Profil PT Vale Indonesia, Perusahaan Tambang Nikel di Indonesia

PT Vale Indonesia merupakan bagian dari Vale, perusahaan multi tambang yang berpusat di Brazil.

oleh Fitriyani Puspa Samodra diperbarui 13 Des 2022, 13:45 WIB
Diterbitkan 13 Des 2022, 13:45 WIB
PT Vale Indonesia
PT Vale Indonesia (sumber: IG/ptvaleindonesia)

Liputan6.com, Jakarta Nikel merupakan jenis logam tahan karat yang banyak digunakan untuk berbagai jenis industri. Dalam kehidupan modern nikel menjadi jenis logam yang penting bagi kelangsungan hidup manusia. Nikel didapatkan dengan cara ditambang, salah satu perusahaan tambang nikel di Indonesia adalah PT Vale Indonesia.

Selain melakukan kegiatan penambangan nikel di Pulau Sulawesi, PT Vale Indonesia juga melakukan kegiatan pengolahan hasil tambangnya sendiri.produk akhir yang dihasilkan adalah nikel matte.

PT Vale Indonesia merupakan bagian dari Vale, perusahaan multi tambang yang berpusat di Brazil. Melalui kegiatan yang dilakukan PT Vale Indonesia turut berkontribusi dalam memenuhi kebutuhan nikel dunia. Berikut ulasan Liputa6.com tentang usaha PT Vale Indonesia yang dilansir dari berbagai sumber, Selasa (13/12/2022).

Perjalanan PT Vale Indonesia

PLTA PT Vale Indonesia
PLTA PT Vale Indonesia (sumber: IG/ptvaleindonesia)

Seperti sudah dijelaskan sebelumnya PT Vale Indonesia adalah bagian dari Vale, perusahaan multitambang yang berpusat di Brazil. Vale merupakan perusahaan global dengan anak perusahaan yang beroperasi di 27 negara 5 benua. 

Perjalanan Vale di Indonesia bermula dengan eksplorasi di wilayah Sulawesi bagian timur pada tahun 1920-an. Kegiatan eksplorasi, kajian dan pengembangan tersebut terus dilanjutkan pada periode kemerdekaan dan selama masa kepemimpinan Presiden Soekarno.

Pada saat pertama kali melakukan kegiatan tambang di Indonesia, perusahaan ini bernama PT International Nickel Indonesia atau PT INCO yang didirikan pada Juli 1968. Kemudian di tahun yang sama PT INCO dan Pemerintah Indonesia menandatangani Kontrak Karya (KK) yang merupakan lisensi dari Pemerintah Indonesia untuk melakukan eksplorasi, penambangan dan pengolahan bijih nikel.

Setelah penandatanganan perjanjian tersebut, pada 1973 PT INCO membangun smelter atau pabrik pengolahan bijih nikel di Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Smelter ini selesai dibangun dan diresmikan pada 1977 oleh Presiden Soeharto. Setahun setelahnya, PT INCO berhasil memproduksi nikel komersial perdananya dan melakukan pengiriman ke Jepang.

PT INCO mengadakan penawaran umum perdana (IPO) atas 21,18% sahamnya di Bursa Efek Indonesia yang dulu bernama Bursa Efek Jakarta dan terdaftar sebagai INCO pada 16 Mei 1990. 

PT INCO dan Pemerintah Indonesia melakukan negosiasi ulang untuk merubah dan memperpanjang perjanjian kerjasama antara keduanya pada 1996. Kontrak Karya PT INCO kemudian diperpanjang hingga 28 Desember 2025. Pada 2011, para pemegang saham bersepakat untuk merubah nama PT INCO menjadi PT Vale Indonesia. 

PT Vale Indonesia dan Pemerintah Indonesia kembali melakukan amandemen mengenai Kontrak Karya yang mengikat kedua belah pihak. Keduanya kemudian mencapai kesepakatan berubahnya beberapa ketentuan di dalamnya termasuk pelepasan areal KK menjadi seluas hampir 118.435 hektar.

Dengan begitu, luasan areal Kontrak Karya berkurang hingga hanya tersisa 1,8% dari area kontak karta semula. Luasan awal yang diberikan oleh Pemerintah Indonesia pada saat penandatanganan Kontrak Karya tahun 1968 adalah seluas 6,6 juta hektar di bagian timur dan tenggara Sulawesi. Hal ini harus dilakukan untuk melindungi areal sekitar tambang dari dampak buruk pertambangan yang dilakukan terlalu masiv.

Kegiatan PT Vale Indonesia

Kegiatan Revegetasi PT Vale Indonesia
Kegiatan Revegetasi PT Vale Indonesia (sumber: IG/ptvaleindonesia)

Saat ini PT Vale Indonesia beroperasi di lahan Kontrak Karya Seluas 118.017 hektar. Lahan ini terbagi dalam tiga lokasi, yaitu 70.66 hektar di Sulawesi Selatan, 22.699 hektar di Sulawesi Tengah dan 24.752 hektare di Sulawesi Tenggara.

Kegiatan utama penambangan dan pengolahan bijih nikel berpusat di Sorowako, Sulawesi Selatan. Area penambangan utama ini, menyombang cadangan bijih nikel dalam endapan yang relatif dangkal. Hal tersebut memungkinkan proses tambang dilakukan dengan metode open cast mining atau penambngann terbuka. 

Pengolahan bijih nikel dilakuakn dengan menggunakan teknologi tinggi. Produk akhir yang dihasilkan PT Vale Indonesia adalah nikel dalam mate yang memiliki kandungan sekitar 78 persen nikel murni.

Sebagai perusahaan tambang Vale Indonesia memiliki tanggung jawab yang besar untuk menjaga lingkungan sekitar kegiatan tambang maupun tempat pengolahan produknya. Perusahaan dituntut untuk melakukan proses penambangan secara berkelanjutan.

PT Vale Indonesia menerapkan Good mining practice untuk memenuhi tanggung jawabnya tersebut. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan memangkas jarang tempuh kendaraan hold truck yang mengangkut hasil tembang dari lokasi penambnagan ke tempat penyaringan dengan menggunakan teknologi modular screening station. Upaya ini untuk meminimalkan penggunaan bahan bakar pada kendaraan yang berimplikasi pada pengurangan emisis karbon.

Upaya lain yang dilakukan Vale Indonesia adalah dengan membatasi bukaan lahan untuk meminimalkan erosi dan sedimentasi yang disebabkan oleh kegiatan pertambnagan. Vale Indonesia juga melakukan reklamasi lahan pasca tambang dengan membentuk kembali permukaan lahan berdasarkan standar lereng, mengembalikan tanah pucuk atau top soil dan revegetasi lahan. 

Tidak sekedar menanam tanaman, pohon-pohon tersebut dipelihara damn dipantau pertumbuhannya. Vale bahkan membangun nursery seluas 25 hektar untuk mendukung program revegetasinya. Nursery ini memproduksi sekitar 700 ribu bibit tanaman dari 30 jenis tanaman lokal maupun endemik.

Dalam kegiatan pengolahan nikel, PT Vale Indonesia juga sebagian menggunakan sumber energi terbarukan berupa PLTA. hampir 94% kebutuhan energi listrik didapatkan dari 3 PLTA, yaitu PLTA Larona dengan kapasitas 165 megawatt, PLTA Balambano dengan kapasitas 110 megawatt, dan PLTA Karambe  dengan kapasitas 90 Megawatt. Dari total 365 megawatt listrik yang dihasilkan, 10,7 megawatt dialirkan untuk pemukiman penduduk di kabupaten Luwu Timur dan sekitarnya melalui pengelolaan PLN.

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya