Liputan6.com, Jakarta Preeklamsia adalah gangguan kehamilan yang ditandai oleh tekanan darah tinggi dan kandungan protein yang tinggi dalam urine. Kondisi ini dapat membahayakan organ-organ lainnya calon ibu, seperti ginjal dan hati.
Apabila preeklamsia tidak segera diobati, preeklamsia dapat menjadi eklamsia. Eklamsia adalah kondisi preeklamsia yang disertai kejang. Hal ini dapat berakibat fatal bagi ibu dan janin, bahkan dapat menyebabkan kematian.
Advertisement
Sedangkan pada bayi, preeklamsia dapat mengakibatkan kekahiran prematur dan pertumbuhan janin yang terhambat. Untuk itu, penting bagi ibu hamil mengetahui gejala dan penyebabnya supaya segera ditangani oleh dokter.
Advertisement
Berikut ini ulasan mengenai preeklamsia beserta gejala, penyebab, cara mengatasi dan mencegahnya yang telah dirangkum oleh Liputan6.com dari berbagai sumber, Senin (3/1/2021).
Mengenal Preeklamsia
Preeklamsia adalah kondisi peningkatan tekanan darah disertai dengan adanya protein dalam urine. Kondisi ini terjadi setelah usia kehamilan lebih dari 20 minggu. Preeklamsia harus diberikan penanganan untuk mencegah komplikasi dan mencegahnya berkembang menjadi eklamsia yang dapat mengancam nyawa ibu hamil dan janin. Salah satu faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya preeklampsia adalah ibu hamil berusia lebih dari 40 tahun atau di bawah 20 tahun.
Preeklamsia paling riskan pada ibu hamil dengan kondisi kehamilan berisiko tinggi, punya riwayat diabetes, hipertensi, penyakit ginjal, kegemukan, sampai penderita penyakit autoimun. Masalah kesehatan ini bisa berbahaya karena terkadang gejala preeklamsia seperti efek kehamilan biasanya.
Advertisement
Gejala Preeklamsia
Berikut ciri-ciri preeklamsia pada ibu hamil yang perlu diwaspadai, antara lain:
1. Tekanan darah tinggi
Tekanan darah tinggi adalah salah satu tanda preeklamsia paling umum dialami ibu hamil. Ibu hamil dikatakan memiliki tekanan darah tinggi apabila hasil pengukuran tensinya di atas 149/90 mmHg. Ibu hamil juga wajib waspada apabila selama hamil, tensi diastoliknya naik lebih dari 15 mmHg, atau tensi sistoliknya naik di atas 30 mmHg.
2. Protein urine tinggi
Selanjutnya, gejala preeklamsia adalah protein urine tinggi atau proteinuria pada ibu hamil. Protein urine tinggi ini menandakan ada masalah dengan fungsi penyaringan ginjal ibu hamil. Kondisi ini bisa terjadi apabila preeklamsia sampai merusak filter ginjal. Untuk mengetahui kadar protein urine saat hamil, ibu hamil biasanya disarankan melakukan pemeriksaan urine.
3. Kaki, wajah, atau tangan bengkak
Ibu hamil biasanya mengalami sejumlah bagian tubuhnya membengkak, terutama bagian kaki. Namun, perlu diketahui, beberapa bagian tubuh yang bengkak atau edema juga bisa jadi gejala preeklamsia. Penderita preeklamsia biasanya mengalami penumpukan cairan di kaki, wajah, sekitar mata, atau tangan.
4. Sakit kepala
Sakit kepala biasanya juga merupakan masalah kesehatan yang lazim dialami ibu hamil. Tapi, waspadai apabila sakit kepala terasa sangat parah, sampai berdenyut-denyut, dan tak kunjung sembuh. Saat sakit kepala, ibu hamil sebaiknya tidak sembarangan minum obat sakit kepala. Konsultasikan ke dokter sebelum minum obat apa pun.
5. Sakit perut, bahu, atau punggung bawah
Selanjutnya, gejala preeklamsia adalah sakit di beberapa bagian tubuh seperti perut, bahu, atau punggung bawah. Sakit perut terkait preeklamsia biasanya muncul di bawah tulang rusuk sisi kanan. Sedangkan, sakit punggung bawah dan bahu terkait masalah kesehatan ini umumnya bersifat akut atau sangat nyeri. Nyerinya bisa terasa seperti dicubit atau sejumlah bagian tubuh sangat sakit saat digunakan untuk berbaring miring.
Â
6. Mual atau muntah
Mual atau muntah biasanya dialami ibu hamil di trimester awal kehamilan. Masalah kesehatan yang dikenal dengan morning sickness ini jamak hilang menginjak trimester kedua kehamilan. Ibu hamil perlu waspada jika, mual atau muntah tiba-tiba muncul di pertengahan kehamilan. Kondisi ini bisa saja terkait dengan preeklamsia.
7. Berat badan naik signifikan
Kenaikan berat badan yang signifikan sebanyak satu sampai tiga kilogram dalam waktu seminggu juga bisa jadi gejala preeklamsia. Berat badan penderita bisa melonjak karena pembuluh darah rusak. Kondisi ini memungkinan banyak air yang terperangkap di jaringan tubuh dan tidak bisa keluar karena ginjal bermasalah.
