Postinor adalah Kontrasepsi Darurat, Cara Kerja, Dosis, dan Efek Sampingya

Postinor adalah kontrasepsi darurat.

oleh Anugerah Ayu Sendari diperbarui 04 Feb 2022, 15:30 WIB
Diterbitkan 04 Feb 2022, 15:30 WIB
Postinor
Postinor (sumber: wikimedia commons)

Liputan6.com, Jakarta Postinor adalah salah satu jenis kontrasepsi darurat. Dalam kontrasepsi, Postinor adalah merek pil yang mengandung levonorgestrel. Fungsi Postinor adalah untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan.

Sebutan lain dari Postinor adalah morning-after pill, KB darurat, atau Plan B. Biasanya, Postinor harus diminum 12-72 jam setelah berhubungan seks. Sebagai kontrasepsi, Postinor adalah obat yang tak boleh sembarangan.

Postinor adalah kontrasepsi yang juga tak boleh dikonsumsi secara rutin. Di Indonesia, Postinor adalah obat yang hanya dapat dibeli dengan resep dokter. Berikut penjelasan tentang Postinor, dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Jumat(4/2/2022).

Mengenal Postinor

Ilustrasi Meminum Obat Tidur/ Pexels
Ilustrasi Meminum Obat (Foto oleh JESHOOTS.com dari Pexels).

Postinor adalah merek sebuah kontrasepsi darurat. Postinor berbentuk pil yang mengandung Levonorgestrel. Levonorgestrel digunakan untuk mencegah kehamilan setelah hubungan seksual tanpa pengaman. Dalam pemasarannya, ada dua jenis Postinor, Postinor 1 dan 2. Di Indonesia, Postinor yang bisa ditemukan adalah Postinor 2.

Postinor juga sering disebut sebagai morning-after pills, Plan B, atau KB darurat. Obat ini harus diminum 12-72 jam setelah berhubungan seksual. Postinor hanya boleh diminum dalam kondisi darurat.

Sebagai pencegah kehamilan, Kontrasepsi darurat Levonorgestrel tidak dimaksudkan untuk digunakan sebagai bentuk pengendalian kelahiran rutin. Postinor tidak bisa digunakan ketika kehamilan sudah terjadi. Ia juga tidak bisa digunakan untuk mencegah infeksi menular seksual. Postinor bekerja terutama dengan menunda atau mencegah ovulasi.

Cara kerja Postinor

obat
ilustrasi obat | pexels.com/@karolina-grabowska

Postinor adalah obat yang mengandung Levonorgestrel. Levonorgestrel digunakan oleh wanita untuk mencegah kehamilan setelah kegagalan pengendalian kelahiran. Ini bisa terjadi karena tidak menggunakan kontrasepsi, kegagalan kontrasepsi, atau dalam kasus pemerkosaan.

Melansir Medlineplus, Levonorgestrel adalah progestogen sintetik yang bekerja dengan mencegah pelepasan sel telur dari ovarium atau mencegah pembuahan sel telur oleh sperma. Levonorgestrel juga dapat bekerja dengan mengubah lapisan rahim untuk mencegah perkembangan kehamilan. Postinor adalah kontrasepsi darurat dan tidak boleh digunakan sebagai bentuk kontrasepsi biasa.

Dosis Postinor

Kondisi Medis
Ilustrasi Mengonsumsi Obat-obatan Credit: pexels.com/Karolina

Ada dua jenis Postinor, Postinor 1 dan Postinor 2. Postinor yang bisa didapatkan di Indonesia adalah jenis Postinor 2. Keduanya merupakan obat yang sama. Bedanya, Postinor 1 adalah obat dengan dosis tunggal sementara Postinor 2 adalah obat dengan dosis ganda.

Postinor 2 memiliki bahan aktif yang sama dengan Postinor 1 yaitu levonorgestrel progestogen. Postinor 2 tersedia dalam 2 tablet obat dengan dosis 0,75 mg tiap tabletnya yang harus diminum 2 kali.

Satu tablet Postinor-2 harus diminum sebaiknya dalam 12 jam namun tidak boleh lebih dari 72 jam setelah hubungan seksual. Satu tablet lagi harus diminum 12 jam setelah minum tablet pertama. Menurut BPOM, jika terjadi muntah dalam 3 jam setelah pemberian obat, dosis diulang kembali.

Di Indonesia, Postinor adalah obat terbatas. Obat ini termasuk obat keras yang hanya bisa dibeli dengan resep dokter.

Efek samping Postinor

Mengobati Sakit Maag
Ilustrasi Efek samping Postinor Credit: pexels.com/Elly

Melansir Differencebetween, studi klinis telah melaporkan bahwa tablet kontrasepsi darurat ini memiliki tingkat kegagalan kurang dari 1% dan sangat sedikit efek sampingnya. Efek samping termasuk muntah 10-15% dan perdarahan 20-35%. Efek samping ini biasanya muncul ketika meminumnya lebih dari 4 pil dalam satu bulan.

Menurut WebMD, efek samping yang bisa muncul setelah meminum obat ini adalah mual, muntah, nyeri perut, kelelahan, pusing, perubahan perdarahan vagina, nyeri payudara, atau sakit kepala.

Obat ini harus digunakan secara berhati-hati bagi wanita yang memiliki penyakit asma, gagal jantung, hipertensi, migrain, epilepsi, gangguan ginjal, diabetes mellitus, hiperlipidemia, depresi dan dalam kasus tromboflebitis yang ada atau sebelumnya, penyakit tromboemboli atau stroke.

Penggunaan bersamaan dengan ampisilin, rifampisin, kloramfenikol, neomisin, sulfonamid, tetrasiklin, barbiturat, dan fenilbutazon juga dapat mengurangi efek kontrasepsi.

Pemeriksaan medis segera diperlukan apabila efek samping terjadi selama obat digunakan. Ini bisa meliputi nyeri dada yang tajam, batuk berdarah atau nafas pendek dengan tiba-tiba, nyeri pada betis, kehilangan penglihatan seluruhnya dengan tiba-tiba, breast lump, nyeri perut berat, atau kuning pada kulit atau bola mata.

 

Aturan penggunaan kontrasepsi darurat

ilustrasi KB
ilustrasi KB (sumber: freepik)

Penggunaan kontrasepsi darurat diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 97 tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan, Pelayanan Kontrasepsi, dan Pelayanan Kesehatan Seksual.

Kontrasepsi darurat diberikan kepada ibu tidak terlindungi kontrasepsi atau korban perkosaan untuk mencegah kehamilan. Pemberian kontrasepsi darurat harus dilakukan oleh tenaga kesehatan sesuai standar.

Pelayanan kontrasepsi darurat pada ibu yang tidak terlindungi kontrasepsi meliputi kondom bocor, lepas atau salah menggunakannya, diafragma pecah, robek atau diangkat terlalu cepat, kegagalan senggama terputus (misal : ejakulasi di vagina atau pada genitalia externa), salah hitung masa subur, AKDR ekspulsi, lupa minum pil KB lebih dari 2 tablet, terlambat lebih dari 1 minggu untuk suntik KB yang setiap bulan, dan terlambat lebih dari 2 minggu untuk suntik KB yang tiga bulanan

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya