Liputan6.com, Jakarta - Haji mabrur adalah istilah yang digunakan untuk mendefinisikan ibadah haji yang benar dan diterima Allah SWT. Haji yang mabrur sebagaimana diungkap dalam hadis Rasulullah SAW, dijanjikan surga oleh Allah SWT.
"Tidak ada balasan yang setimpal bagi haji mabrur kecuali surga," (HR Bukhari).
Ini ibadah yang melibatkan pemenuhan rukun dan wajib-wajib haji dengan penuh kesadaran dan ketakwaan. Rukun haji seperti thawaf di Ka'bah, sai antara Safa dan Marwah, serta wukuf di Arafah, juga menjadi pilar-pilar penting dalam menunaikan haji yang mabrur.
Advertisement
Baca Juga
Haji mabrur adalah ibadah haji yang sejatinya tidak tercampuri oleh dosa. Mereka seorang haji mabrur memiliki ciri-ciri yang khas. Menjadi lebih baik daripada sebelumnya. Sangat mudah untuk menghindari kemaksiatan, dan masih banyak lagi lainnya.
Dalam kitab berjudul Syarhus Suyuthi li Sunan an-Nasa'I oleh Jalaluddin as-Suyuthi, dijelaskan bahwa salah satu bukti seseorang telah mencapai haji mabrur adalah ketika ia menjadi lebih baik dari sebelumnya dan berusaha mengurangi perbuatan maksiat.
Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang haji mabrur dan ciri-cirinya, Rabu (24/5/2023).
Benar dan Diterima Allah SWT
Haji mabrur memiliki pengertian yang beragam dalam literatur agama Islam. Menurut M. Quraish Shihab dalam buku berjudul M. Quraish Shihab Menjawab, mabrur berasal dari bahasa Arab "barra" yang berarti surga, benar, diterima, pemberian, dan keluasan dalam kebaikan.
Ibnu Khalawaih, seperti yang diungkapkan dalam kitab Nayl Al-Awtar oleh asy-Syakawani, mengartikan haji mabrur adalah haji yang diterima Allah atau maqbul.
Kemudian, Hafidz Muftisany Nawari dalam bukunya berjudul Berburu Haji Mabrur dijelaskan bahwa haji mabrur adalah haji yang tidak tercemar oleh dosa, diterima Allah, dan tidak ada kesombongan di dalamnya. Ibadah haji mabrur merupakan bentuk ibadah yang sempurna dan dicintai oleh Allah.
Menurut ulama ahli tafsir Alquran, Profesor Quraish Shihab dalam bukunya berjudul 1001 Soal Keislaman yang Patut Anda Ketahui, haji mabrur adalah tidak hanya terbatas pada pelaksanaan ibadah haji itu sendiri. Makna mabrur terwujud saat seorang jamaah haji pulang dari Tanah Suci dan tetap berpegang pada janji-janji yang diucapkan selama berada di Mekkah untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Dalam kitab berjudul Syarhus Suyuthi li Sunan an-Nasa'I oleh Jalaluddin as-Suyuthi, dijelaskan bahwa salah satu bukti seseorang telah mencapai haji mabrur adalah ketika ia menjadi lebih baik dari sebelumnya dan berusaha mengurangi perbuatan maksiat. Ini menunjukkan bahwa haji mabrur berdampak pada perubahan positif dalam perilaku dan kesalehan seseorang.
Ini ibadah yang juga melibatkan pemenuhan rukun dan wajib-wajib haji dengan penuh kesadaran dan ketaqwaan. Rukun haji seperti thawaf di Ka'bah, sai antara Safa dan Marwah, serta wukuf di Arafah, juga menjadi pilar-pilar penting dalam menunaikan haji yang mabrur.
Dalam sebuah hadis, Nabi Muhammad SAW bersabda, "Tidak ada balasan yang setimpal bagi haji mabrur kecuali surga," (HR Bukhari). Hal ini menegaskan bahwa haji mabrur adalah ibadah haji yang memiliki pahala besar dan hanya Allah yang dapat menentukan dan memberikan pahala yang setimpal atas haji yang sempurna tersebut.
Doa haji mabrur sebagai berikut:
اللهم اجْعَلْ حَجَّنَا حَجًّا مَبْرُوْرًا، وَعُمْرَةَنَا عُمْرَةً مَبْرُوْرًا، وَسَعْيَنَا سَعْيًا مَشْكُوْرًا، وَذَنْبَنَا ذَنْبًا مَغْفُوْرًا، وَعَمَلَنَا عَمَلًا صَالِحًا مَقْبُوْلًا، وَتِجَارَةَنَا تِجَارَةً لَنْ تَبُوْرَ، يَا عَالِمَ مَا فِى الصُّدُوْرِ أَخْرِجْنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّوْرِ.
Allahummaj'al hajjana hajjan mabruura, wa 'umratan 'umratan mabruura wasa'yanaa sa'yan masykuuraa wa dzanban dzanban maghfuura wa 'amalanaa 'amalan shaalihan maqbuulaa wa tijaaratan lan tabuura yaa 'aalima maa fish shudur akhrijnaa minadh dhulumaati ilan nuur.
Artinya: “Ya Allah, jadikanlah haji kami haji yang mabrur (baik dan diterima), umrah kami umrah yang mabrur, sa'i kami sa'i yang disyukuri, dosa kami dosa yang diampuni, amal kami amal shaleh yang diterima dan perdagangan kami perdagangan yang tidak merugi, wahai Dzat Yang Maha Mengetahui apa yang ada dalam dada, keluarkanlah kami dari kedhaliman menuju cahaya (keimanan)."
Advertisement
Ciri-Cirinya
Haji mabrur memiliki beberapa ciri-ciri sebagaimana dikutip dari buku berjudul Peta Perjalanan Haji dan Umrah oleh Agus Arifin. Berikut ciri-ciri haji mabrur yang dimaksudkan:
- Salah satu ciri penting dari haji mabrur adalah kemampuannya untuk memberikan kedamaian bagi orang-orang di sekelilingnya. Mereka seorang haji mabrur pasti akan menjaga ketenangan, menghindari pertengkaran, dan berupaya menciptakan hubungan yang harmonis dengan sesama jamaah haji.
- Sebagai orang yang melakukan ibadah suci, seorang haji mabrur adalah juga menunjukkan perilaku yang baik dalam segala aspek kehidupan. Mereka haji mabrur berbicara dengan sopan dan santun, tidak menggunakan bahasa kasar, dan menghormati orang lain dengan sikap yang ramah dan penuh pengertian.
- Haji mabrur adalah seseorang yang memiliki tingkat kepedulian yang tinggi terhadap sesama manusia. Mereka meluangkan waktu dan sumber daya untuk bersedekah kepada yang membutuhkan, baik dalam bentuk materi maupun dalam memberikan makanan kepada orang-orang yang kurang mampu.
- Ciri-ciri yang paling mencolok dari haji mabrur adalah kemampuannya untuk menghindari segala bentuk kemaksiatan. Mereka menjauhi perilaku negatif seperti ghibah (menggunjing), adu domba, dusta, dan mencela orang lain. Seorang haji mabrur bisa menjaga lidah dan perilaku mereka, berfokus pada kebaikan dan pengembangan diri.
- Selain itu, haji mabrur juga memiliki kepekaan terhadap nilai-nilai moral dan etika agama. Mereka mematuhi perintah Allah dan menjalankan ajaran-Nya dengan tekun dan tulus. Mereka berupaya menjaga kebersihan hati, menjauhi dosa, dan terus meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan.
- Tidak hanya itu, seorang haji mabrur juga memiliki sikap rendah hati dan kesadaran diri yang tinggi. Mereka tidak sombong atau menyombongkan diri atas keberhasilan menunaikan ibadah haji. Sebaliknya, mereka tetap merendahkan diri di hadapan Allah SWT dan mengakui bahwa segala kebaikan yang mereka lakukan berasal dari-Nya.