Liputan6.com, Jakarta Senyum menjadi sebuah anugerah bagi setiap orang. Layaknya kebaikan, senyum bisa dibagikan kepada sesama manusia. Meski begitu, senyum bukan hanya sekedar ekspresi bekala. Seperti yang dialami oleh wanita asal New Zealand yang tak bisa mengekspresikan senyum layaknya manusia pada umumnya.
Baca Juga
Advertisement
Ia bernama Tayla Clement yang menderita kondisi langka yang hanya terjadi pada 1 dari 4 juta kasus di dunia. Wanita 24 tahun ini terlahir dengan wajah menderita asam urat. Hal ini membuat bibir dan ekspresi wajahnya sulit untuk digerakkan, terlebih saat dirinya mengekspresikan raut wajah tersenyum.
Kondisi inilah yang membuat hidupnya terasa berat, terlebih ejekan dari teman-temannya. Bahkan dirinya terpaksa keluar dari profesi atletiknya. Namun Clement segera bangkit dan lebih fokus mengejar impian dan mengacuhkan cemoohan.
“Itu tidak selalu mudah. Saya telah menghabiskan bertahun-tahun membenci senyum saya. Saya berharap memiliki senyum normal, berharap saya tidak ada karena itu tampak lebih mudah daripada hidup, tetapi dengan keajaiban, saya masih di sini,” ujar Clement kepada Jam Press.
Diketahui gangguan saraf yang diderita Clement disebut sindrom Moebius. Yang memengaruhi otot dalam mengontrol ekspresi wajah dan gerakan mata. Berikut Liputan6.com merangkum kisahnya dari Jam Press dan New York Post, Minggu (16/1/2022).
Gagal Operasi
Meski gejalanya bisa diobati, apa yang dialami Moebius belum ada obatnya. Pada usia 12 tahun, Clement menjalani "operasi senyum" di mana dokter mentransplantasikan jaringan lunak dari pahanya ke wajahnya dalam upaya untuk mengembalikan senyumnya. Namun, prosedur itu gagal, membuat Clement mengalami wajah bengkak dan memar.
Sejak saat itu, dirinya sering mendapat cemoohan dari teman-temannya. Tak heran, ia merasa mendapat perlakuan berbeda dari guru di sekolahan.
Advertisement
Coba Bunuh Diri 6 Kali
Akibat intimidasi terus-menerus, Clement mulai merasa ingin bunuh diri. Perasaan yang dimulai hanya enam bulan setelah operasinya. Mulai dirinya lulus dari sekolah menengah, Clement telah berusaha untuk mengakhiri hidupnya sendiri sebanyak enam kali.
“Semua yang terjadi sangat mempengaruhi kepercayaan diri dan harga diri saya,” katanya.
Bahkan dirinya mengalami gangguan kesehatan mental (PTSD) pada usia 18 tahun, buntut dari cemoohan dari teman-temannya. Pada saat itulah dirinya resmi keluar dari tim atletik renang.
Namun selepasnya dirinya mendapat panggilan dari Para Athletics of New Zealand dan menjuarai cabang olahraga lempar lembing dalam ajang Victorian State Championships di Melbourne pada tahun 2018. Tahun yang sama Clement juga berhasil meraih kategori gelar juara lempar lembing pada New Zealand National Championship.
Jadi Selebgram
Advertisement