Liputan6.com, Jakarta Sifilis pada ibu hamil perlu dipahami oleh setiap orang. Pasalnya, akhir-akhir ini Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RIÂ menunjukkan adanya kenaikan kasus penyakit sifilis yang meningkat signifikan. Dalam kurun lima tahun terakhir, kasus sifilis naik 70 persen, dari sekitar 12.000 kasus pada tahun 2016 sampai hampir menyentuh 21.000 pada akhir 2022 lalu.
Siflilis adalah penyakit kelamin yang disebabkan oleh Treponema pallidum yang berbahaya bagi penderita, juga bagi keturunannya. Sifilis dikenal juga sebagai penyakit raja singa. Sifilis merupakan infeksi menular seksual yang perlu diwaspadai.
Sifilis pada ibu hamil dapat menular kepada bayinya. Hal ini tentunya sangat berbahaya baik bagi ibu hamil maupun bayinya. Pada dasarnya, penyakit raja singa ini memang sangat berbahaya bagi setiap orang, tidak hanya pada ibu hamil saja.
Advertisement
Berikut Liputan6.com rangkum dari laman Kemkes RI dan berbagai sumber lainnya, Kamis (11/5/2023) tentang sifilis pada ibu hamil.
Sifilis pada Ibu Hamil
Sifilis adalah infeksi menular seksual (IMS) yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Risiko infeksi sifilis meningkat pada orang yang berganti-ganti pasangan seksual, menjadi pekerja seks, penggunaan jarum suntik yang telah terinfeksi, penularan dari ibu hamil kepada bayinya, serta melakukan tindakan tato yang tidak aman.
Sifilis pada ibu hamil bisa sangat berbahaya bagi ibu maupun bayi. Sifilis pada ibu hamil dapat menular kepada bayi, dan sifilis bawaan pada bayi baru lahir ini disebut dengan istilah sifilis kongenital. Apabila tidak diobati, sifilis pada ibu hamil dapat menyebabkan keguguran atau kematian segera setelah bayi lahir.
Sementara itu, sifilis pada ibu hamil dapat menyebabkan komplikasi pada bayi yang telah lahir, seperti gangguan pendengaran, pembengkakan hati dan limpa, kelainan batang hidung dan bagian tulang lainnya, serta gangguan otak. Kondisi sifilis kongenital pada bayi dapat dikurangi risikonya dengan mengobati penyakit tersebut sebelum ibu hamil memasuki umur kehamilan 4 bulan.
Advertisement
Penyebab Sifilis
Penyebab sifilis tentunya perlu dipahami setiap orang, tidak hanya sifilis pada ibu hamil saja. Penyebab sifilis adalah infeksi bakteri Treponema pallidum. Penularan sifilis tidak berbeda dengan infeksi menular seksual lainnya, yaitu melalui kontak seksual yang tidak aman, baik hubungan seksual melalui mulut, kelamin, maupun anus.
Bakteri Treponema pallidum tidak dapat bertahan lama di udara, sehingga tidak dapat ditularkan melalui toilet, kolam renang, kamar mandi, serta berbagi peralatan makan atau pakaian.
Gejala Sifilis
Gejala sifilis bisa dikenali melalui tingkatan atau waktunya, yaitu sifilis primer, sekunder, dan tersier, serta periode laten di antara stadium sekunder dan tersier. Berikut penjelasannya:
1. Sifilis primer
Gejala sifilis dapat muncul setelah 2-4 minggu seseorang terinfeksi. Gejala yang ditemukan seperti timbulnya luka kecil di alat kelamin, mulut, atau anus, tempat bakteri masuk. Luka ini tidak sakit sehingga kadang tidak disadari, namun tetap rentan menulari pasangan, dikenal dengan istilah chancre. Luka dapat sembuh dengan sendirinya dalam waktu 1-2 bulan.
2. Sifilis sekunder
Gejala sifilis yang dapat ditemukan dalam 2 sampai 10 minggu setelah terinfeksi antara lain demam, ruam merah di telapak tangan dan kaki atau di bagian tubuh lainnya seperti penis, vagina, atau mulut, serta bercak di sekitar genital yang membasah. Keluhan lain yang dapat dijumpai seperti kehilangan nafsu makan, berat badan turun, rambut rontok, sakit kepala, kelelahan serta pembengkakan kelenjar limpa. Tahap ini berlangsung selama 1-3 bulan, atau dapat berlanjut hingga 1 tahun.
3. Sifilis Laten
Apabila sifilis sekunder tidak diobati, maka gejala akan hilang sementara namun dapat muncul kembali dan berkembang menjadi sifilis tersier dalam 2-3 tahun karena bakteri tidak hilang dari tubuh (laten).
4. Sifilis Tersier
Gejala sifilis pada tahap ini muncul bertahun-tahun setelah tubuh terinfeksi pertama kali. Tahapan ini dinilai paling berbahaya karena dapat menginfeksi berbagai organ vital dan menyebabkan kerusakan otak, peradangan di selaput otak dan tulang belakang, kebutaan, pembengkakan pembuluh darah, kelumpuhan hingga kematian.
Advertisement
Cara Mengatasi Sifilis
Kamu perlu berhati-hati apabila muncul gejala berupa luka di kelamin, mulut, atau anus, serta memiliki faktor risiko terinfeksi sifilis. Pemeriksaan lebih lanjut diikuti dengan pemeriksaan laboratorium penunjang dapat dilakukan oleh dokter spesialis dermatologi dan venereologi.Â
Pengobatan Sifilis
Pada infeksi primer dan sekunder, pilihan antibiotik penisilin menjadi pilihan utama. Dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan dan tes alergi sebelum pengobatan diberikan. Beberapa obat oral dapat diberikan bagi pasien yang alergi terhadap penisilin.
Pencegahan Sifilis
Seperti Infeksi Menular Seksual pada umumnya, sifilis dapat dicegah dengan tidak melakukan kontak seksual berisiko, menggunakan kondom saat berhubungan seksual, selalu melakukan skrining pada pasangan yang akan menikah dan ibu hamil.
Bagi ibu hamil penderita sifilis, diharapkan segera mengkonsultasikan kondisi janin kepada dokter agar bayi dalam kandungan mendapatkan pengobatan untuk menurunkan kemungkinan terinfeksi. Â