Liputan6.com, Jakarta Gencatan senjata adalah istilah yang biasanya digunakan dalam perang atau konflik bersenjata. Gencatan senjata biasanya dilakukan oleh dua pihak yang berkonflik. Kedua belah pihak membuat sebuah kesepakatan yang disepakati bersama.
Baca Juga
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, gencatan senjata adalah penghentian tembak-menembak (tentang perang). Hal ini berarti kedua belah pihak menghentikan konflik yang selama ini sudah terjadi, baik untuk sementara ataupun untuk selamanya.
Advertisement
Gencatan senjata adalah kesepakatan antara dua pihak yang sedang bertikai untuk berhenti berperang atau berkonflik. Gencatan senjata ini tentunya harus disepakati oleh kedua pihak dan dipatuhi. Hal ini untuk menghindari terjadinya konflik yang lebih besar nantinya.
Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Jumat (21/5/2021) tentang gencatan senjata adalah.
Arti Gencatan Senjata
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, gencatan senjata adalah penghentian tembak-menembak (tentang perang). Sering kali istilah ini digunakan untuk menjelaskan adanya dua negara yang sedang bertikai dan saling berkonflik, dan memutuskan untuk berhenti melanjutkan konflik tersebut.
Gencatan senjata adalah penghentian perang atau konflik bersenjata apa pun untuk sementara atau selamanya. Dalam hal ini, kedua belah pihak yang berkonflik harus setuju untuk menghentikan tindakan agresif masing-masing.
Dalam bahasa Inggris, gencatan senjata adalah ceasefire. Menurut Cambridge Dictionary, gencatan senjata adalah kesepakatan, biasanya antara dua pihak, untuk berhenti berperang, memungkinkan diskusi tentang perdamaian.
Sementara itu, menurut ensiklopedia Britannica, gencatan senjata adalah sebuah kesepakatan untuk penghentian permusuhan aktif antara dua atau lebih pihak yang berperang. Secara umum, baik istilah, ruang lingkup, hingga durasinya, gencatan senjata ditentukan oleh pihak yang mengadakan kesepakatan.
Advertisement
Gencatan Senjata dalam Penghentian Konflik
Gencatan senjata adalah suatu hal yang bisa dikatakan sebagai langkah pertama dalam menyelesaikan konflik kekerasan menuju perdamaian. Hal ini menjadi pembuka jalan untuk adanya negosiasi terkait masalah yang tak dapat diselesaikan sebelumnya. Hal ini dikarenakan kekerasan melahirkan kecemasan, ketakutan, dan permusuhan yang bisa menghalangi terjadinya negosiasi.
Deklarasai gencatan senjata bersama atau sepihak menjadi hal penting untuk menghindari efek polarisasi kekerasan. Namun gencatan senjata kadang tidak selalu berakhir dengan perdamaian. Hal ini tidak lepas dari komitmen politik masing-masing pihak yang bertikai. Terkadang gencatan senjata dilihat sebagai sebuah taktik dalam peperangan atau pertikaian.
Dalam hal ini, gencatan sejantan hanyalah cara untuk menghentikan pertempuran sementara, sementara kedua belah pihak merencanakan lebih banyak serangan dan pertempuran lebih lanjut. Jika ada pihak yang tidak memiliki niat tulus untuk berdamai dengan negosiasi, gencatan senjata akan terancam.
Contoh Gencatan Senjata
Gencatan senjata bisa dinyatakan sebagai bagian dari perjanjian formal, tetapi bisa juga sebagai bagian pemahaman informal antara kedua belah pihak.
Sebagai contoh, pada tanggal 25 Desember 1914, pada Perang Dunia I, terjadi gencatan senjata informal karena Jerman dan Inggris ingin merayakan Natal. Tidak ada perjanjian yang ditandatangani, dan setelah beberapa hari peperangan berlanjut.
Contoh lain dari gencatan senjata terjadi antara Israel dan Otoritas Palestina pada tanggal 8 Februari 2005. Pada saat itu, pemimpin delegasi Palestina, Saeb Erakat menyatakan gencatan senjata mereka: "Kami setuju bahwa hari ini Presiden Abbas akan mengumumkan penghentian permusuhan secara penuh terhadap orang Israel di manapun dan Perdana Menteri Sharon akan mengumumkan penghentian kekerasan dan aktivitas militer terhadap orang Palestina di manapun."
Advertisement
Gencatan Senjata Hamas-Israel
Gencatan senjata antara Israel dan kelompok militan Palestina, Hamas telah diberlakukan. Gencatan senjata dimulai pada Jumat (21/5/2021) pagi, mengakhiri pemboman selama 11 hari di mana lebih dari 240 orang tewas, kebanyakan dari mereka di Gaza. Gencatan senjata ini terjadi setelah difasilitasi oleh Mesir. Mesir memiliki hubungan diplomatik dengan Israel, serta punya pengaruh terhadap Hamas.
Baik Israel dan Hamas telah mengklaim kemenangan dalam konflik tersebut. Menurut laporan Arab News, Jumat (21/5/2021), Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Presiden Amerika Serikat Joe Biden menyambut baik keputusan gencatan senjata. Sementara, Hamas merayakan hal ini sebagai kemenangan.
Pihak Israel menyebut Hamas menembakan lebih dari 4.300 roket selama konflik berlangsung. Totalnya, ada 232 warga Gaza yang tewas akibat konflik ini, termasuk 65 anak kecil. PBB melaporkan ratusan gedung juga hancur di Palestina, dan WHO berkata lebih dari 5.000 orang terluka di Gaza dan Tepi Barat.