Memahami Penyakit Sifilis: Panduan Lengkap Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan

Penyakit sifilis, infeksi menular seksual yang disebabkan bakteri Treponema pallidum, dapat dicegah dan diobati jika terdeteksi dini. Ketahui gejala, tahapan, diagnosis, dan pengobatannya di sini!

oleh Mabruri Pudyas Salim Diperbarui 12 Apr 2025, 20:00 WIB
Diterbitkan 12 Apr 2025, 20:00 WIB
Penyakit Menular Seksual/Unsplash Taylor
Penyakit Menular Seksual/Unsplash Taylor... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Penyakit sifilis, juga dikenal sebagai "raja singa", adalah infeksi menular seksual (IMS) yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Bakteri ini menyerang berbagai organ tubuh dan berkembang melalui beberapa tahapan jika tidak segera diobati. Penyakit ini dapat ditularkan melalui kontak seksual, dari ibu hamil ke janin, atau kontak langsung dengan luka sifilis. Deteksi dan pengobatan dini sangat penting untuk mencegah komplikasi serius bahkan kematian.

Di Indonesia, data mengenai prevalensi penyakit sifilis terus meningkat. Meskipun angka pastinya bervariasi tergantung sumber dan periode pelaporan, peningkatan kasus ini menjadi perhatian serius. Kurangnya kesadaran masyarakat tentang penyakit sifilis dan pencegahannya menjadi salah satu faktor penyebabnya. Oleh karena itu, pemahaman yang komprehensif tentang penyakit sifilis sangat penting untuk menekan angka kejadian dan mencegah komplikasi.

Artikel ini akan membahas secara lengkap tentang penyakit sifilis, mulai dari pengertian, cara penularan, tahapan perkembangan, gejala, diagnosis, pengobatan, hingga upaya pencegahan. Informasi ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan mendorong deteksi dini serta pengobatan yang tepat waktu untuk mencegah komplikasi serius yang dapat ditimbulkan oleh penyakit sifilis.

Berikut informasi selengkapnya tentang penyakit sifilis, sebagaimana telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Sabtu (12/4/2025).

Apa Itu Penyakit Sifilis?

Sifilis adalah penyakit menular seksual kronis yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Bakteri ini menginfeksi tubuh melalui kontak langsung dengan luka sifilis (chancre) yang biasanya muncul pada tahap awal infeksi. Setelah infeksi, bakteri dapat tetap berada di dalam tubuh selama bertahun-tahun tanpa menimbulkan gejala, namun tetap dapat menular.

Penyakit sifilis pertama kali dideskripsikan secara klinis pada abad ke-15. Namun, pemahaman ilmiah tentang penyakit ini baru berkembang pesat setelah penemuan bakteri penyebabnya oleh Fritz Schaudinn dan Erich Hoffmann pada tahun 1905. Sejak saat itu, pengobatan sifilis telah mengalami kemajuan signifikan, terutama dengan ditemukannya penisilin sebagai antibiotik yang efektif.

Pemahaman yang mendalam tentang penyakit sifilis, termasuk penyebab, penularan, tahapan, dan pengobatannya, sangat penting untuk pencegahan dan pengobatan dini. Deteksi dini dan pengobatan yang tepat dapat mencegah komplikasi serius dan meningkatkan kualitas hidup penderita.

Sifilis dapat menyerang berbagai organ tubuh, termasuk jantung, otak, dan sistem saraf. Oleh karena itu, pengobatan sifilis harus dilakukan secara tepat dan tuntas untuk mencegah kerusakan permanen pada organ-organ vital.

Cara Penularan Penyakit Sifilis

Hubungan Intim/Seks
ilustrasi/copyright unsplash.com/HOP DESIGN... Selengkapnya

Penyakit sifilis terutama ditularkan melalui kontak seksual, baik vaginal, anal, maupun oral, dengan seseorang yang terinfeksi. Kontak langsung dengan luka sifilis yang aktif juga dapat menyebabkan penularan. Luka ini biasanya berupa ulkus (chancre) yang tidak nyeri dan dapat muncul di area genital, anus, atau mulut.

