Sampah yang ada di lingkungan rumah terdiri dari dua jenis, organik dan anorganik. Selama ini, masih sedikit yang mengetahui perbedaan di antara kedua jenis sampah tersebut. Lantas, apa sebenarnya sampah organik dan anorganik itu?
"Sampah organik adalah sampah basah yang ada di rumah. Seperti sayuran basi dan nasi basi. Di bank sampah Malaka Sari, ada program ember komposer, di mana sayuran basi dan nasi basi itu akan dicuci bersih, dan dimasukkan ke dalam ember dan selanjutnya diproses," kata Pencetus Bank Sampah Malaka Sari dan Ketua Jakarta Aksi Lingkungan Hidup Indah (Jali Two), Prakoso kepada Health Liputan6.com di Jakarta Timur, ditulis Sabtu (22/2/2014)
Sampah anorganik, kata Prakoso, adalah sampah-sampah yang dapat didaur ulang seperti botol, kaleng, dan jenis-jenis lainnya.
Selama ini sampah dianggap sesuatu yang tidak berguna sehingga harus dibuang. Padahal sampah dapat menjadi sesuatu yang berguna dan menghasilkan pundi bila si pemilik sampah mahir dalam memilahnya.
Akibat cara pikir ini timbunan sampah di Indonesia luar biasa besar. Bayangkan, secara Nasional, berat timbunan sampah yang menumpuk mencapai 200 ribu ton per hari atau setara dengan 73 juta ton per tahun.
Menurut Prakoso, rata-rata setiap orang menghasilkan sampah 1 kilogram per hari, terdiri dari 17 persen sampah plastik. Namun, sampah organik adalah buangan terbanyak sebesar 67 persen. Sedangkan sampah anorganik sebesar 32,8 persen. Data ini diambil dari komposisi sampah hasil pengukuran di TPST Bantar Gebang pada tahun 2010.
Maka itu, masyarakat harus lebih pintar dalam membedakan mana sampah organik dan mana pula sampah anorganik. Sebab, bila masyarakat itu pintar dalam memilahnya, sampah-sampah itu dapat menjadi sesuatu yang bernilai ekonomis.
"Sampah organik dapat dijadikan kompos, dan sampah anorganik dapat dikelola dengan sistem 3R (reduce, reuse, dan recycle). Selain mengurangi timbunan sampah, masyarakat pun memeroleh penghasilan tambahan," kata Prakoso menerangkan.
Baca juga:
Menengok Bank Sampah Malaka Sari
Bank Sampah Malaka Sari Berstandar `Gold`, Nasabah Lebih dari 300
Bank Sampah Malaka Sari, Percontohan di Dalam dan Luar Negeri
Sampah Tak Selalu Harus Dibuang, Tapi Bisa Menghasilkan
Sampah di Indonesia Paling Banyak Berasal dari Rumah Tangga
Jumlah Sampah di Jakarta Sama dengan Berat 2.000 Ekor Gajah
21 Februari Hari Sampah, Mengenang Tragedi Sampah di Leuwigajah
"Sampah organik adalah sampah basah yang ada di rumah. Seperti sayuran basi dan nasi basi. Di bank sampah Malaka Sari, ada program ember komposer, di mana sayuran basi dan nasi basi itu akan dicuci bersih, dan dimasukkan ke dalam ember dan selanjutnya diproses," kata Pencetus Bank Sampah Malaka Sari dan Ketua Jakarta Aksi Lingkungan Hidup Indah (Jali Two), Prakoso kepada Health Liputan6.com di Jakarta Timur, ditulis Sabtu (22/2/2014)
Sampah anorganik, kata Prakoso, adalah sampah-sampah yang dapat didaur ulang seperti botol, kaleng, dan jenis-jenis lainnya.
Selama ini sampah dianggap sesuatu yang tidak berguna sehingga harus dibuang. Padahal sampah dapat menjadi sesuatu yang berguna dan menghasilkan pundi bila si pemilik sampah mahir dalam memilahnya.
Akibat cara pikir ini timbunan sampah di Indonesia luar biasa besar. Bayangkan, secara Nasional, berat timbunan sampah yang menumpuk mencapai 200 ribu ton per hari atau setara dengan 73 juta ton per tahun.
Menurut Prakoso, rata-rata setiap orang menghasilkan sampah 1 kilogram per hari, terdiri dari 17 persen sampah plastik. Namun, sampah organik adalah buangan terbanyak sebesar 67 persen. Sedangkan sampah anorganik sebesar 32,8 persen. Data ini diambil dari komposisi sampah hasil pengukuran di TPST Bantar Gebang pada tahun 2010.
Maka itu, masyarakat harus lebih pintar dalam membedakan mana sampah organik dan mana pula sampah anorganik. Sebab, bila masyarakat itu pintar dalam memilahnya, sampah-sampah itu dapat menjadi sesuatu yang bernilai ekonomis.
"Sampah organik dapat dijadikan kompos, dan sampah anorganik dapat dikelola dengan sistem 3R (reduce, reuse, dan recycle). Selain mengurangi timbunan sampah, masyarakat pun memeroleh penghasilan tambahan," kata Prakoso menerangkan.
Baca juga:
Menengok Bank Sampah Malaka Sari
Bank Sampah Malaka Sari Berstandar `Gold`, Nasabah Lebih dari 300
Bank Sampah Malaka Sari, Percontohan di Dalam dan Luar Negeri
Sampah Tak Selalu Harus Dibuang, Tapi Bisa Menghasilkan
Sampah di Indonesia Paling Banyak Berasal dari Rumah Tangga
Jumlah Sampah di Jakarta Sama dengan Berat 2.000 Ekor Gajah
21 Februari Hari Sampah, Mengenang Tragedi Sampah di Leuwigajah