8. Gangguan penglihatan
Gangguan penglihatan bisa jadi tanda preeklamsia sudah parah. Kondisi ini disebabkan sistem saraf pusat mengalami iritasi. Hal itu bisa membuat otak bengkak dan memicu gangguan penglihatan seperti melihat kilatan cahaya, aura, tidak tahan silau, sampai pandangan kabur.
9. Hiperefleksia
Hiperefleksia adalah gangguan refleks tubuh, sehingga saat lutut ditepuk dengan palu karet, kaki bisa kembali memantul dengan sangat kencang. Hiperefleksia pada preeklamsia bisa terjadi karena komplikasi penyakit mulai memengaruhi sistem saraf tak sadar. Refleks tendon yang meningkat signifikan pada ibu hamil tak jarang memicu kejang.
10. Sesak napas, detak jantung cepat, dan cemas
Selanjutnya, gejala preeklamsia adalah sesak napas, detak jantung cepat, cemas, sampai bingung. Kondisi ini menunjukkan tekanan darah penderita preeklamsia sudah sangat tinggi.
Penyebab Preeklamsia
Penyebab preeklamsia masih belum diketahui secara pasti. Meski demikian, ada dugaan bahwa kondisi ini disebabkan oleh kelainan perkembangan dan fungsi plasenta, yaitu organ yang berfungsi menyalurkan darah dan nutrisi untuk janin. Kelainan tersebut menyebabkan pembuluh darah menyempit dan timbulnya reaksi yang berbeda dari tubuh ibu hamil terhadap perubahan hormon. Akibatnya, timbul gangguan pada ibu hamil dan janin.
Meskipun penyebabnya belum diketahui, sejumlah faktor berikut ini dinilai dapat memicu gangguan pada plasenta, yaitu:
1. Pernah atau sedang menderita diabetes, hipertensi, penyakit ginjal, penyakit autoimun, dan gangguan darah.
2. Pernah mengalami preeklamsia pada kehamilan sebelumnya.
3. Baru pertama kali hamil.
4. Hamil lagi setelah jeda 10 tahun dengan kehamilan sebelumnya.
5. Hamil di usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 40 tahun.
6. Mengandung lebih lebih dari satu janin.
7. Mengalami obesitas saat hamil, yang ditandai dengan indeks massa tubuh (IMT) ≥30 kg/m2.
8. Kehamilan yang sedang dijalani merupakan hasil metode bayi tabung (in vitro fertilization).
9. Ada riwayat preeklamsia dalam keluarga.
Advertisement
Cara Mengatasi Preeklamsia
Jika wanita hamil terdeteksi mengalami preeklamsia, dokter akan melakukan pemeriksaan kehamilan lebih sering dibandingkan pemeriksaan rutin yang biasa dilakukan. Dokter juga akan melakukan beberapa tes guna mengetahui kondisi bayi dalam kandungan.
Tata laksana preeklamsia yang paling utama adalah persalinan. Apabila usia kandungan tidak terlalu muda, biasanya dokter akan menyarankan untuk melakukan proses kelahiran lebih cepat agar tidak membahayakan kondisi ibu dan bayi dalam kandungan.
Namun, jika usia kandungan masih terlalu muda dan preeklamsia telah terdeteksi sejak dini, dokter akan melakukan beberapa hal untuk mengatasinya. Berikut ini adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi preeklamsia adalah:
1. Menurunkan tekanan darah
Pada kondisi preeklamsia, tekanan darah akan tinggi, sehingga dibutuhkan perawatan yang dapat menurunkan tekanan darah  atau disebut antihipertensi. Tidak semua obat antihipertensi aman bagi ibu hamil. Jadi, sebelum mengonsumsi obat tersebut, diskusikan terlebih dahulu dengan dokter.
2. Memberikan obat antikejang
Magnesium sulfat sering dipakai untuk mengatasi dan mencegah kejang. Dokter akan memberikan obat ini jika preeklamsia tergolong berat.
3. Menyarankan pemberian kortikosteroid
Kortikosteroid biasanya diberikan jika ibu hamil mengalami kondisi preeklamsia atau sindrom HELLP (hemolisis, peningkatan enzim hati, dan kadar platelet rendah). Kortikosteroid dapat memperbaiki fungsi trombosit dan hati untuk mencegah persalinan terlalu awal. Selain itu, kortikosteroid juga dapat membantu mematangkan paru-paru bayi agar jika harus lahir prematur, bayi dapat bernapas dengan baik.
4. Merekomendasikan rawat inap
Jika preeklamsia yang dialami ibu hamil tergolong berat, kemungkinan dokter akan meminta untuk melakukan rawat inap agar dokter dapat dengan mudah mengontrol kondisi ibu hamil, bayi di dalam kandungan, dan kadar cairan amnion atau air ketuban. Kurangnya cairan ini merupakan tanda adanya masalah dengan suplai darah pada bayi.
Pencegahan Preeklamsia
Tidak ada cara khusus untuk mencegah preeklampsia. Namun, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menurukan risiko terjadinya preeklamsia adalah:
1. Melakukan kontrol rutin selama kehamilan.
2. Mengontrol tekanan darah dan gula darah jika memiliki kondisi hipertensi dan diabetes sebelum kehamilan.
3. Menerapkan pola hidup sehat, antara lain dengan menjaga berat badan ideal, mencukupi kebutuhan nutrisi, tidak mengonsumsi makanan yang tinggi garam, rajin berolahraga, dan tidak merokok.
4. Mengonsumsi suplemen vitamin atau mineral sesuai saran dokter.
Â
Advertisement