Bedah Upaya Perpanjang Umur Cadangan Minyak dan Gas Bumi di Indonesia

Menyikapi fakta terkait umur cadangan minyak bumi di Indonesia hanya capai 9,5 tahun dan umur cadangan gas bumi Indonesia hanya sisa 19,9 tahun.

oleh Putra Marenda diperbarui 09 Sep 2022, 21:28 WIB
Diterbitkan 09 Sep 2022, 21:00 WIB
Ilustrasi rig pengeboran onshore
(Ilustrasi rig pengeboran onshore, gambar diunduh dari Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta “Kalau cadangan minyak dan gas habis maka akan terjadi krisis energi terutama untuk Indonesia. Tapi setidaknya kita bisa melakukan langkah-langkah pencegahan guna memelihara sumber-sumber yang masih bisa diselamatkan. Pengelolaan sumber daya migas di Indonesia juga belum sepenuhnya terekspos,” ujar Bayu Suryo, Maintenance & Mechanical Technician PHE ONWJ – OPF Balongan saat berdiskusi dan sampaikan opini tentang cadangan minyak bumi dan gas bumi di Indonesia kian menipis.

Saat ini Indonesia memiliki cadangan minyak bumi nasional sebesar 4,17 miliar barel dengan cadangan terbukti (proven) sebanyak 2,44 miliar barel. Data cadangan minyak bumi yang belum terbukti sebesar 2,44 miliar barel. Sementara cadangan gas bumi Indonesia saat ini mencapai 62,4 triliun kaki kubik (cubic feet) dengan cadangan terbukti 43,6 triliun kaki kubik (cubic feet).

Dengan data yang disebutkan di atas, mengutip dari Siaran Pers Nomor: 028.Pers/04/SJI/2021 yang diterbitkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral yang diunggah 19 Januari 2021, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif pernah mengungkapkan bahwa umur cadangan minyak bumi di Indonesia hanya akan tersedia hingga 9,5 tahun mendatang dan umur cadangan gas bumi Indonesia hanya mencapai 19,9 tahun.

"Ini dengan asumsi tidak ada penemuan baru dan tingkat produksi saat ini sebanyak 700 ribu barel oil per day (bopd) dan gas 6 billion standard cubic feet per day (bscfd)," ujar Arifin Tasrif seperti kutip Liputan6.com dari esdm.go.id saat menyampaikan siaran pers dalam rapat kerja dengan Komisi VII DPR RI di Jakarta, Selasa (19/1/2021).

Umur cadangan minyak dan gas bumi di Indonesia saat ini kian menipis. Untuk mengatasinya, diperlukan terobosan sebagai upaya perpanjangan umur minyak dan gas bumi. Berbagai langkah terus diupayakan untuk memperpanjang umur minyak bumi melalui terobosan-terobosan. Terobosan inilah yang coba dibedah lebih dalam menjadi diskusi menarik. Tentu bahasan pembedahan terobosan ini bakal menggaungkan upaya perpanjang umur cadangan minyak dan gas bumi di Indonesia. Selain itu, terobosan ini juga mendorong munculnya teknologi baru pengembangan migas.

Berikut Liputan6.com rangkum dari pernyataan Arifin Tasrif dan Arcandra Tahar dari siaran pers ESDM, Nanang Abdul Manaf selaku mantan President Director Pertamina EP di laman Pertamina.com dan dilengkapi opini dari Bayu Suryo selaku pekerja migas Maintenance & Mechanical Technician PHE ONWJ – OPF Balongan, bedah secara mendalam upaya perpanjang umur cadangan minyak dan gas bumi di Indonesia demi mewujudkan energi bangkit lebih kuat.

Langkah Perpanjang Umur Cadangan Migas Melalui 3 Jangka Waktu

Ilustrasi rig pengeboran offshore
(Ilustrasi rig pengeboran offshore, gambar diunduh dari Pixabay)

Upaya perpanjang umur minyak bumi dan gas bumi, ada 3 langkah yang perlu dilakukan yakni terbagi dalam jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Langkah tersebut juga pernah dicetuskan oleh Arcandra Tahar, sosok yang ahli dalam kilang lepas pantai dengan pengalaman sudah lebih dari 14 tahun berada di bidang hidrodinamika dan offshore.

“Program jangka pendek yang dapat dilakukan antara lain dengan mengoptimalkan teknologi-teknologi yang bisa meningkatkan produksi, untuk jangka menengah itu, enhanced oil recovery (EOR) dan jangka panjangnya itu menemukan cadangan-cadangan baru,” ungkap Arcandra Tahar seperti Liputan6.com kutip dari esdm.go.id saat masih menjabat sebagai wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada 2017.

Menanggapi cadangan minyak bumi dan gas bumi yang kian menipis. Bayu Suryo memberi opini nya terkait teknologi yang bisa digunakan. Baginya cadangan yang menipis itu harus ada catatan dan alasan bagaimana bisa habis sesuai dengan syarat-syarat tertentu.

Bayu Suryo Adi, Maintenance & Mechanical Technician PHE ONWJ – OPF Balongan
(Bayu Suryo Adi, Maintenance & Mechanical Technician PHE ONWJ – OPF Balongan)

“Minyak 9,5 tahun, dan gas 19,9 tahun habis itu harus ada catatan nya, kenapa itu bisa habis, syarat dikatakan habis itu apa. Kalau misal tidak ada eksplorasi, tidak ada pemeliharaan atau maintenance sumber-sumber cadangannya bisa habis, bahkan lebih cepat pun bisa. Tetapi seiring zaman yang sekarang lebih maju, teknologi semakin maju, penemuan penemuan dan penelitian yang mulai sering dilakukan dan diterapkan dengan baik, bisa menjadi solusi dari statement tersebut. Bahkan seiring semakin banyaknya teknologi yang ada saat ini proses eksplorasi dan eksploitasi sumber-sumber migas yang baru bisa semakin cepat,” Bayu Suryo beropini.

Upaya Jangka Pendek

Upaya perpanjang umur cadangan minyak bumi dan gas bumi dibagi dalam 3 jangka waktu. Jangka waktu pertama adalah jangka pendek. Adapun teknologi yang bisa dimanfaatkan adalah underbalanced driling maupun artificial lift. Underbalanced drilling atau UBD adalah metode pemboran di mana tekanan hidrostatik pada kolom fluida pemboran yang digunakan akan lebih kecil dibanding dengan tekanan formasi. Hal tersebut mengakibatkan munculnya aliran gas,  air ataupun hidrokarbon dari formasi menuju lubang sumur secara terus-menerus.

Sementara artificial lift adalah mekanisme dengan konsep untuk mengangkat hidrokarbon dari dalam sumur menuju ke atas permukaan. Teknologi ini diterapkan karena tekanan reservoir tidak cukup mampu dalam mendorong minyak sampai ke atas permukaan.

Foto Arcandra Tahar
(Foto Arcandra Tahar, diunduh dari Instagram @arcandra.tahar)

Arcandra Tahar juga pernah mengutarakan pendapatnya terkait teknologi jangka pendek yang bisa dilakukan. Fokus dalam upaya tingkatkan produksi menjadi poin yang patut digarisbawahi dari ucapan Arcandra Tahar saat membahas tentang upaya memperpanjang umur cadangan migas.

“Program jangka pendek yang dapat dilakukan antara lain dengan mengotimalkan teknologi-teknologi yang bisa meningkatkan produksi. Misalnya Underbalanced drilling, pemasangan artificial lift, submersible pump atau fracking. Ini teknologi jangka pendek yang dapat kita gunakan untuk menambah produksi dulu,” ungkap Arcandra Tahar.

Menanggapi terkait upaya jangka pendek melalui teknologi seperti artificial lift, Bayu ungkapkan bahwa teknologi tersebut sangat penting sebagai langkah awal dalam upaya eksplor resources dalam reservoir. “Artificial lift perlu dilakukan karena itu merupakan langkah awal dalam proses penentuan teknologi atau metode yang lebih lanjut dalam mengeksplor resources yang ada dalam reservoir,” ujar Bayu.

Upaya Jangka Menengah

Ilustrasi rig pengeboran
(Ilustrasi rig pengeboran, gambar diunduh dari Pixabay)

Memperhatikan upaya jangka pendek tidak serta merta melupakan upaya jangka menengah. Upaya jangka menengah harus diperhatikan agar umur cadangan minyak bumi dan gas bumi bisa benar-benar diperpanjang. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan EOR. Arcandra pun pernah ungkapkan bahwa EOR bisa jadi solusi jangka menengah.

"Sekarang berapa reserve replacement value itu, sangat kecil dibawah 100% kalau saya tidak salah salah 60-70% (reserve replacement ratio). EOR akan kita dorong, tidak ada yang melarang melakukan EOR," pungkas Arcandra.

EOR (Enhanced Oil Recovery) merupakan metode untuk mengangkat minyak bumi tahap lanjutan dengan cara menambahkan energi berupa material atau fluida khusus yang tidak terdapat di dalam suatu reservoir minyak. Biasanya, EOR akan diterapkan pada lapangan yang sudah cukup lama diproduksikan atau dikategorika sebagai mature field. Tujuan EOR ini untuk mengambil minyak bumi yang tersisa karena tidak dapat diproduksikan dengan metode pengambilan secara primer dan sekunder.

Tak hanya Arcandra Tahar, Liputan6.com juga mengutip ungkapan dari Nanang Abdul Manaf,di laman Pertamina.com selaku President Director Pertamina EP saat itu ketika momen peresmian Tanjung Polymer Field Trial di Lapangan Tanjung, Tabalong, Kamis (20/12/2018) yang menyinggung terkait teknologi EOR.

"Proven resources dengan tingkat kesulitan eksplorasi terendah praktis kini telah habis dieksploitasi dan menyisakan tingkat kesulitan yang lebih tinggi. Karena itu, diperlukan teknologi yang lebih canggih. Salah satunya dengan EOR yang dapat meningkatkan jumlah minyak diekstrak dari ladang minyak mencapai 30-60%, dibandingkan 20-40% dengan menggunakan primary dan secondary recovery,” ujar Nanang Abdul Manaf.

Dua ungkapan dari Arcandra dan Nanang pun ditanggapi oleh Bayu selaku pekerja migas. Baginya, diskusi penggunaan EOR ini sangat menarik karena mendorong inovasi teknologi-teknologi lanjutan agar terus digenjot dan akan menjadi sebuah solusi dalam upaya perpanjang umur cadangan minyak dan gas di Indonesia.

“EOR merupakan solusi dan jawaban dari kemajuan teknologi industri hulu migas. Meskipun butuh research yang agak panjang, data yang banyak, dan cost yang lebih tinggi. persentase keberhasilan dalam recovery metode bisa mencapai 80%. Perkembangan teknologi dan penelitian penelitian untuk kedepanya bisa meningkatkan persentase tersebut, serta ditinjau dari biaya instalasi dan operasional yang saat ini masih tinggi dengan metode tersebut, bisa saja berkurang dengan adanya beberapa inovasi yang diterapkan,” komentar Bayu menanggapi EOR.

Upaya Jangka Panjang

Survei seismic menggunakan vibroseis
Survei seismic menggunakan vibroseis, gambar diunduh dari Pertamina.com

Upaya jangka pendek seperti teknologi peningkatkan produksi seperti artificial lift sudah dilakukan. Jangka menengah seperti EOR juga terus digencarkan agar upaya perpanjangan umur cadangan migas benar-benar bisa jadi solusi. Tak hanya itu, upaya jangka panjang juga perlu dilakukan. Jangka panjang ini fokus dalam upaya menemukan lapangan-lapangan potensial yang bisa dideteksi dengan metode eksplorasi seismik. Seismik ini akan jadi solusi jangka panjang di mana potensi daerah yang belum dieksploitasi bisa muncul melalui survei seismik. Seismik akan menemukan potensi cadangan minyak bumi dan gas bumi dengan mengetahui gambaran bawah permukaan.

Menteri ESDM Arifin Tasrif juga pernah mengungkapkan tiga tahun lalu bahwa survei seismik penting dalam upaya untuk mencukupi kebutuhan minyak dan gas dalam negeri. Arifin juga mengungkapkan masih banyak wilayah Indonesia yang potensial.

Foto Arifin Tasrif
Foto Arifin Tasrif, gambar diambil Liputan6.com fotografer Faizal Fanani

"Saat ini kita sangat membutuhkan ketersediaan minyak dan gas bumi untuk mencukupi kebutuhan kita, mengingat masih banyak wilayah-wilayah di Indonesia yang potensial. Survei seismik yang saat ini dilaksanakan 2D dapat ditingkatkan menjadi 3D agar informasi yang didapat lebih akurat,” ujar Arifin Tasrif dalam sambutannya pada acara seremoni pelepasan survei seismik 2D Komitmen Kerja Pasti (KKP) Jambi Merang di Tanjung Priok, Jakarta tiga tahun lalu tepatnya 12 November 2019.

Menanggapi upaya jangka panjang seismik, tentu Bayu sangat mendukung. Bahkan Bayu menyebut perusahaan energi tidak bisa survive tanpa adanya survei seismik. “Untuk eksplorasi seismik, tentu saja perusahaan-perusahan yang bergerak di bidang tersebut ada di Indonesia. Kalau untuk solusi, jelas, karena perusahaan energi tidak akan bisa tetap survive tanpa itu,” ujar Bayu.

Bukti Keseriusan Perpanjang Umur Cadangan Migas

Umur cadangan minyak dan gas bumi kian menipis. Ada beberapa bukti keseriusan yang telah dilakukan sebagai upaya memperpanjang umur cadangan migas. Upaya jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang telah dilakukan dan kini terus digenjot agar bisa perpanjang umur cadangan migas.

Jangka pendek: Pertamina EP Jatibarang Field berhasil jalankan program optimalisasi produksi meliputi program sumur eksisting berupa stimulasi, reaktivasi, konversi lifting, reparasi (well intervention) dan Work Over pada 2018. Pertamina EP Jatibarang Field telah mengelola lebih dari 50 struktur di Onshore dan 1 struktur di Off shore dengan total sumur penghasil Minyak dan gas sebanyak 170 sumur. Tak hanya Pertamina EP Jatibarang Field, kini Pertamina di lapangan lain mulai gencar lakukan upaya optimalisasi produksi minyak dan gas bumi.

