Ciri-Ciri Pithecanthropus erectus dan Sejarah Penemuannya di Jawa

Pithecanthropus erectus termasuk bagian dari sejarah evolusi manusia.

oleh Anugerah Ayu Sendari diperbarui 30 Nov 2021, 08:30 WIB
Diterbitkan 30 Nov 2021, 08:30 WIB
Ilustrasi manusia purba
Ilustrasi manusia purba (sumber: Istockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Ciri-ciri Pithecanthropus erectus termasuk bagian dari sejarah evolusi manusia. Evolusi manusia merupakan teori proses perubahan yang panjang dimana manusia berasal dari nenek moyang yang mirip kera. Teori ini pertama diperkenalkan oleh Charles Darwin.

Dalam evolusi manusia, dikenal sejumlah manusia purba. Ada banyak jenis manusia purba yang tersebar di seluruh dunia sepanjang evolusi manusia. Salah satu jenis manusia purba yang ditemukan di Indonesia adalah Pithecanthropus erectus.

Ciri-ciri Pithecanthropus erectus menjadi cukup menarik untuk dipelajari. Ini karena, dari ciri-ciri Pithecanthropus erectus diperkirakan bahwa spesimen ini merupakan bagian dari “mata rantai yang hilang”. Ciri-ciri Pithecanthropus erectus bisa dilihat dari struktur tengkorak, gigi, dan tingginya.

Ciri-ciri Pithecanthropus erectus memiliki karakteristik yang membedakannya dengan manusia lain. Ciri-ciri Pithecanthropus erectus dianggap merupakan bentuk awal dari manusia modern.

Berikut ciri-ciri Pithecanthropus erectus dan sejarahnya, dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Selasa(30/11/2021).

Sejarah penemuan

Mengintip Pameran Asal Usul Orang Indonesia
Sebuah tengkorak manusia purba pada pameran Asal Usul Orang Indonesia (ASOI) di Museum Nasional Jakarta, Minggu (3/11/2019). Pameran tersebut menampilkan fase perkembangan manusia Homo Erectus Tipik, Homo Erectus Progresif dan Homo Sapiens. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Salah satu teori keberadaan manusia ourba adalah identifikasi bahwa Asia Tenggara adalah tempat lahir manusia, karena di sinilah kera ini hidup. Teori ini yang membawa ditemukannya fosil Pithecanthropus erectus di Indonesia.

Pithecanthropus erectus ditemukan oleh ahli anatomi dan geologi Belanda Eugène Dubois pada awal tahun 1890-an. Melansir Britannica, Dubois melakukan perjalanan ke Asia Tenggara dengan harapan menemukan nenek moyang manusia modern.

Setelah mencari fosil di pulau Sumatera, ia pindah ke Jawa pada tahun 1890. Dengan bantuan dua sersan tentara dan sejumlah narapidana, ia mulai bekerja pada Agustus 1891 di sepanjang Sungai Bengawan Solo di Trinil.

Tengkorak bagian atas ditemukan pada Oktober, dan tulang paha ditemukan kemudian dari lubang yang sama. Dengan sebagian tempurung kepala sebagai bukti otak kecil dan tulang paha yang tampak modern sebagai indikasi postur tegak, Dubois dapat berargumen bahwa ia telah menemukan “mata rantai yang hilang”.

Dubois mengklaim bahwa Pithecanthropus erectus adalah makhluk yang berada di antara posisi evolusionernya antara kera dan manusia. Klaim ini menjadi sangat kontroversial di mata ilmuwan. Namun, banyak juga ilmuwan pada saat itu yang mengajukan teori bahwa Manusia Jawa mungkin merupakan mata rantai yang hilang antara manusia kera dengan manusia modern saat ini.

Fosil yang lebih lengkap kemudian ditemukan di desa Sangiran, Jawa Tengah, sekitar 18 km ke Utara dari kota Solo pada 1936. Fosil berupa tempurung tengkorak manusia ini ditemukan oleh Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald, seorang ahli paleontologi dari Berlin.

Penamaan

Tempat Wisata di Kota Solo
Museum Manusia Purba Sangiran / Sumber: Wikimedia

Dubois pertama kali memberi nama spesies ini, Anthropopithecus yang berarti "manusia-kera". Ia memilih nama ini karena gigi serupa yang ditemukan di Perbukitan Siwalik di India pada tahun 1878 diberi nama Anthropopithecus. Dubois mengganti nama spesimen Anthropopithecus erectus. Dubois kembali mengganti nama spesies ini sebagai Pithecanthropus erectus.

Nama Pithecanthropus erectus berasal dari akar bahasa Yunani dan latin dan memiliki arti manusia-kera yang dapat berdiri. Pithecanthropus erectus juga dikenal sebagai Java Man atau Manusia Jawa. Nama ini meminjam nama genus Pithecanthropus dari Ernst Haeckel, yang telah menciptakannya beberapa tahun sebelumnya untuk merujuk pada "mata rantai yang hilang" antara kera dan manusia.

Ciri-ciri Pithecanthropus erectus

Ilustrasi Tengkorak Manusia Naga
Ilustrasi tengkorak manusia (AFP)

Kapasitas tengkorak

Ciri-ciri Pithecanthropus erectus ditandai dengan kapasitas tengkorak rata-rata 900 cm kubik. Ini lebih kecil dari spesimen H. erectus.

Bentuk tengkorak

Pithecanthropus erectus memiliki tengkorak datar di profil dengan dahi kecil. Ada puncak di sepanjang bagian atas kepala untuk perlekatan otot rahang yang kuat. Tulang tengkorak sangat tebal, alis tebal, dan rahang besar tanpa dagu.

Gigi

Gigi Pithecanthropus erectus sama seperti manusia meskipun dengan beberapa fitur mirip kera, seperti besar, sebagian tumpang tindih gigi taring.

Tinggi

Ciri-ciri Pithecanthropus erectus bisa memiliki tinggi mencapai sekitar 170 cm (5 kaki 8 inci). Tulang paha menunjukkan bahwa pria Jawa berjalan tegak sepenuhnya, seperti manusia modern.

Masa kehidupan

Manusia Jawa mendahului Manusia Peking dan biasanya dianggap agak lebih primitif. Diperkirakan mereka telah menduduki Jawa dari sekitar satu juta hingga 500.000 tahun yang lalu. Namun, tanggal radiometrik yang diperoleh untuk mineral vulkanik di Sangiran menunjukkan bahwa beberapa fosil Jawa mungkin jauh lebih tua, mungkin mendekati usia 1,5 juta hingga 1,8 juta tahun.

Klasifikasi ulang sebagai Homo erectus

Homo erectus
Manekin dari Homo erectus dalam pameran berjudul "Prehistoric Heritage" yang digelar di Museum Nasional, 24 Oktober 2017. (Liputan6.com/Afra Augesti)

Setelah penyelidikan lebih lanjut dari sisa-sisa oleh ahli biologi Amerika, Ernst Mayr pada tahun 1944, Pithecanthropus erectus digolongkan sebagai anggota Homo erectus. Pengklasifikasian ini dilakukan berdasarkan saran Weidenreich yang menyatakan bahwa Pithecanthropus erectus dan Sinanthropus pekinensis terhubung melalui serangkaian populasi kawin silang.

Sebagai bagian dari klasifikasi ulang, Mayr tidak hanya memasukkan Sinanthropus dan Pithecanthropus, tetapi juga Plesianthropus, Paranthropus, Javanthropus, dan beberapa genera lain sebagai sinonim. Ini dilakukan dengan alasan bahwa semua nenek moyang manusia adalah bagian dari satu genus (Homo).

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya