Sulandjar, Mantan Chef Kepresidenan Era Soeharto yang Melayani Tamu KTT Non Blok

Pernah memasak untuk Presiden Palestina Yasser Arafat dan Presiden Kuba Fidel Castro.

oleh Dyah Mulyaningtyas diperbarui 25 Okt 2019, 18:45 WIB
Diterbitkan 25 Okt 2019, 18:45 WIB
Sulandjar, Mantan Chef Kepresidenan Era Soeharto yang Pernah Melayani Tamu KTT Non Blok
Warung Pak Lanjar (Sumber: Liputan6.com/Dyah Mulyaningtyas)

Liputan6.com, Jakarta Yogyakarta boleh dibilang sebagai salah satu barometer pendidikan dan wisata nusantara. Tak hanya budaya dan alamnya yang indah, Yogyakarta juga dipenuhi sosok hebat di bidangnya masing-masing. Banyak tokoh lahir dan besar di Yogyakarta. 

Salah satu tokoh itu adalah Sulandjar. Ia adalah pemilik usaha kuliner Warung Pak Lanjar. Nama warungnya memang lebih dikenal publik daripada nama aslinya. Namun ternyata Lanjar, begitu ia biasa disapa, adalah mantan koki kepresidenan era Presiden Soeharto. Pengalamannya cukup banyak soal dunia kuliner, terutama saat menjamu tamu negara.

Beberapa waktu lalu, Liputan6.com mewawancarai Sulandjar. Sosok penuh semangat ini berbagi cerita cukup banyak terkait perjalanan kariernya.

Sulandjar atau yang akrab disapa Lanjar ini memulai karier di dunia kuliner sejak tahun 1978, bermodalkan skill memasak ia mengadu nasib ke Jakarta dan bekerja di salah satu hotel bintang lima yaitu Jakarta Hilton Internasional yang kini berubah menjadi Hotel Sultan. Hotel tersebut pernah populer pada masanya dan menjadi langganan menginap para tokoh dunia, termasuk saat acara KTT Non Blok di era Soeharto.

Lanjar mengatakan, jika perjuangannya menjadi seorang koki tidaklah mudah. Di awal kariernya, ia harus membagi waktu untuk bekerja dan belajar di lembaga kursus karena tidak memiliki background pendidikan kuliner sebelumnya. Namun, usahanya membuahkan hasil hingga membawanya menjadi salah satu koki kepresidenan di era Soeharto. Tak hanya itu, sosok penyabar yang pernah menjabat executif chef ini harus menempuh ujian bertahun-tahun untuk mencapai sertifikat Internasional.

"Masuk ke hotel itu dari level terbawah yakni helper koki. Kita enggak bisa langsung masuk, itu pun kita harus melalui beberapa ujian bisa masuk, tapi kita harus mencari pengetahuan di luar lagi, pagi kerja, sore sekolah. Saya sampai sekarang pun masih membaca terus,” ujar Sulandjar

Memulai dari bawah

Memulai dari bawah
Warung Pak Lanjar (Sumber: Liputan6.com/Dyah Mulyaningtyas)

Akhir era 1970 an, Sulandjar masih berkutat pada tugasnya sebagai helper koki. Pekerjaan itu dilakoninya selama bertahun-tahun hingga akhirnya menduduki posisi chef executive di hotel Jakarta Hilton Internasional. Di hotel itu, Presiden Soeharto sering berkunjung dan mencicipi masakan Landjar. Hingga akhirnya, ia diminta untuk menjadi chef kepresidenan.

“Setiap ada tamu negara, dulu makannya di Jakarta Hilton, mereka makan dan merasakan di lidahnya pas, dan dicari siapa yang masak,” kenangnya.

Sulandjar pun kemudian menjadi chef kepresidenan dan dipercaya untuk menyiapkan aneka menu saat ada tamu kenegaraan. Salah satu yang masih berkesan adalah saat menjamu para kepala negara di dunia pada agenda KTT Non Blok tahun 1992. Saat itu kepala negara yang menikmati masakan Landjar.

“Saya pernah memasak untuk 164 presiden di dunia, diantaranya Presiden Palestina Yasir Arafat, Presiden Kuba Fidel Castro, dan itu belum termasuk Menteri Luar Negeri, staf, paspampres, dan lainnya,” terangnya.

Menurut dia, Presiden Soeharto sangat menyukai masakan Jawa. "Presiden malah justru mintanya urap, kredok. Setiap ada tamu begitu, kita menyediakan makanan khas dari berbagai negara atau daerah,” kenangnya.

Sulandjar memang memutuskan menikah muda. Saat ia belum bekerja di hotel, ia sudah menikah dengan perempuan pujaan hatinya Sumarni. Baginya menikah muda punya banyak keuntungan, salah satunya saat anaknya sudah besar, dia berharap masih bisa menemaninya. Dan keinginannya itu terwujud saat ini. Sulandjar mempunyai dua orang anak yang kini sudah mandir dan bekerja.

Memutuskan berhenti dan kembali ke kampung halaman

Memutuskan berhenti dan kembali ke kampung halaman
Pengunjung menikmati makanan di Warung Pak Lanjar (Sumber: Liputan6.com/Dyah Mulyaningtyas)

Pada 1994 Sulandjar memutuskan untuk pensiun dari chef kepresidenan di Jakarta dan pindah ke kampung halamannya, Yogyakarta. Saat berada di Yogyakarta ia tak berhenti dari dunia kuliner. Ia diminta untuk menjadi chef di Hotel Santika yang baru dibangun kala itu. Namun profesi itu tidak berlangsung lama, dan kemudian ia memilih untuk membuka usaha kuliner sendiri yakni membuka usaha Warung Pak Lanjar.

Berbekal memasak di hotel, pria kelahiran 1858 ini sukses dengan usaha warung makan yang diberi nuansa pedesaan tersebut. Warung Pak Lanjar diambil dari nama panggilannya yaitu Pak Lanjar. Bakmi jowo dan nasi goreng menjadi menu andalan di warung tersebut. Menjadi mantan chef ternama, kini Warung Pak Lanjar adalah salah satu tempat kuliner yang patut dikunjungi.

Ada beberapa prinsip yang selalu dipegang oleh Sulandjar. Menurut dia rasa dalam masakan adalah nomor satu dan harus mengutamakan konsistensi. Jika ada penikmat kuliner datang, Landjar akan menyuguhkan menu bakmi jowo dan nasi goreng yang dimasak sesuai dengan asal pembeli. Seperti ala Timur Tengah, Jepang, dan lain sebagaianya.

Selain itu, ia juga pernah memberikan training memasak di beberapa restoran Indonesia yang ada di luar negeri seperti Brunei, Singapura, Qatar, Mekah, dan Malaysia.

Meski tak lagi melayani Presiden, keluarga besar Soeharto tersebut masih mengunjugi Warung Pak Lanjar. Seperti belum lama ini cucu Soeharto datang dan menikmati masakannya.

Tak berhenti berkarya

Tak berhenti berkarya
Warung Pak Lanjar (Sumber: Liputan6.com/Dyah Mulyaningtyas)

Pria yang kini sudah berusia senja itu mengaku tak ingin berhenti berkarya. Landjar terus belajar dan mencari ilmu tentang dunia memasak. Ia teringat dengan perjuangannya yang penuh dengan pengorbanan. Mantan chef presiden tersebut mengungkapkan kebanggaannya dengan usaha yang ia capai selama ini, namun ia sadar bahwa semua hanyalah titipan.

Meski berkecukupan, Sulandjar mengaku tetap mendidik anak-anaknya dengan laku prihatin. Karena setiap orang harus melalui masa perjuangan untuk bisa sukses. “Meski cukup, saya mengajarkan anak untuk hidup prihatin,” tuturnya.

Selain memasak, Sulandjar juga memiliki hobi membaca. Dari membaca ia merasa hal tersebut adalah jalan menuju kesuksesan. Berusia 62 tahun, Lanjar belum ingin istirahat dan terus mengisi waktu luang dengan memasak.

Ada yang unik dari Warung Pak Lanjar. Yakni hari Senin adalah hari libur untuk karyawan di Warung Pak Lanjar. Hari Senin merupakan hari bersama karyawan. Bahkan, ia kerap mengajak para karyawannya tersebut untuk berlibur di hari Senin.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya