Penyebab Bayi Kuning dan Cara Mengatasinya, Orangtua Perlu Tahu

Tak perlu panik bila bayi kuning ketika baru lahir.

oleh Nisa Mutia Sari diperbarui 18 Des 2024, 13:12 WIB
Diterbitkan 26 Jun 2023, 18:00 WIB
Penyebab Bayi Kuning
Bayi Baru Lahir / Sumber: iStockphoto

Liputan6.com, Jakarta Penyebab bayi kuning masih belum banyak diketahui oleh beberapa orang tua. Hal inilah yang terkadang menyebabkan orang tua menjadi panik saat mendapati kondisi bayi yang baru dilahirkan dengan kondisi kuning pada bagian badannya.

Padahal penyakit kuning wajar terjadi pada bayi yang baru saja lahir. Biasanya, bayi kuning terjadi antara 2-3 hari setelah dilahirkan. Penyakit kuning pada bayi umumnya terjadi karena kadar bilirubin dalam darah pada bayi terlalu tinggi.

Penyakit ini tidak berbahaya, namun jika tidak segera ditangani, kondisi ini dapat menyebabkan kerusakan otak. Untuk itu, penting bagi para orang tua untuk mengetahui penyebab bayi kuning dan cara mengatasinya.

Berikut ini Liputan6.com, Selasa (9/7/2019) telah merangkum dari berbagai sumber membahas seputar penyakit kuning pada bayi. Mulai dari penyebab bayi kuning hingga cara mengatasinya. Penting bagi orang tua untuk mengetahui ini agar tak panik saat mendapati bayi kuning.

Mengenal tentang Penyakit Kuning

Penyebab Bayi Kuning
Bayi Baru Lahir (Sumber: iStockphoto)

Penyakit kuning atau dalam bahasa medis disebut dengan jaundice yang merupakan perubahan warna pada kulit dan mata bayi yang baru lahir menjadi kuning. Penyakit kuning biasa terjadi pada bayi yang baru lahir, terutama pada bayi prematur dan bayi yang mengalami ketidakcukupan cairan.

Penyakit kuning pada bayi bisa hilang dengan sendirinya atau dengan pengobatan ringan selama satu atau dua minggu. Selain itu, juga bisa membutuhkan waktu sampai dua bulan bila dialami pada bayi prematur. Namun, penyakit kuning pada bayi juga bisa menjadi penyakit yang lebih serius, namun kasus ini masih jarang terjadi.

Bila kondisi penyakit kuning sudah berat atau yang tidak diobati dapat menyebabkan kerusakan otak yang disebut dengan kernicterus. Hal ini dapat menyebabkan masalah seumur hidup yang serius.

Penyebab Bayi Kuning

Penyebab Bayi Kuning
Bayi Baru Lahir / Sumber: iStockphoto

Penyebab bayi kuning karena darah bayi mengalami kelebihan bilirubin. Bilirubin merupakan pigmen berwarna kuning pada sel darah merah. Bilirubin merupakan produk sampingan yang dibuat ditubuh memecah sel darah merah yang sudah tua. Bilirubin akan dihilangkan dari darah oleh hati dan pada akhirnya akan dikeluarkan tubuh saat buang air besar. 

Selama masa kehamilan, organ hati ibu yang akan menyaring bilirubin keluar dari darah yang berada di sekitar janin. Nah, setelah lahir proses ini kemudian diambil alih oleh organ hati bayi yang baru lahir.

Penyebab bayi kuning bisa terjadi karena organ hati pada bayi baru lahir masih belum sempurna, sehingga membutuhkan waktu untuk mengeluarkan bilirubin tersebut. Akibatnya, bilirubin ini menumpuk dalam darah dan menyebabkan warna kuning pada permukaan kulit bayi.

Dari penyebab bayi kuning ini, ada kabar baiknya. Ya, kebanyakan kasus bayi kuning setelah lahir ini ternyata bisa hilang dengan sendirinya sejalan dengan organ hati bayi yang semakin matang dan bayi mulai makan. Bila sudah bekerja dengan baik, maka bisa membantu bilirubin untuk keluar dari tubuh bayi.

Durasi Bayi Kuning yang Tak Perlu Dikhawatirkan

Sebagian besar bayi kuning yang baru lahir akan hilang dalam waktu 2-3 minggu. Namun, apabila kondisi ini bertahan lebih dari 3 minggu, bisa jadi terdapat kondisi lain yang mendasarinya seperti inkompatibilitas sel darah, infeksi pada aliran darah, infeksi virus tertentu, abnormalitas enzim tertentu, dan abnormalitas membran sel darah merah.

Sebenarnya, bayi baru lahir dengan normal bila mengalami kuning pada mata dan wajahnya. Jadi, Anda tak perlu khawatir berlebihan. Kondisi ini biasa terlihat pada hari kedua atau ketiga setelah bayi dilahirkan, yang disebut sebagai bayi kuning fisiologis.

Namun, bila pada hari pertama kehidupan bayi kuning terjadi pada dada atau perut, tandanya kadar bilirubin bayi lebih tinggi dari normal, sehingga patut untuk diwaspadai.

Memang, peningkatan kadar bilirubin tidak menyebabkan masalah kesehatan yang cukup serius. Namun, pada kadar bilirubin yang sangat tinggi atau tidak berfungsinya terapi dapat menyebabkan hilangnya pendengaran dan kerusakan otak pada bayi baru lahir. Hal ini lebih berisiko terjadi pada bayi yang lahir prematur atau tidak cukup bulan.

Cara Mengatasi Bayi Kuning yang Tepat dan Aman

Penyebab Bayi Kuning
Fototerapi / Sumber: iStockphoto

Kebanyakan bayi kuning fisiologis tidak perlu terapi dan akan membaik dengan sendirinya. Namun, apabila bayi kuning menyebar ke bagian dada atau perut, dokter spesialis anak akan melakukan pengecekan pada kadar bilirubin bayi.

Keputusan untuk sampai dilakukan terapi, berdasarkan pada kadar bilirubin dan maturitas bayi. Keputusan ini sebaiknya dibuat dengan bantuan dokter spesialis anak.

Tak hanya itu, pemberian minum ASI juga harus dilakukan sesering mungkin (antara 8-12 kali sehari). Hal ini akan membantu bayi mengeluarkan bilirubin dari tubuh dan mencegahnya mengalami dehidrasi. Bila bayi belum dapat minum ASI, berikan saja susu formula sebanyak 30-60 mililiter setiap 2-3 jam untuk minggu pertama.

Nah, kalau kondisi bayi kuning lebih berat, maka bayi mungkin membutuhakn terapi lainnya seperti fototerapi. Jenis terapi ini menggunakan cahaya untuk memecegah bilirubin pada tubuh bayi.

Melalui fototerapi ini, bayi diletakkan pada tempat tidur khusus di bawah cahaya spectrum biru menggunakan popok saja dan mengenakan kacamata pelindung khusus. Selimut khusus mungkin juga diletakkan di bawah bayi.

Biasanya fototerapi membutuhkan rawat inap di rumah sakit dan bayi prematur mungkin membutuhkan terapi lebih agresif lagi dibandingkan pada bayi yang lahir cukup bulan.

Bayi dengan sakit kuning saat lahir memang terlihat mengkhawatirkan, karena dari segi fisiknya, kulit tubuhnya akan menjadi berwarna kuning. Namun bila menemukan anak Anda yang terkena sakit kuning, segerlah untuk mengkonsultasikan apa yang perlu diketahui dan lakukan dengan dokter spesialis anak.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya