6 Penyebab Konflik Rohingya dan Penjelasannya

Konflik Rohingya terjadi sejak tahun 1991 sampai sekarang.

oleh Laudia Tysara diperbarui 26 Mei 2022, 15:35 WIB
Diterbitkan 26 Mei 2022, 15:35 WIB
Aktivitas Pengungsi Rohingya di Bangladesh
Para pengungsi Rohingya berjalan di kamp pengungsi Jamtoli di Ukhia (22/3/2022). Ratusan ribu orang Rohingya melarikan diri dari Myanmar yang mayoritas beragama Buddha setelah tindakan keras tahun 2017, yang menjadi subjek kasus genosida di pengadilan tertinggi PBB di Den Haag. (AFP/Munir Uz Zaman)

Liputan6.com, Jakarta - Apa yang menjadi penyebab konflik Rohingya di Myanmar? Memahami konflik Rohingya bukan konflik antar etnis biasa, konflik yang terjadi sudah sampai melanggar Hak Asasi Manusia (HAM). Ini berlangsung sejak tahun 1991 sampai sekarang.

Secara nyata, pemerintah Myanmar sudah melakukan diskriminasi. Melansir dari penelitian Sejarah Konflik Rohingya yang dipublikasikan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Universitas Sumatera Utara, ada enam penyebab konflik Rohingya.

Penyebab konflik Rohingya adalah adanya perbedaan status, pemerkosaan, tidak diakui kewarganegaraannya oleh pemerintah Myanmar, adanya diskriminasi budaya, ketimpangan sosial, dan puncaknya saat konflik diberitakan secara internasional pada tahun 2012.

Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang penyebab konflik Rohingya dan penjelasannya, Kamis (26/5/2022).

Penyebab Konflik Rohingya dan Penjelasannya

Anak-Anak Rohingya di Kamp Bangladesh
Pandangan umum dari Kamp Pengungsi Kutupalong di Cox's Bazar, Bangladesh, Senin (22/7/2019). Lebih dari satu juta etnis Rohingya melarikan diri dari Myanmar dan menetap di Kutupalong yang merupakan salah satu kamp pengungsi terbesar di dunia. (MUNIR UZ ZAMAN/AFP)

1. Status yang Berbeda

Penyebab konflik Rohingya adalah status mereka yang berbeda, hingga mereka dianggap sebagai imigran ilegal di Myanmar. Etnis Rohingya adalah penduduk minoritas beragama Islam di Myanmar tepatnya provinsi Arakan (sekarang Rakhine atau Rakhaing).

The UN Refugee Agency pada 2011 menjelaskan etnis Rohingya adalah keturunan campuran (Arab, Moor, Turki, Persia, Mogul dan Pathan), Bengali lokal dan Rakhine. Mereka berbicara versi Chittagonian, dialek regional Bengali yang juga digunakan secara luas di seluruh bagian tenggara Banglades.

2. Pemerkosan Ma Thida Htwe

Penyebab konflik Rohingya adalah pemerkosaan. Ini bermula saat aparat pemerintah melakukan penahanan tiga tersangka atas pembunuhan seorang gadis yang bekerja sebagai tukang jahit dari etnis Rakhine.

Gadis ini bernama Ma Thuda Htwe (27 tahun), putri U Hla Tin dari perkampungan Thabyechaung, Desa Kyauknimaw, Yanbe. Gadis 27 tahun tersebut ditikam sampai mati disertai pemerkosaan oleh tiga orang dari etnis Rohingya.

- Htet Htet (a) Rawshi bin U kyaw Thaung (Bengali/Muslim),

- Rawphi bin Sweyuk tamauk (Bengali/Muslim), dan

- Khochi bin Akwechay (Bengali/Muslim).

Inilah penyebab konflik Rohingya yang membuat aparat kepolisisan Rakhine melakukan penahanan ketiga tersangka secara tidak transparan sehingga menekan amarah kedua etnis.

3. Bukan Kelompok Etnis Myanmar

Penyebab konflik Rohingya adalah anggapan Rohingya bukan kelompok etnis Myanmar. Adanya UU Kewarganegaraan tahun 1982 yang menjadikan Rohingya tidak diakui kewarganegaraannya.

Tentu saja ini membuat nasib etnis Rohingya penuh dengan ketidakpastian bahkan mereka sering mendapatkan perlakuan sadis dari junta militer Myanmar.

Mulai dari penjarahan, pembakaran hidup-hidup, pengrusakan tempat tinggal dan rumah ibadah, pemerkosaan, dan pembunuhan secara sewenang-wenang melalui Operasi Nagamind tahun 1990.

Mengutip dari Waluyo (2013), dijelaskan sebagai akibat karena tidak memiliki kewarganegaraan, etnis Rohingya tidak bisa mengakses pendidikan, layanan kesehatan, dan bahkan pekerjaan yang layak.

Penyebab Konflik Rohingya dan Penjelasannya

Pengungsi Rohingya dari Rakhine State, Myanmar di Bangladesh. (Dokumentasi KBRI Dhaka)
Pengungsi Rohingya dari Rakhine State, Myanmar di Bangladesh. (Dokumentasi KBRI Dhaka)

4. Diskriminasi Budaya oleh Pemerintah

Penyebab konflik Rohingya adalah adanya diskriminasi budaya oleh pemerintahnya. Penduduk Myanmar tidak pernah mengakui warga Rohingya.

Disebut sebagai Muslim Arakan, Muslim Burma, atau Bengal dari Burma adalah nama-nama yang disematkan kepada Rohingya sebagai bahan ejekan. Inilah penyebab konflik Rohingya.

Tidak hanya pemerintah Burma yang mengintimidasi, tetapi junta militer pun menggembar-gemborkan gerakan anti Islam di kalangan masyarakat Buddha Rakhine dan penduduk Burma sebagai bagian dari kampanye memusuhi Rohingya.

Mayoritas masyarakat Rakhine dan Burma menolak mengakui Rohingya sebagai golongan etnis, dan mereka telah ditolak dalam keanggotaan Dewan Nasional Etnis. Etnis Rohingya merasa menjadi golongan kelas kedua sebagai masyarakat tertindas.

Penindasan yang dilakukan bukan tanpa alasan, ini bagian dari wujud kecemburuan antar etnis. Ini karena populasi etnis Muslim Rohingya dalam beberapa tahun terus meningkat dibanding etnis Rakhine.

5. Ketimpangan Sosial

Penyebab konflik Rohingya adalah adalah ketimpangan sosial lainnya. Bukan hanya dilatarbelakangi heterogenitas etnis, penyebab konflik Rohingya juga pengaruh ketimpangan ekonomi, agama, superioritas etnis, dan kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah terutama kebijakan yang mengandung unsur-unsur etnisitas.

Pemerintah Myanmar bahkan menyita tanah warga Rohingya secara paksa untuk membangun model village (perumahan yang dibangun khusus untuk orang-orang beragama Buddha seperti Buddha Rakhine dan orang Buddha lainnya yang sebagian besar berasal dari etnis Burma).

Pemerintah Myanmar juga menggantikan tempat-tempat suci Rohingya dengan monumen bersejarah dan peninggalan Buddha berupa biara, pagoda Buddha dan asrama untuk biksu-biksu Rakhine. Junta militer pun telah memberikan masing-masing tanah Rohingya untuk budidaya pertanian dan peternakan kepada etnis Rakhine.

6. Puncak Konflik saat Diberitakan secara Internasional

Penyebab konflik Rohingya semakin memanas dan memuncak adalah saat konflik antar etnis mereka diberitakan secara internasional pada bulan Juni-Agustus 2012. Pada mulanya, konflik yang terjadi antara etnis Rohingya dan Rakhine belum banyak diketahui oleh dunia luar.

Puncak dari konflik ini ditandai dengan adanya pembakaran besar-besaran terhadap perumahan yang dihuni oleh etnis Rohingya serta penyerangan yang dilakukan oleh kedua belah etnis. Bahkan tentara dan polisi Myanmar diduga ikut memprovokasi kedua etnis dan turut menyerang perkampungan Rohingya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya