Penyebab Skizofrenia beserta Gejalanya yang Perlu Diwaspadai

Inilah beberapa penyebab skizofrenia beserta gejalanya yang perlu kamu ketahui dan waspadai

oleh Bimo Bagas Basworo diperbarui 21 Jul 2022, 17:30 WIB
Diterbitkan 21 Jul 2022, 17:30 WIB
Banner Infografis Penderita Skizofrenia Meningkat di Indonesia
Banner Infografis Penderita Skizofrenia Meningkat di Indonesia. (Liputan6.com/Triyasni)

Liputan6.com, Jakarta Penyebab skizofrenia penting untuk kita ketahui dan waspadai. Mengutip dari situs WebMD, skizofrenia sendiri merupakan penyakit mental berat dan kronis yang mempengaruhi cara seseorang berpikir, bertindak, mengungkapkan perasaanya, melihat realitas, dan berhubungan dengan sesama.

Meskipun kasus skizofrenia sendiri cukup kecil, tetapi penyakit ini tetap harus diperhatikan dan diwaspadai. Penyakit ini bisa menimbulkan berbagai komplikasi bagi penderitanya yang bisa berbahaya bagi hidup mereka.

Selain itu, menurut data WHO, penderita skizofrenia 2-3 kali lebih cepat meninggal dunia bila dibandingkan dengan masyarakat umum. Kematian penderita skizofrenia umumnya disebabkan oleh penyakit seperti masalah kardiovaskular, metabolisme, hingga penyakit menular.

Ada beberapa hal yang diduga sebagai faktor penyebab skizrofenia. Berikut ini adalah beberapa faktor penyebab skizrofenia beserta gejala dan komplikasinya yang dirangkum oleh Liputan6.com dari berbagai sumber, Kamis (21/7/2022).

Penyebab Skizofrenia

Awas, Skizofrenia Juga Mengintai Anak-anak!
Awas, Skizofrenia Juga Mengintai Anak-anak!

Mengutip dari situs WHO, hingga saat ini riset masih belum bisa mengidentifikasi penyebab skizofrenia. Meskipun demikian ada beberapa hal yang diduga bisa menjadi faktor penyebab skizofrenia. Berikut ini adalah beberapa faktor yang diduga sebagai penyebab skizofrenia yang dikutip dari WHO:

- Faktor gen atau keturunan

- Faktor lingkungan

- Faktor psikososial

- Konsumsi ganja berlebihan juga meningkatkan risiko skizofrenia.

Meskipun penyebab skizofrenia masih belum diketahui hingga saat ini, ada beberapa faktor yang diduga bisa membengaruhi risiko dari penyakit ini. Berikut ini adalah beberapa faktor yang mempengaruhi risiko dari penyakit skizofrenia yang dikutip dari situs Mayo Clinic:

- Memiliki riwayat keluarga dengan penyakit skizofrenia

- Beberapa komplikasi dari kelahiran dan kehamilan, seperti malnutrisi atau terpapar racun maupun virus yang dapat mempengaruhi perkembangan otak.

- Konsumsi obat-obatan psikotropika atau psikoatif saat remaja.

Mengutip dari situs WHO, mayoritas dari penderita skizofrenia tidak menerma perawatan yang tepat. Hanya sekitar 31,3% penderita skizofrenia yang mendapatkan layanan perawatan yang dbutuhkan. Mayoritas dari penderita skizofrenia yang tidak menerima perawatan berasal dari negara-negara yang memiliki penghasilan rendah-menengah. Penyebab utama dari masalah ini adalah kurangnya akses ke layanan kesehatan mental.

Selain itu, para penderita Skizofrenia juga rentan untuk menjadi korban dari pelanggaran HAM, baik di masyarakat maupun di institusi pelayanan kesehatan mental. Stigma terhadap orang dengan kondisi ini sangat kuat dan meluas, menyebabkan pengucilan sosial, dan berdampak pada hubungan mereka dengan orang lain, termasuk keluarga dan teman. Ini berkontribusi pada diskriminasi, yang pada gilirannya dapat membatasi akses ke perawatan kesehatan umum, pendidikan, perumahan, dan pekerjaan.

Gejala Skizofrenia

Kerusakan Otak Sebabkan Skizofrenia Dini
Kerusakan Otak Sebabkan Skizofrenia Dini

Ada berbagai gejala yang bisa menjadi tanda penyakit skizofrenia. Gejala-gejala skizofrenia dibagi menjadi beberapa kelompok. Berikut ini beberapa gejala yang menjadi tanda penyakit skizofrenia yang dikutip dari situs Healthline:

A. Gejala Awal

Umumnya tanda-tanda awal skizofrenia muncul pada masa remaja dan awal umur 20-an. Tidak jarang gejala-gejala ini dipandang sebagai masalah anak remaja saja. Berikut ini beberapa gejala awas skizofrenia:

- mengisolasi diri dari teman dan keluarga

- Berganti-ganti teman atau grup sosial

- Perubahan fokus dan konsentrasi

- Kesulitan tidur

- Mudah gelisah dan marah

- Kesulitan mengerjakan tugas sekolah, atau menurunnya performa akademik

- Kecemasan

- Mudah curiga

- Munculnya ide-ide aneh

- Merasa berbeda dari yang lain

B. Gejala Positif

Gejala positif skizofrenia tidak memiliki banyak perbedaan dengan penyakit mental berat yang lainnya. Berikut ini adalah beberapa gelaja positif skizofrenia:

- Halusinasi : merasa ada sesuatu yang nyata, tetapi sebenarnya perasaan itu hanya ada dalam pikirannya saja.

- Delusi : penderita merasa diawasi, diikuti, hingga merasa dirinya yang paling kuat. Penderita mempercayai hal yang tidak realistis.

- Paranoid : ssulit untuk percaya pada orang lain, atau sangat yakin bahwa mereka sedang diikuti atau dianiaya.

C. Gejala Negatif

Gejala negatif skizofrenia mengganggu emosi, perilaku, dan kemampuan seseorang. Gejala-gejala ini termasuk:

- Menjadi lebih pendiam

- Reaksi emosinal aneh terhadap situasi

- Kurangnya emosi atau ekspresi

- Kehilangan minat atau kegembiraan untuk hidup

- Isolasi sosial

- Kesulitan merasakan kesenangan

- Kesulitan memulai atau menindaklanjuti rencana

- Kesulitan menyelesaikan aktivitas normal sehari-hari

D. Gejala Kognitif

Gejala kognitif adalah gejala yang berhubungan dengan fungsi kognitif atau mental tertentu. Gejala-gejalanya termasuk:

- Pemikiran dan bicara yang tidak teratur seperti mengubah topik dengan cepat saat berbicara atau menggunakan kata atau frasa yang dibuat-buat.

- Mudah lupa

- Pemikiran yang tidak teratur, seperti kesulitan fokus atau memperhatikan

- Sulit memahami informasi dan menggunakannya untuk membuat keputusan.

Komplikasi Skizofrenia

Risiko Skizofrenia Pada Pria Lebih Tinggi Ketimbang Wanita
Skizofrenia atau salah satu penyakit gangguan jiwa berat ternyata paling banyak dialami oleh pria ketimbang wanita.

Penyakit skizofrenia bisa menimbulkan berbagai komplikasi bila tidak mendapatkan perawatan yang dibutuhkan. Berkut ini beberapa komplikasi yang bisa muncul pada penderita skizofrenia menurut situs Mayo Clinic, meliputi:

- Bunuh diri, percobaan bunuh diri, atau munculnya pikiran untuk bunuh diri.

- Gangguan kecemasan dan obsessive-compulsive disorder (OCD)

- Depresi

- Penyalahgunaan alkohol atau obat-obatan lainnya, termasuk nikotin

- Tidak mampu untuk bekerja atau bersekolah

- Masalah keuangan dan kehilangan tempat tinggal

- Isolasi sosial

- Berbagai masalah kesehatan dan medis

- Menjadi korban

- Perilaku agresif.

Ada satu hal yang perlu diingat, sampai saat ini belum ada cara untuk mengobati skizofrenia. Konsumsi obat-obatan hanya bisa digunakan untuk menekan dan mengurangi gejala dari penyakit ini. Untuk mendampingi pasien skizofrenia, tidak hanya membutuhkan bantuan psikiater saja. Pasien juga membutuhkan dukungan dari keluarga dan orang-orang terdekat untuk mengatasi gejala penyakit ini. Di samping itu, sharing antar penderita juga disebut-sebut bisa membantu pasien untuk melawan skizofrenia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya