Penemuan Ini Bisa Terjadi?

Selama bertahun-tahun, para ilmuwan berusaha memahami bagaimana sel normal bisa berubah menjadi kanker. Dalam studi ini, tim KAIST menemukan bahwa dalam proses onkogenesis, sel normal mengalami regresi dalam jalur diferensiasinya, yang menyebabkan pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali.

Untuk mempelajari lebih lanjut, mereka menggunakan pendekatan berbasis digital twin untuk memetakan jaringan gen yang bertanggung jawab atas diferensiasi sel. Dengan pemodelan ini, mereka dapat menganalisis secara sistematis bagaimana perubahan pada ekspresi gen dapat mempengaruhi perkembangan kanker.

Setelah menganalisis jalur diferensiasi sel normal, para ilmuwan berhasil mengidentifikasi tiga molekul utama—MYB, HDAC2, dan FOXA2—yang berperan dalam transformasi sel normal menjadi kanker. Dengan menekan aktivitas molekul-molekul ini, mereka menemukan bahwa sel kanker dapat kembali ke keadaan normal.

2. Eksperimen dan Bukti Ilmiah

Tim KAIST tidak hanya mengembangkan model teoritis tetapi juga menguji temuan mereka dalam eksperimen laboratorium dan uji coba pada hewan. Melalui serangkaian uji molekuler dan seluler, mereka berhasil menunjukkan bahwa menargetkan molekul kunci tersebut dapat mengembalikan karakteristik normal pada sel kanker usus besar.

Dalam penelitian yang dipublikasikan di jurnal Advanced Science, eksperimen pada hewan menunjukkan bahwa terapi ini mampu menekan pertumbuhan tumor tanpa menyebabkan efek samping yang biasa terjadi pada pengobatan kanker konvensional.

Dalam penelitian tersebut, mereka menemukan sakelar molekuler yang dapat mengembalikan sel kanker ke kondisi normal dengan menangkap momen transisi kritis sebelum sel normal berubah menjadi kanker yang tidak dapat dipulihkan.

3. Mengapa Pendekatan Ini Revolusioner?

Pengobatan kanker selama ini berfokus pada penghancuran sel kanker, baik melalui kemoterapi, radiasi, atau operasi. Namun, metode ini sering kali menimbulkan efek samping yang berat, seperti kerusakan sel sehat, kelelahan, dan risiko kekambuhan kanker.

Teknologi baru ini justru mengembalikan sel kanker ke kondisi normal dengan mengatur ulang ekspresi gen. Pendekatan ini menawarkan solusi lebih aman karena mengurangi kemungkinan resistensi obat dan efek samping yang berbahaya.

Selain itu, metode ini tidak hanya terbatas pada kanker usus besar. Para peneliti percaya bahwa konsep ini dapat diterapkan pada berbagai jenis kanker lainnya, termasuk kanker otak, yang hingga kini masih menjadi tantangan besar dalam dunia medis.

4. Implikasi Penemuan Ini di Masa Depan

Jika penelitian ini berhasil dikembangkan lebih lanjut, pengobatan kanker dapat berubah secara drastis. Alih-alih menghancurkan sel kanker, dokter dapat menggunakan terapi ini untuk mengembalikan fungsi sel kanker menjadi normal, sehingga pasien bisa terhindar dari dampak buruk terapi konvensional.

Profesor Cho dan timnya saat ini tengah bekerja untuk mengembangkan teknologi ini menjadi terapi yang lebih praktis dan mudah diterapkan. Mereka berharap bahwa dalam beberapa tahun ke depan, teknologi ini dapat diuji dalam uji klinis pada manusia.

"Penelitian ini memperkenalkan konsep baru terapi kanker reversibel dengan mengembalikan sel kanker menjadi sel normal. Penelitian ini juga meletakkan dasar untuk mengidentifikasi target yang tepat untuk pembalikan kanker melalui analisis sistematis lintasan diferensiasi sel normal," tambah Profesor Cho.

5. Tantangan dan Langkah Selanjutnya

Meskipun penemuan ini sangat menjanjikan, masih ada tantangan besar sebelum teknologi ini bisa diterapkan secara luas. Salah satunya adalah memahami bagaimana terapi ini bekerja pada berbagai jenis kanker dan memastikan efektivitasnya dalam jangka panjang.

Selain itu, uji klinis pada manusia perlu dilakukan untuk memastikan bahwa terapi ini aman dan efektif dalam skala yang lebih besar. Jika berhasil, ini bisa menjadi terobosan terbesar dalam dunia pengobatan kanker dalam beberapa dekade terakhir.

Para ilmuwan kini tengah bekerja sama dengan berbagai institusi medis untuk mengembangkan terapi berbasis temuan ini. Harapannya, di masa depan, pengobatan kanker tidak lagi identik dengan kemoterapi yang menyakitkan, melainkan dengan metode yang lebih alami dan minim risiko.

FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)

1. Apakah teknologi ini bisa menggantikan kemoterapi?

Saat ini, penelitian masih dalam tahap awal, tetapi teknologi ini berpotensi menjadi alternatif yang lebih aman dibandingkan kemoterapi.

2. Jenis kanker apa saja yang bisa diobati dengan metode ini?

Penelitian ini fokus pada kanker usus besar, tetapi para ilmuwan percaya bahwa metode ini dapat diterapkan pada jenis kanker lain seperti kanker otak.

3. Kapan terapi ini bisa digunakan secara luas?

Dibutuhkan uji klinis lebih lanjut sebelum terapi ini bisa diterapkan pada manusia, yang mungkin memakan waktu beberapa tahun.

4. Apa keunggulan utama metode ini dibandingkan pengobatan kanker lainnya?

Metode ini menghindari efek samping berat dan berpotensi mengurangi risiko resistensi kanker terhadap pengobatan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya