Deretan 5 Presiden yang Sempat Merasakan Jeruji Besi Saat Perjuangkan Kemerdekaan

Sepanjang sejarah, ada begitu banyak presiden di belahan dunia dengan latar belakang pejuang atau bahasa kerennya sekarang aktivis.

oleh Fachri pada 19 Jul 2022, 14:00 WIB
Diperbarui 19 Jul 2022, 13:25 WIB
Havana, Cuba.
Ilustrasi seorang presiden. (Foto: Shutterstock)

Liputan6.com, Jakarta Sepanjang sejarah, ada begitu banyak presiden di belahan dunia dengan latar belakang pejuang atau bahasa kerennya sekarang aktivis. Saat muda, ada yang concern dengan isu kemerdekaan, Hak Asasi Manusia, demokrasi, lingkungan, keadilan dalam ekonomi, dan sebagainya.

Terkadang, dalam memperjuangkan prinsip dan idenya, presiden yang berakar dari geliat aktivisme itu kerap mendapatkan aksi yang bersifat represif. Ada yang pernah disiksa, dipenjara, bahkan dibuang.

Perihal jeruji besi, tidak sedikit presiden yang pernah merasakan dinginnya hotel prodeo karena aksi politiknya. Ada yang pernah dipenjara dalam hitungan bulan bahkan ada yang sampai puluhan tahun. Kira-kira, siapa saja sih presiden yang dipenjara karena berjuang demi kemerdakaan dan keadilan untuk negeri tercintanya? Berikut daftarnya!

1. Sukarno

Patung Sukarno.
Patung Sukarno di Blitar. (Foto: Shutterstock)

Ia merupakan presiden pertama pasca Indonesia merdeka. Sepanjang perjuangannya, Sukarno pernah ditangkap tiga kali dan dibuang berkali-kali ke luar Pulau Jawa.

Di penghujung tahun 1920-an, ketika pemberontakan PKI tahun 1926 di Jawa dan Sumatera gagal, Sukarno tampil menjulang di dunia pergerakan kemerdekaan. Ia menjadi motor dari gerakan non-kooperasi lewat Partai Nasional Indonesia (PNI).

Aksi politiknya dengan menggunakan wadah PNI itu, membuat Belanda ketar-ketir. Pada 29 Desember 1929, Sukarno pun ditangkap dan dikirim ke penjara Bantjeuj, Bandung. Di sini, ia melahirkan sebuah pledoi yang masih terkenal hingga sekarang, Indonesia Menggugat.

Sukarno mendiami penjara Bantjeuj, Bandung selama dua tahun, mulai dari 1929 hinggga 1931. Di penghujung tahun 1931, ia pun menghirup udara bebas.

Seakan-akan tidak jera, selepas bebas, Sukarno menyusun pergerakan anti-kolonial. Ia pun mengumpulkan massa, menggelar rapat umum, aksi protes, hingga menulis artikel kritikan yang amat menohok kolonialisme Belanda.

Akibat apa yang ia lakukan tersebut, Sukarno kembali ditangkap pada Agustus 1933. Kali ini, ia dibuang ke Pulau Ende, sebuah pulau terpencil di Nusa Tenggara. Selama 1934 hingga 1938, Sukarno dibuang di sana.

Pasca kemerdekaan Indonesia, Sukarno masih mengalami penangkapan dan pembuangan. Pada Desember 1948, saat Agresi Militer Belanda kedua, ia bersama Mohammad Hatta, Sjahrir, dan Haji Agus Salim, ditangkap Belanda. Mereka pun dibuang ke Sumatera, Brastagi, Parapat, dan Bangka.

 

Kembali, pasca peristiwa 1965 dan usai dicabutnya mandat sebagai presiden pada Maret 1967, Sukarno menjadi tahanan rumah. Ia ditahan di Batutulis, Bogor dan Wisma Yaso, Jakarta. Sampai ajalnya pada 21 Juni 1970, Sukarno masih menjadi tahanan rumah. Sunggu tragis.

 

 

2. Nelson Mandela

Patung Nelson Mandela.
Patung Nelson Mandela di Johannesburg. (Foto: Shutterstock)

Nelson Mandela merupakan pejuang Afrika Selatan. Pada tahun 1952, saat menjadi aktivis Kongres Nasional Afrika (ANC), Mandela ditangkap oleh rezim apartheid di Afrika Selatan. Ia mendapat hukuman kerja paksa selama 9 bulan bahkan diperpanjang menjadi dua tahun.

Pada 1960, Nelson Mandela ditangkap kembali. Kali ini, lebih parah. Ia ditangkap tanpa ada proses pengadilan yang berjalan. Ia dituduh melanggat hukum darurat saat itu. Setelah menjalani persidangan selama empat setengah tahun, Mandela dinyatakan tidak bersalah dan bisa bebas.

Selepas bebas, ia menyusun perjuangan bersenjata untuk melawan rezim apartheid yang berkuasa. Ia bahkan sempat mengikuti pelatihan militer di Maroko dan Ethiopia. Namun, kembali, ia ditangkap saat kembali ke Afrika Selatan.

Ia dituduh keluar negeri tanpa izin dan berusaha menghasut pemogokan buruh. Ia pun dinyatakan bersalah dan dihukum 5 tahun penjara. Saat ia mendekam di penjara, polisi menggeledah rumah persembunyian aktivis ANC dan Komunis. Dari situ, muncul tuduhan bahwa Mandela dan kawan-kawannya mendalangi aksi-aksi sabotase.

Tuduhan baru itu, semakin menambah hukuman penjara Nelson Mandela. Kali ini, ia dihukum penjara seumur hidup! Dalam proses persidangan, Mandela menyampaikan pidato yang terkenal, "Speech from the Dock." Dalam pidato yang menggetarkan sekaligus bersejarah itu, Mandela mengakui siap mati demi demokrasi dan kebebasan Afrika selatan.

Nelson Mandela baru menghirup udara bebas di tahun 1990. Setelah 27 tahun ia merasakan getirnya jeruji besi di pulau Robben. Menariknya, bagi Mandela, penjara selama 27 tahun seperti halnya liburan.

"Aku pergi berlibur panjang selama 27 tahun," katanya.

3. José Mujica

José Mujica.
Mantan presiden Paraguay. (Foto: Shutterstock)

Namanya sempat populer pada tahun 2012 lalu. Media mainstream menjulukinya sebagai presiden termiskin di dunia lantaran gaya hidupnya yang sangat sederhana dan egaliter.

Jika ditarik perjalanan hidup dan politiknya, ia merupakan seorang gerilyawan kiri. Mujica pernah menjadi anggota organisasi bersenjata, ovimiento de Liberación Nacional-Tupamaros alias Gerakan Pembebasan Nasional Tupamaros (MLN-Tupamaros).

Di tahun 1970, organisasi ini melancarkan perang gerilya kota. Tujuannya, merampok orang kaya atau bank, lalu membagikannya pada orang-orang miskin. Saat Mujica dan kawan-kawannya menggelar rapat, polisi datang menyergap.

Mujica pun ditangkap dan dikirim ke penjara Punta Carretas. Saat di penjara, ada cerita ajaib yang terjadi. Mujica berhasil kabur dari penjara setelah menggali terowongan di bawah penjara. Sayang, tak lama kemudian, Mujica ditangkap lagi.

Pada April 1972, ia membuat kisah ajaib lagi dengan kembali lolos dari penjara. Namun, tak sampai setahun, Mujica ditangkap lagi. Akhirnya, begitu tertangkap, Mujica sempat tinggal di penjara isolasi selama dua tahun.

Pada 1985, selepas terkurung di jeruji besi selama 13 tahun, Mujica menghirup udara bebas. Di luar penjara, Mujica terus membangun gerakan politik hingga terpilih sebagai Presiden Uruguay pada pemilu 2009.

4. Lula da Silva

Lula da Silva.
Mantan presiden Brasil. (Foto: Shutterstock)

Lula da Silva merupakan presiden Brasil yang sangat eksentrik. Bagaimana tidak, ia merupakan seorang aktivis buruh dan tidak lulus pendidikan formal (SD) yang bisa menjadi presiden.

Ia merupakan tokoh pergerakan buruh. Kemampuan pidatonya yang sangat apik, mampu mengumpulkan dan menggerakan massa dengan begitu masifnya.

Pada tahun 1970-an, seiring dengan berkuasannya rezim militer, Lula tampil memimpin berseri-seri pemogokan buruh. Puncaknya, sepanjang 1979 sampai 1980, Lula menggerakkan ratusan ribu buruh untuk mogok. Mogok yang dilakukannya itu juga menjadi simbol politik, menentang kediktatoran.

Rezim militer Brasil pun terusik dengan gerakan yang dibuatnya. Pada April 1980, Lula pun ditangkap dan diadili dengan tuduhan pemogokan yang ilegal. Ia pun dikurung dalam jeruji besi.

 

Begitu bebas dari penjara, Lula kembali aktif dalam gerakan politik. Ia menjadi tokoh penting di balik pendirian partai Buruh (PT), partai yang mengantarkannya terpilih sebagai Presiden di pemilu 2002.

5. Fidel Castro

Fidel Castro.
Tokoh penting dalam penggulingan rezim diktator Batista. (Foto: Shutterstock)

Tak lengkap rasanya jika tidak memasukkan pejuang Revolusi Kuba satu ini. Ya, Fidel Castro, seorang tokoh penting dalam penggulingan rezim diktator Batista.

Pada 1950, Castro mulai mengorganisir perlawanan terhadap rezim Batista. Ia mengumpulkan seratus kaum revolusioner, yang sebagian besar adalah golongan mahasiswa dan kaum miskin kota.

Usai melatih dirinya dalam perjuangan bersenjata, pada 26 Juli 1953, Fidel Castro pun menyerbu barak tentara di Moncada, Kuba. Serangan tersebut, merupakan serangan yang amat preamtur, alhasil gagal.

Fidel Castro dan kawan-kawannya akhirnya ditangkap. Saat di penjara, ia melahap buku-buku karya Karl Marx, Jose Marti, Freud, hingga Shakespeare. Dan ketika di pengadilan, ia membacakan pledoinya yang sangat bersejarah berjudul, "La historia me absolverá" yang memiliki arti, sejarah akan membebaskanku.

Setelah ia diadili penjara 15 tahun, pada 1955, Fidel Castro mendapat amnesti dari rezim Batista dan ia pun bebas.

Itu dia 5 presiden yang pernah merasakan dinginnya jeruji besi. Dari sana, kita melihat bagaimana perjuangan yang dilakukan untuk meraih sebuah kebebasan tidaklah mudah. Ada perjuangan ekstra yang harus diciptakan.

 

(*)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya