4 Fakta Covid-19 Varian Deltacron di Siprus, Ini Penjelasan Ahli

Seorang peneliti di Siprus menemukan jenis Covid-19 varian Deltacron, diklaim virus ini gabungan varian delta dan omicron.

oleh Ayu Rifka Sitoresmi diperbarui 10 Jan 2022, 14:00 WIB
Diterbitkan 10 Jan 2022, 14:00 WIB
4 Fakta Covid-19 Varian Deltacron di Siprus, Ini Penjelasan Ahli
Ilustrasi virus corona COVID-19, omicron. (Photo by starline on Freepik)

Liputan6.com, Jakarta Pandemi Covid-19 belum berakhir. Setelah beberapa waktu lalu ditemukan varian baru bernama IHU di Prancis, kini varian Deltacron ditemukan di Siprus. Lalu seperti apa fakta dari varian Deltacron?

Seorang peneliti di Siprus menemukan jenis Covid-19 varian Deltacron, diklaim virus ini gabungan varian delta dan omicron. Profesor ilmu biologi di Universitas Siprus, yakni Leondios Kostrikis, menyebut strain "deltacron," muncul karena tanda genetik seperti Omicron dalam genom delta.

Sebenarnya, ini bukan kali pertama muncul rumor soal kombinasi varian Delta dan Omicron. Beberapa waktu lalu, istilah 'Delmicron' juga sempat bikin geger. Diklaim sebagai kombinasi varian Delta dan Omicron, namun hingga kini tidak ada dokumentasi ilmiah yang menguatkan keberadaannya.

Berikut Liputan6.com ulas empat fakta Deltacron yang ditemukan di Siprus, Senin (10/1/2022).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Fakta Deltacron

4 Fakta Covid-19 Varian Deltacron di Siprus, Ini Penjelasan Ahli
Ilustrasi Covid-19, virus corona. Kredit: Miroslava Chrienova via Pixabay

1. Asal Mula Disebut Deltacron

Siprus menjadi negara pertama yang kali menemukan adanya varian baru Covid-19. Varian ini disebut deltacron, gabungan antara varian delta dan omicron. Menurut Profesor ilmu biologi di Universitas Siprus, yakni Leondios Kostrikis, dinamakan deltacron karena secara genetik mirip dengan omicron, sedangkan secara genom lebih mirip delta.

"Saat ini ada koinfeksi Omicron dan Delta dan kami menemukan strain ini yang merupakan kombinasi dari keduanya," kata Kostrikis dalam sebuah wawancara dengan Sigma TV. 

2. Ada 25 Kasus

Dikutip dari laman CNBC, Senin (10/1/2021), menurut laporan disebutkan jika Kostrikis dan timnya telah menemukan 25 kasus virus tersebut. Namun, belum diketahui apakah ada lebih banyak kasus terkait strain tersebut maupun dampaknya.

Dia juga meyakini kemunculan 'Deltacron' akan menyusul varian Omicron. Sebagai bahan penelitian selanjutnya, para peneliti juga mengirim temuan mereka minggu ini ke GISAID, database internasional yang melacak virus, menurut Bloomberg.


Fakta Deltacron Selanjutnya

4 Fakta Covid-19 Varian Deltacron di Siprus, Ini Penjelasan Ahli
Ilustrasi corona covid-19 (Foto: Pixabay/fernando zhiminaicela)

3. Karakteristik Varian Belum Ditemukan

Sebenarnya penelitian lanjutan masih diperlukan soal ini. Merujuk ke kasus temuan, frekuensi infeksi gabungan, ditemukan lebih tinggi di antara pasien dirawat di rumah sakit dibanding tidak. Begitu juga terkait penularan 'Deltacron'.

Menurut Kontrikis mengungkapkan masih belum dipastikan apakah varian ini menular lebih cepat atau malah hilang dengan sendirinya.

"Kita akan melihat di masa depan apakah strain ini lebih patologis atau lebih menular atau apakah akan menang melawan dua strain dominan, Delta dan Omicron," katanya.

4. Kemunculannya Setelah Omicron Menyebar

Diketahui bahwa Covid-19 varian deltacron muncul saat varian omicron menyebar dengan cepat di seluruh dunia, menyebabkan lonjakan kasus infeksi. Amerika Serikat melaporkan rata-rata lebih dari 600.000 kasus baru setiap harinya dalam sepekan, menurut analisis CNBC dengan data dari Universitas Johns Hopkins. Itu meningkat 72 persen dari minggu sebelumnya dan rekor pandemi. Omicron telah sukses menggantikan varian Delta, yang sebelumnya mendominasi.


Mengenal Omicron

4 Fakta Covid-19 Varian Deltacron di Siprus, Ini Penjelasan Ahli
Sejumlah pasien Covid-19 saat menjalani karantina di RSDC Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Kamis (16/12/2021). Menkes Budi Gunadi Sadikin mengumumkan temuan kasus Covid-19 varian Omicron dari pekerja kebersihan di RSDC Wisma Atlet Kemayoran. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Mutasi virus Corona Covid-19, varian Omicron (BA.1) pada penelitian data awal diungkap oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) lebih cepat menular daripada varian Delta. Tak hanya itu, WHO melalui AFP menyatakan varian Omicron dapat melemahkan vaksin Covid-19 yang tersedia.

Bukti awal menunjukkan Omicron menyebabkan “pengurangan kemanjuran vaksin terhadap infeksi dan penularan”, kata WHO dalam penjelasan teknisnya

Penemuan varian Omicron di Afrika Selatan yang dikatakan oleh para ilmuwan lebih cepat bermutasi dan menular ini sudah menyebar ke berbagai belahan dunia. Tercatat di Afrika Selatan varian Delta tak banyak dan di Inggris justru menjadi yang dominan. WHO menyatakan varian Omicron telah menyebar setidaknya ke lebih dari 60 negara di dunia.

Dalam konferensi pers, Jumat (3/12/2021) Kepala Urusan Darurat WHO, Dr. Michael Ryan melalui VOA mengingatkan untuk bersikap hati-hati ketika menyebut kasus varian Omicron yang “ringan” karena menurutnya “fakta bahwa sebagian besar kasusnya ringan mungkin mencerminkan fakta bahwa varian ini merebak di antara orang-orang muda yang sehat.”

Kepala Urusan Teknis Covid-19 di WHO, Maria Van Kerkhove pada kesempatan yang sama menunjukkan sebuah laporan gejala infeksi varian Omicron cukup bervariasi.

Dijelaskan, kasus awal terdeteksi di “kelompok mahasiswa” yang menunjukkan gejala ringan, tetapi menambahkan bahwa mereka adalah “individu yang cenderung lebih muda, dan cenderung menunjukkan infeksi yang lebih ringan.”

Saat ini, varian Omicron telah menyebar di seluruh dunia termasuk Indonesia. Terbaru, Kementerian Kesehatan RI melaporkan jumlah kasus Covid-19 varian Omicron ada sekitar 318 kasus per 7 Januari 2022, terdiri dari 295 kasus impor dan 23 kasus transmisi lokal. Dari jumlah tersebut, diketahui bahwa mayoritas kasus masih didominasi dari pelaku perjalanan luar negeri. 

Menurut Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kemenkes, Siti Nadia Tarmidzi menyebutkan sekitar 99 persen kasus yang dikarantina memiliki gejala ringan dan mayoritas kasus berada di wilayah DKI Jakarta.

"Sebagian besar gejalanya ringan yaitu hanya batuk, pilek, dan demam," terang Nadia.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya