Liputan6.com, Jakarta Dampak pendudukan Jepang terhadap perekonomian di Indonesia adalah kemiskinan. Kemiskinan terjadi karena eksploitasi yang dilakukan oleh pemerintah Jepang terhadap sumber daya alam Indonesia dan juga sumber daya manusia, yaitu melalui romusa.
Pendudukan Jepang di Indonesia membawa dampak pada kehidupan masyarakat Indonesia, tidak hanya di bidang ekonomi. Hal ini juga berdampak pada bidang politik, sosial-budaya, pendidikan, maupun di bidang birokrasi dan militer.
Dampak pendudukan Jepang terhadap perekonomian di Indonesia adalah membuat masyarakat sangat menderita. Kamu perlu memahami dampak pendudukan Jepang terhadap perekonomian di Indonesia sebagai pembelajaran sejarah Indonesia.
Advertisement
Berikut Liputan6.com rangkum dari files1.simpkb.id, Rabu (12/7/2023) tentang dampak pendudukan Jepang terhadap perekonomian di Indonesia.
1. Eksploitasi Sumber Daya Manusia
Dampak pendudukan Jepang terhadap perekonomian di Indonesia adalah perlu dipahami. Pasalnya, pendudukan Jepang memiliki dampak yang sangat buruk untuk masyarakat Indonesia kala itu. Dampak pendudukan Jepang terhadap perekonomian di Indonesia adalah eksploitasi sumber daya manusia. Hal ini guna membiayai Perang Pasifik, Jepang mengerahkan semua tenaga kerja dari Indonesia. Mereka dikerahkan untuk membuat benteng-benteng pertahanan.
Awalnya tenaga kerja dikerahkan dari Pulau Jawa yang padat penduduknya. Kemudian di kota-kota dibentuk barisan romusa sebagai sarana propaganda. Propaganda yang kuat itu menarik pemuda-pemuda untuk bergabung dengan sukarela. Pengerahan tenaga kerja yang awalnya sukarela lama-lama menjadi paksaan. Desa-desa diwajibkan untuk menyiapkan sejumlah tenaga romusa. Panitia pengerahan disebut dengan Romukyokai, yang ada di setiap daerah.
Dampak pendudukan Jepang terhadap perekonomian di Indonesia adalah ekslpoitasi dalam bentuk romusa ini. Para pekerja romusa itu diperlakukan dengan kasar dan kejam. Mereka tidak dijamin kehidupannya, kesehatan dan makan tidak diperhatikan. Banyak pekerja romusa yang jatuh sakit dan meninggal. Untuk mengembalikan citranya, Jepang mengadakan propaganda dengan menyebut pekerja romusa sebagai “pahlawan pekerja” atau “prajurit ekonomi”. Mereka digambarkan sebagai sosok yang suci dalam menjalankan tugasnya. Para pekerja romusa itu juga dikirim ke Birma, Muangthai, Vietnam, Serawak, dan Malaya.
Advertisement
2. Masyarakat Kesulitan Bahan Makanan dan Barang-Barang Keperluan
Selain itu, dampak pendudukan Jepang terhadap perekonomian di Indonesia adalah masyarakat kesulitan bahan makanan dan barang-barang keperluan. Saat itu kondisi masyarakat menyedihkan. Bahan makanan sulit didapat akibat banyak petani yang menjadi pekerja romusa.
Gelandangan di kota-kota besar seperti Surabaya, Jakarta, Bandung, dan Semarang jumlahnya semakin meningkat. Tidak jarang mereka mati kelaparan di jalanan atau di bawah jembatan. Penyakit kudis menjangkiti masyarakat. Pasar gelap tumbuh di kota-kota besar. Barang-barang keperluan sulit didapatkan dan semakin sedikit jumlahnya.
Uang yang dikeluarkan Jepang tidak ada jaminannya, bahkan mengalami inflasi yang parah. Dampak pendudukan Jepang terhadap perekonomian di Indonesia adalah bahan-bahan pakaian sulit didapatkan, bahkan masyarakat menggunakan karung goni sebagai bahan pakaian mereka. Obat-obatan juga sangat sulit didapatkan. Semua objek vital dan alat-alat produksi dikuasai dan diawasi sangat ketat oleh Pemerintah Jepang yang mengeluarkan peraturan untuk menjalankan perekonomian.
3. Perkebunan Diawasi dan Dipegang oleh Pemerintah Jepang
Dampak pendudukan Jepang terhadap perekonomian di Indonesia adalah eksploitasi sumber daya alam oleh pemerintah Jepang. Perkebunan-perkebunan diawasi dan dipegang sepenuhnya oleh pemerintah Jepang. Banyak perkebunan yang dirusak dan diganti tanamannya untuk keperluan biaya perang. Rakyat dilarang menanam tebu dan membuat gula. Beberapa perusahaan swasta Jepang yang menangani pabrik gula adalah Meiji Seito Kaisya.
Masyarakat juga diwajibkan untuk melakukan pekerjaan yang dinilai berguna bagi masyarakat luas, seperti memperbaiki jalan, saluran air, atau menanam pohon jarak. Mereka melakukannya secara bergantian. Untuk menjalankan tugas tersebut dengan baik, maka dibentuklah tonarigumi (rukun tetangga) untuk memobilisasi massa dengan efektif.
Advertisement
Dampak Pendudukan Jepang terhadap Pendidikan
Selain dampak pendudukan Jepang terhadap perekonomian di Indonesia adalah kemiskinan, kamu juga perlu mengenali dampak dalam bidang pendidikan. Pada masa pendudukan Jepang, keadaan pendidikan di Indonesia semakin memburuk. Pendidikan tingkat dasar hanya satu, yaitu pendidikan enam tahun. Hal itu sebagai politik Jepang untuk memudahkan pengawasan. Para pelajar wajib mempelajari bahasa Jepang. Mereka juga harus mempelajari adat istiadat Jepang dan lagu kebangsaan Jepang, Kimigayo, serta gerak badan sebelum pelajaran dimulai.
Bahasa Indonesia mulai digunakan sebagai bahasa pengantar di semua sekolah dan dianggap sebagai mata pelajaran wajib. Sementara itu, perguruan tinggi ditutup pada tahun 1943. Beberapa perguruan tinggi yang dibuka lagi adalah Perguruan Tinggi Kedokteran (Ika Daigaku) di Jakarta dan Perguruan Tinggi Teknik (Kogyo Daigaku) di Bandung. Jepang juga membuka Akademi Pamong Praja (Konkoku Gakuin) di Jakarta, serta Perguruan Tinggi Hewan di Bogor.
Pada saat itu, perkembangan perguruan tinggi benar-benar mengalami kemunduran. Satu hal keuntungan pada masa Jepang adalah penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar. Melalui sekolah-sekolah itulah Jepang melakukan indoktrinasasi. Menurut Jepang, pendidikan kader-kader dibentuk untuk memelopori dan melaksanakan konsepsi kemakmuran Asia Raya. Namun, bagi bangsa Indonesia tugas berat itu merupakan persiapan bagi pemuda-pemuda terpelajar untuk mencapai kemerdekaan.
Para pelajar juga dianjurkan untuk masuk militer. Mereka diajarkan Heiho atau sebagai pembantu prajurit. Pemuda-pemuda juga dianjurkan masuk barisan Seinendan dan Keibodan (pembantu polisi). Mereka dilatih baris berbaris dan perang meskipun hanya bersenjatakan kayu. Dalam Seinendan mereka dijadikan barisan pelopor atau suisintai. Barisan pelopor itu mendapat pelatihan yang berat.