Penularan sifilis dari ibu hamil ke janin (sifilis kongenital) juga dapat terjadi. Hal ini dapat menyebabkan komplikasi serius pada bayi yang baru lahir, bahkan kematian. Oleh karena itu, skrining sifilis pada ibu hamil sangat penting untuk mencegah penularan ke janin.

Meskipun jarang terjadi, penularan sifilis juga dapat melalui transfusi darah. Namun, skrining darah yang ketat telah mengurangi risiko penularan melalui jalur ini. Mitos yang beredar di masyarakat, seperti penularan melalui berbagi toilet, pakaian, atau gigitan nyamuk, adalah tidak benar.

Penting untuk diingat bahwa pencegahan penyakit sifilis sangat penting. Praktik seks aman, seperti penggunaan kondom, dan mengurangi jumlah pasangan seksual, dapat secara signifikan mengurangi risiko penularan.

Tahapan Penyakit Sifilis

Ilustrasi penis (pixabay)
Ilustrasi penis (pixabay)... Selengkapnya

Penyakit sifilis berkembang melalui beberapa tahapan, masing-masing dengan gejala yang berbeda. Tahap primer ditandai dengan munculnya satu atau lebih luka (chancre) yang tidak nyeri pada area genital, anus, atau mulut. Luka ini biasanya sembuh sendiri dalam 3-6 minggu, meskipun bakteri tetap ada di dalam tubuh.

Tahap sekunder muncul beberapa minggu setelah luka primer sembuh. Gejala yang muncul meliputi ruam kulit di seluruh tubuh, termasuk telapak tangan dan kaki, demam, nyeri otot dan sendi, sakit kepala, pembengkakan kelenjar getah bening, rambut rontok, dan kelelahan. Ruam ini dapat hilang dengan sendirinya, tetapi bakteri tetap ada di dalam tubuh.

Tahap laten adalah periode tanpa gejala yang dapat berlangsung selama bertahun-tahun. Meskipun tidak ada gejala yang terlihat, bakteri tetap ada di dalam tubuh dan masih dapat menular, terutama dalam 12 bulan pertama setelah infeksi.

Tahap tersier merupakan tahap lanjut yang terjadi jika sifilis tidak diobati. Tahap ini dapat menyebabkan kerusakan serius pada organ-organ vital seperti jantung, otak, mata, hati, dan pembuluh darah. Gejala pada tahap ini dapat meliputi gumma (benjolan kecil), gangguan neurologis, masalah kardiovaskular, dan bahkan kematian.

Gejala Penyakit Sifilis yang Perlu Diwaspadai

Kanker penis
Kanker penis... Selengkapnya

Gejala awal penyakit sifilis adalah munculnya luka chancre, yaitu luka kecil yang tidak nyeri, biasanya pada area genital, anus, atau mulut. Luka ini biasanya muncul 3-6 minggu setelah terinfeksi dan akan sembuh sendiri dalam beberapa minggu, meskipun bakteri penyebabnya masih ada di dalam tubuh.

Pada tahap sekunder, ruam kulit dapat muncul di seluruh tubuh, termasuk telapak tangan dan kaki. Ruam ini biasanya tidak gatal dan dapat berupa bercak merah atau merah kecoklatan. Gejala lain yang mungkin muncul meliputi demam, nyeri otot dan sendi, sakit kepala, pembengkakan kelenjar getah bening, rambut rontok, dan kelelahan.

Gejala pada stadium sekunder dapat hilang dengan sendirinya, namun bakteri tetap ada dalam tubuh dan masih dapat menular. Jika tidak diobati, penyakit sifilis akan berkembang ke tahap laten dan tersier, yang dapat menyebabkan komplikasi serius.

Pada tahap lanjut, gejala neurologis dapat muncul, seperti sakit kepala hebat, perubahan perilaku, gangguan kognitif, hingga kelumpuhan. Gejala pada tahap lanjut ini dapat sangat bervariasi tergantung pada organ yang terkena.

Gejala sifilis pada wanita umumnya sama dengan pada pria, namun beberapa sumber menyebutkan bahwa penurunan berat badan juga dapat terjadi pada tahap sekunder. Penting untuk segera memeriksakan diri ke dokter jika mengalami gejala-gejala tersebut.

Komplikasi Penyakit Sifilis Tanpa Pengobatan

Kerusakan Otak Sebabkan Skizofrenia Dini
Kerusakan Otak Sebabkan Skizofrenia Dini... Selengkapnya

Jika tidak diobati, penyakit sifilis dapat menyebabkan komplikasi serius pada berbagai organ tubuh. Neurosifilis, misalnya, dapat menyebabkan kerusakan otak dan sistem saraf, yang dapat mengakibatkan gangguan kognitif, kelumpuhan, hingga kematian.

Kardiovaskular sifilis dapat menyebabkan masalah jantung dan pembuluh darah, seperti aneurisma aorta (pembengkakan pembuluh darah utama), gagal jantung, dan penyakit jantung koroner. Komplikasi ini dapat mengancam jiwa.

Okular sifilis dapat menyebabkan kerusakan mata dan penglihatan, bahkan kebutaan. Otosifilis dapat menyebabkan gangguan pendengaran dan telinga, seperti tinnitus (berdenging di telinga) dan vertigo (pusing).

Pada kasus yang tidak diobati, sifilis dapat menyebabkan kerusakan organ yang parah dan bahkan kematian. Komplikasi ini dapat terjadi bertahun-tahun setelah infeksi awal dan sulit untuk disembuhkan.

Oleh karena itu, pengobatan dini sangat penting untuk mencegah komplikasi serius dan meningkatkan peluang kesembuhan. Segera konsultasikan dengan dokter jika Anda mengalami gejala-gejala sifilis.

Penyakit Sifilis pada Kehamilan dan Bayi

Ilustrasi potret ibu hamil/freepik.com/prostooleh
Dapatkan manfaat yang luar biasa dengan menerapkan stimulasi ini pada bayi sejak dalam kandungan. (Sumber: Freepik/prostooleh).... Selengkapnya

Ibu hamil yang terinfeksi sifilis dapat menularkan penyakit ini ke janinnya melalui plasenta. Hal ini disebut sifilis kongenital dan dapat menyebabkan komplikasi serius pada bayi yang baru lahir, bahkan kematian.

Sifilis kongenital dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan pada bayi, seperti gangguan pertumbuhan, kerusakan organ, dan kelainan perkembangan. Bayi yang terinfeksi sifilis kongenital mungkin menunjukkan gejala seperti ruam kulit, demam, dan pembesaran hati dan limpa.

Gejala sifilis pada bayi baru lahir dapat bervariasi dan mungkin tidak selalu terlihat. Oleh karena itu, skrining sifilis pada ibu hamil sangat penting untuk mendeteksi dan mengobati infeksi sedini mungkin.

Tes sifilis selama kehamilan biasanya dilakukan pada trimester pertama dan ketiga, serta saat persalinan. Pengobatan yang tepat waktu pada ibu hamil dapat mencegah penularan ke janin dan mencegah komplikasi pada bayi.

Pengobatan untuk ibu hamil dengan sifilis biasanya menggunakan penisilin, yang aman untuk ibu dan janin. Pemantauan ketat selama dan setelah pengobatan sangat penting untuk memastikan keberhasilan pengobatan.

Diagnosis Penyakit Sifilis

penyebab sifilis
penyebab sifilis ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Diagnosis penyakit sifilis dilakukan melalui pemeriksaan fisik untuk mendeteksi gejala, seperti luka chancre atau ruam kulit. Dokter juga akan menanyakan riwayat seksual pasien untuk menilai risiko infeksi.

Tes darah merupakan metode utama untuk mendiagnosis sifilis. Tes ini mendeteksi antibodi terhadap bakteri Treponema pallidum dalam darah. Ada beberapa jenis tes darah yang digunakan, termasuk tes non-treponemal dan treponemal.