Jangka menengah: Pertamina EP resmi menerapkan metode perolehan minyak tahap lanjut Enhanced Oil Recovery atau EOR dengan metode polymer flooding di Tanjung Field, Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan area operasi Asset 5 tepatnya di Tanjung Field. EOR ini sudah diterapkan di Tanjung Field sejak 2018. Saat ini EOR terus digenjot agar produksi dengan teknologi lanjutan bisa diperoleh sebagai upaya perpanjang cadangan minyak bumi di Indonesia.

Jangka panjang: Kementerian ESDM berhasil melakukan survei seismik 2D sepanjang 28.349,83 km (termasuk seismik 2D Open Area KKP Jambi Merang sepanjang 25.150 km), survei seismik 3D sepanjang 1.250,97 km, pemboran eksplorasi 22 sumur hingga 8 persetujuan pengalihan Partisipasi Interes (PI) pada masa eksplorasi. Kegiatan survei seismik ini dilakukan pada 2018. Kini banyak survei seismik terus digaungkan sebagai upaya jangka panjang perpanjang umur cadangan minyak dan gas bumi di Indonesia.

Wilayah dengan potensi cadangan gas raksasa: North Sumatera (Mesozoic Play), Center of Sumatera (Basin Center), South Sumatera (Fractured Basement Play), Offshore Tarakan, NE Java-Makassar Strait, Kutai Offshore, Buton Offshore, Northern Papua (Plio-Pleistocene & Miocene Sandtone Play), Bird Body Papua (Jurassic Sandstone Play), dan Warim Papua. (berdasarkan identifikasi Satuan Kerja Khusus (SKK) Migas dikutip dari siaran pers ESDM nomor 179.Pers/04/SJI/2019.

Tidak Menutup Mata dengan Adanya EBT

Energi minyak dan gas bumi menjadi dasar dalam sumber energi. Meski begitu, pemerintah tidak tutup mata dengan adanya Energi Baru Terbarukan atau sering dikenal dengan istilah EBT. Pemerintah terus berupaya menemukan dan memanfaatkan potensi energi baru terbarukan (EBT) untuk memenuhi kebutuhan energi. Saat ini Indonesia memiliki potensi EBT di Indonesia sejumlah 417,8 GW dan baru dimanfaatkan sebesar 2,5 persen atau 10,4GW.

Sebagai bukti tidak menutup mata dengan adanya EBT, Kementerian ESDM telah membangun sejumlah infrastruktur Energi Baru dan Energi Terbarukan (EBT). Adapun fokus pembangunan EBT yakni di daerah terdepan, terluar, tertinggal dan wilayah transmigrasi. Infrastruktur yang dibangun antara lain Pembangkit Listrik Tenaga Surya, Pembangkit Listrik Mikrohidro, hydrid, biomassa, penyediaan Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE) dan Penerangan Jalan Umum Tenaga Surya (PJU-TS) dengan menggunakan dana APBN maupun Dana Alokasi Khusus (DAK). Arifin Tasrif mendukung EBT dengan konsep berpusat kepada manusia.

“Kementerian ESDM sangat mendukung penyediaan energi yang berpusat kepada manusia ‘people energy transition’. Tidak hanya mencakup penyediaan energi bersih tetapi juga mengupayakan penyediaan kesempatan kerja dan keterampilan, peningkatan pembangunan sosial dan ekonomi, kesetaraan dan keadilan serta melibatkan masyarakat secara aktif,” ujar Arifin seperti Liputan6.com kutip dari laman ESDM dalam Seminar Nasional Patriot Energi Tahun 2022 pada Senin (29/8) secara virtual.

Menanggapi EBT yang penting bagi Indonesia, Bayu juga menyampaikan opini nya bahwa EBT sangat potensial dan akan diterapkan di seluruh dunia. “Terkait EBT, itu untuk kedepannya jelas akan diterapkan di seluruh dunia, tetapi untuk energi minyak dan gas tetap menjadi dasar dalam sumber energi mengingat manajemen yang sudah melekat dan bisa survive seiring dalam perkembangan teknologi,” Bayu beropini.

Tak hanya opini semata, Bayu juga menutup diskusi terkait bedah upaya perpanjang cadangan umur minyak dan gas bumi di Indonesia dengan pesan ke masyarakat. Menurutnya, masyarakat perlu mendukung progam pemerintah agar bisa menunjang perbaikan energi.

“Pesan untuk masyarakat, sebagai masyarakat yang baik kita harus bisa mendukung berbagai program-progam pemerintah, berikan support berbagai program yang menunjang perbaikan energi,” pungkas Bayu Suryo.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya