Liputan6.com, Jakarta Sekarang tanggal berapa hijriyah? Jawabannya ada dua, karena sistem penanggalan Hijriyah berbeda dengan penanggalan Masehi. Pada penanggalan Masehi, awal hari dimulai pada pukul 00.00 waktu setempat atau ketika melewati tengah malam, sedangkan pada penanggalan Hijriyah awal hari dimulai ketika matahari terbenam.Â
Baca Juga
Sekarang tanggal berapa hijriyah? Jika sekarang adalah tanggal 8 Maret 2023 Masehi, maka kemungkinannya ada dua, sekarang adalah tanggal 16 Sya'ban 1444 Hijriyah pada siang hari, dan ketika matahari terbenam pada hari ini sudah masuk tanggal 17 Sya'ban 1444 Hijriyah.
Advertisement
Bukan tanpa alasan mengapa dalam satu hari penanggalan Masehi terdapat dua tanggal atau hari dalam penanggalan Hijriyah. Sebab, kalender Hijriyah menggunakan sistem perhitungan yang berbeda dengan kalender Masehi.
Selain pada satu hari Masehi terdapat dua hari Hijriyah, dalam satu tahun Masehi pun ada kemungkinan terdapat dua tahun kalender Hijriyah. Untuk lebih memahami sekarang tanggal berapa Hijriyah, berikut penjelasan selengkapnya seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Rabu (8/3/2023).
Kalender Hijriyah
Seperti yang telah sedikit dibahas sebelumnya, sekarang tanggal berapa hijriyah, kemungkinannya ada dua. Misalnya, jika sekarang tanggal 8 Maret 2023 Masehi, maka di siang hari masih terhitung tanggal 16 Sya'ban 1444 H Hijriyah, dan ketika matahari terbenam maka sudah masuk tanggal 17 Sya'ban 1444 H. Ini Karena kalender hijriyah menggunakan sistem penanggalan yang berbeda. Perbedaan sistem penanggalan Masehi dan Hijriyah ini juga membuat dalam satu tahun Masehi bisa terdapat dua tahun kalender Hijriyah.
Kalender Hijriyah atau yang juga disebut sebagai kalender Islam merupakan kalender yang baru muncul di masa khalifah Umar bin Khattab. Meski demikian, tahun pertama dimulainya kalender Hijriah ini mengacu pada peristiwa ketika Rasulullah SAW hijrah dari Mekkah ke Madinah.
Sama seperti kalender Masehi yang terdiri dari 12 bulan, kalender hijriah pun juga terdiri dari 12 bulan. Kalender Hijriah dimulai dari bulan Muharram, dan bulan terakhir dalam kalender Hijriah adalah bulan Dzulhijjah. Berikut daftar bulan dalam satu tahun kalender hijriah:
1. Muharram
2. Shafar
3. Rabi'ul Awal
4.Rabi'ul Akhir
5. Jumadil Awal
6. Jumadil Akhir
7. Rajab
8. Sya'ban
9. Ramadhan
11. Syawal
12. Dzulqa'idah
13. Dzulhijjah
Advertisement
Sistem Penanggalan Kalender Hijriyah
Sekarang tanggal berapa hijriyah? Untuk mengetahui hal ini, penting untuk mengetahui sekarang tahun berapa dalam kalender Hijriyah. Di tahun 2023 Masehi ini akan ada dua tahun kalender Hijriyah, yakni 1444 H dan 1445 H. Adanya dua kalender Hijriah dalam satu tahun kalender Masehi terjadi karena sistem kalender Hijriah yang berbeda dari kalender Masehi.
Sistem penanggalan yang dipakai dalam penanggalan Hijriyah didasarkan pada Al Qur'an, yaitu sistem kalender bulan (qomariyah). Nama-nama bulan yang dipakai adalah nama-nama bulan yang memang berlaku di kalangan kaum Quraisy di masa kenabian. Namun ketetapan Allah menghapus adanya praktek interkalasi (Nasi').
Praktik Nasi' memungkinkan kaum Quraisy menambahkan bulan ke-13 atau lebih tepatnya memperpanjang satu bulan tertentu selama 2 bulan pada setiap sekitar 3 tahun agar bulan-bulan qomariyah tersebut selaras dengan perputaran musim atau matahari.
Allah telah berfirman dalam surat At-Taubah ayat 37, yang artinya,
"Sesungguhnya mengundur-undurkan bulan haram itu adalah menambah kekafiran. Disesatkan orang-orang yang kafir dengan mengundur-undurkan itu, mereka menghalalkannya pada suatu tahun dan mengharamkannya pada tahun yang lain, agar mereka dapat menyesuaikan dengan bilangan yang Allah mengharamkannya, maka mereka menghalalkan apa yang diharamkan Allah... " (At Taubah (9): 37)
Seperti yang telah sedikit dibahas sebelumnya, Sistem perhitungan Kalender Hijriah Sistem perhitungan pada kalender Hijriah berpacu pada perputaran bulan mengelilingi bumi atau Revolusi Bulan. Sedangkan revolusi bulan terhadap bumi sendiri membutuhkan waktu 29,5 hari, yang membuat satu tahun Hijriah terdiri dari 354 hari.
Karena jumlah hari yang lebih sedikit daripada jumlah hari dalam satu tahun kalender Masehi, maka tidak mengherankan jika sekarang berapa hijriah, maka di tahun 2023 Masehi ada dua tahun kalender Hijriah, yakni 1444 h dan 1445 H.
Dimulainya Awal Hari dalam Kalender Hijriyah
Seperti yang telah sedikit dibahas sebelumnya, sekarang tanggal berapa hijriyah kemungkinannya ada dua. Misalnya, jika sekarang adalah tanggal 8 Maret 2023 Masehi, maka dalam kalender Hijriyah, pada siang hari masih terhitung tanggal 16 Sya'ban 1444 H Hijriyah, dan ketika matahari terbenam maka sudah masuk tanggal 17 Syaban 1444 H.
Dalam perhitungan kalender Hijriah, dilakukan pembulatan sehingga jumlah hari di setiap bulan selang-seling antara tanggal 29 dan 30, terkecuali bulan Dzulhijjah. Bulan Dzulhijjah adalah bulan ke-12 dan terakhir dalam penanggalan Hijriah. Sistem kalender Masehi memulai hari pada pukul 00.00 waktu setempat, sedangkan kalender Hijriyah memulai hari ketika matahari terbenam di tempat tersebut.
Dengan kata lain, jika berdasarkan kalender Masehi, hari berganti setelah lewat tengah malam, maka dalam kalender Hijriah, hari berganti setelah matahari terbenam.
Sistem penanggalan kalender Hijriyah dengan rotasi bulan ini di abadikan dalam surah Yunus ayat 5, yang artinya,
"Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya, dan Dialah yang menetapkan tempat-tempat orbitnya, agar kamu mengetahui bilangan tahun, dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan benar. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui."
Advertisement
Peristiwa Hijrah Rasulullah SAW sebagai Tahun Pertama
Kemunculan kalender Hijriah dilatarbelakangi oleh suatu masalah yang muncul pada masa Khalifah Umar bin Khattab, tepatnya di tahun 638 Masehi. Diceritakan bahwa Abu Musa al Asy'ari menulis kepada Umar:
"Surat-surat sampai kepada kami dari Amirul Mu'minin, tetapi kami bingung bagaimana menjalankannya. Kami membaca sebuah dokumen tertanggal Sya'ban, namun kami tidak tahu ini untuk tahun yang lalu atau tahun ini." (Syaikh Abdurrahman al Jabarti, 1825).
Untuk mengatasi masalah tersebut, Umar bin Khattab pun kemudian mengumpulkan para sahabat dan semua orang yang bertugas di pemerintahan.
Diceritakan dari Ibnu Abbas bahwa semenjak Nabi datang ke Madinah, tidak ada tahun yang digunakan dalam penanggalan, demikian juga saat Abu Bakar menggantikan beliau sebagai khalifah, dan juga di empat tahun pertama pemerintahan Umar bin Khattab.
Umar, dalam pertemuan tersebut berkata: "Perbendaharaan negara semakin banyak. Apa yang kita bagi dan sebarkan selama ini tidak memiliki catatan tanggal yang pasti. Bagaimana kita bisa mengatasi ini?"
Setelah mengumpulkan para sahabat dan orang-orang yang ada di pemerintahan, muncul empat peristiwa yang bisa dijadikan rujukan sebagai tahun pertama kalender Hijriah. Empat opsi tersebut di antaranya adalah tahun Rasulullah lahir, tahun wafatnya Rasulullah, tahun Rasulullah diangkat menjadi Rasul, dan juga tahun hijrahnya Rasulullah ke Madinah.
Atas usulan dan rekomendasi Utsman Bin Affan serta Ali Bin Abi Thalib, Umar pun memilih opsi terakhir sebagai hitungan pertama tahun Hijriyah.