Pemeriksaan cairan serebrospinal (CSF) dilakukan untuk mendiagnosis neurosifilis, yaitu sifilis yang telah menyebar ke sistem saraf pusat. Pemeriksaan ini melibatkan pengambilan sampel cairan dari sekitar sumsum tulang belakang.

Pemeriksaan mikroskopis darkfield digunakan untuk mendeteksi bakteri Treponema pallidum secara langsung dalam sampel dari luka sifilis. Metode ini kurang umum digunakan dibandingkan tes darah.

Jika Anda mengalami gejala yang mengarah pada penyakit sifilis atau memiliki risiko tinggi terinfeksi, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat.

Pengobatan Penyakit Sifilis

ciri ciri sifilis
ciri ciri sifilis ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Pengobatan utama penyakit sifilis adalah dengan antibiotik penisilin. Jenis dan dosis penisilin yang digunakan akan disesuaikan dengan tahap penyakit dan kondisi pasien. Pengobatan yang tepat waktu sangat penting untuk mencegah komplikasi serius.

Untuk pasien yang alergi penisilin, alternatif pengobatan dapat digunakan, seperti doksisiklin atau tetrasiklin. Namun, antibiotik ini tidak direkomendasikan untuk ibu hamil atau menyusui.

Protokol pengobatan sifilis bervariasi tergantung pada tahap penyakit. Sifilis primer dan sekunder biasanya diobati dengan satu dosis penisilin intramuskular. Sifilis laten dan tersier membutuhkan pengobatan yang lebih lama dan intensif.

Reaksi Jarisch-Herxheimer, yaitu reaksi inflamasi yang terjadi setelah pengobatan sifilis, dapat terjadi pada beberapa pasien. Reaksi ini biasanya berupa demam, nyeri otot, dan sakit kepala, dan biasanya mereda dalam waktu 24 jam.

Setelah pengobatan, pemeriksaan lanjutan diperlukan untuk memastikan keberhasilan pengobatan dan mendeteksi kemungkinan kekambuhan. Pemeriksaan lanjutan biasanya dilakukan beberapa minggu dan bulan setelah pengobatan selesai.

Pencegahan Penyakit Sifilis

Ilustrasi
Ilustrasi kondom. (dok. pexels/Nataliya Vaitkevich)... Selengkapnya

Pencegahan penyakit sifilis dapat dilakukan dengan praktik seks yang aman, termasuk penggunaan kondom secara konsisten selama hubungan seksual. Mengurangi jumlah pasangan seksual juga dapat mengurangi risiko penularan.

Tes sifilis secara teratur, terutama bagi individu berisiko tinggi, seperti mereka yang memiliki banyak pasangan seksual atau pasangan baru, sangat penting untuk mendeteksi infeksi sedini mungkin.

Hindari berbagi mainan seks untuk mencegah penularan bakteri Treponema pallidum. Komunikasi terbuka dengan pasangan seksual tentang riwayat seksual dan hasil tes sangat penting untuk mencegah penularan.

Pemerintah dan organisasi kesehatan masyarakat juga berperan penting dalam program pencegahan sifilis, seperti kampanye edukasi dan penyediaan layanan tes dan pengobatan yang terjangkau dan mudah diakses.

Penyakit Sifilis dan HIV: Hubungan dan Risiko

Ratusan Mahasiswa dan Ibu Rumah Tangga Ber-KTP Bandung Terinfeksi HIV AIDS, Apa Saja Gejalanya?
Sebanyak 414 mahasiswa dan 664 ibu rumah tangga di Kota Bandung dilaporkan terinfeksi HIV AIDS. Kenali gejalanya berikut ini. (pexels/cottonbro).... Selengkapnya

Terinfeksi sifilis dapat meningkatkan risiko penularan HIV. Luka atau lesi pada kulit akibat sifilis dapat memudahkan masuknya virus HIV ke dalam tubuh.

Oleh karena itu, tes ganda untuk sifilis dan HIV sangat penting, terutama bagi individu berisiko tinggi. Penanganan khusus diperlukan pada pasien dengan koinfeksi sifilis dan HIV.

Sifilis yang tidak diobati dapat memperburuk perkembangan HIV dan menurunkan respons terhadap pengobatan antiretroviral. Pengobatan sifilis yang tepat waktu dapat membantu meningkatkan kesehatan secara keseluruhan dan memperlambat perkembangan HIV.

Penting untuk melakukan skrining rutin untuk sifilis dan HIV, terutama bagi individu yang memiliki perilaku seksual berisiko tinggi.

Memberi Tahu Pasangan Tentang Penyakit Sifilis

pasangan bertengkar
ilustrasi pasangan bertengkar/photo created by yanalya - www.freepik.com... Selengkapnya

Keterbukaan dan tanggung jawab sangat penting jika Anda didiagnosis menderita sifilis. Beri tahu pasangan seksual Anda tentang diagnosis Anda agar mereka dapat memeriksakan diri dan mendapatkan pengobatan jika diperlukan.

Cara membicarakan hal ini dengan pasangan Anda harus dilakukan dengan empati dan pengertian. Jelaskan pentingnya pemeriksaan dan pengobatan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.

Dinas kesehatan dapat membantu dalam notifikasi pasangan, dengan menjaga kerahasiaan identitas Anda. Layanan ini dapat membantu memastikan bahwa pasangan Anda mendapatkan informasi dan perawatan yang tepat.

Dukungan psikologis dapat membantu Anda dan pasangan Anda menghadapi diagnosis ini. Jangan ragu untuk mencari bantuan dari konselor atau terapis untuk mengatasi dampak emosional diagnosis sifilis.

Hidup Setelah Diagnosis Penyakit Sifilis

ciri sifilis
ciri sifilis ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Dengan pengobatan yang tepat dan tuntas, penyakit sifilis dapat disembuhkan sepenuhnya. Setelah pengobatan, penting untuk menjalani pemeriksaan lanjutan untuk memastikan keberhasilan pengobatan.

Perubahan gaya hidup, seperti praktik seks yang aman dan mengurangi jumlah pasangan seksual, dapat membantu mencegah infeksi berulang. Penggunaan kondom secara konsisten sangat penting untuk mencegah penularan.

Setelah terinfeksi sifilis, penting untuk melakukan pemeriksaan lanjutan secara teratur untuk mendeteksi kemungkinan kekambuhan atau komplikasi. Konsultasikan dengan dokter Anda untuk jadwal pemeriksaan yang tepat.

Hidup normal setelah diagnosis sifilis sangat mungkin dengan pengobatan yang tepat, perubahan gaya hidup, dan dukungan dari keluarga dan tenaga kesehatan.

Perkembangan Terbaru dalam Penanganan Penyakit Sifilis

ilustrasi sifilis
ilustrasi sifilis (freepik.com)... Selengkapnya

Penelitian terus dilakukan untuk meningkatkan diagnosis dan pengobatan penyakit sifilis. Inovasi dalam teknologi diagnostik telah meningkatkan akurasi dan kecepatan deteksi.

Tantangan peningkatan kasus sifilis global membutuhkan upaya kolaboratif dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, organisasi kesehatan, dan masyarakat. Edukasi publik dan akses yang lebih mudah ke layanan kesehatan sangat penting.

Penelitian vaksin sifilis masih terus dilakukan, tetapi belum ada vaksin yang tersedia saat ini. Program pemerintah dalam penanganan sifilis mencakup skrining, pengobatan, dan edukasi masyarakat.

Dengan upaya bersama, diharapkan angka kejadian penyakit sifilis dapat ditekan dan komplikasi yang ditimbulkannya dapat dicegah.

Penyakit sifilis adalah infeksi menular seksual yang serius, tetapi dapat dicegah dan diobati jika terdeteksi dini. Ketahui gejala, tahapan, diagnosis, dan pengobatannya untuk melindungi diri Anda dan pasangan.

Praktik seks yang aman, penggunaan kondom, dan pemeriksaan rutin sangat penting untuk mencegah penularan. Jika Anda mengalami gejala atau memiliki risiko tinggi, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat. Deteksi dini dan pengobatan segera dapat mencegah komplikasi serius dan menyelamatkan nyawa.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya