Liputan6.com, Jakarta Tuberculosis atau TBC sendiri sedang hangat dibicarakan oleh masyarakat Indonesia, terutama di Kabupaten Tangerang. Hal ini karena penderita TBC di Kabupaten Tangerang menyentuh angka 9 ribu penderita.
Baca Juga
Advertisement
Berdasarkan data yang dihimpun dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, pada akhir tahun 2022 diperoleh jumlah kasus sebanyak 8.941 kasus penderita TBC. Menurut Kepala Dinkes Kabupaten Tangerang, dr Achmad Muchlis mengatakan temuan kasus TBC di wilayahnya relatif tertutup.
"Penemuan sebanyak mungkin menjadi tantangan mengingat para penderita TBC relatif tertutup terhadap masyarakat sekitar," kata Kadinkes Kabupaten Tangerang, Ahmad Muchlis, seperti dikutip Senin (24/7/2023).
TBC sendiri merupakan penyakit menular yang berpotensi serius dan umumnya menyerang paru-paru. Penularan penyakit TBC dapat terjadi dari orang ke orang melalui droplet yang dilepaskan ke udara melalui batuk dan bersin. Untuk dapat menghindari penyakit menular tersebut, anda perlu mengenali gejala TBC.
Berikut Liputan6.com ulas mengenai cara penularan TBC beserta gejala dan cara mengobatinya yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Senin (24/7/2023).
Mengenal Penyakit Tuberculosis atau TBC
Penyakit Tuberculosis atau TBC adalah penyakit menular yang berpotensi serius dan umumnya menyerang paru-paru. Penyebab penyakit TBC adalah sejenis bakteri. TBC menyebar dengan mudah di tempat orang berkumpul dalam keramaian atau di tempat orang tinggal dalam kondisi padat. Orang dengan HIV/AIDS dan orang lain dengan sistem kekebalan yang lemah memiliki risiko lebih tinggi untuk tertular tuberkulosis daripada orang dengan sistem kekebalan yang khas.
TBC merupakan penyakit yang dapat ditularkan melalui udara. Kebanyakan orang yang terkena TBC tidak pernah menunjukan gejala, karena bakteri dapat hidup dalam bentuk tidak aktif pada tubuh dan dapat menjadi aktif ketika sistem kekebalan tubuh menurun.
Menurut data dari WHO, pada tahun 2020 sebanyak 1,5 juta orang meninggal akibat penyakit TBC. Bahkan kini, TBC adalah penyakit yang menduduki peringkat kedua dalam daftar penyakit paling banyak menyebabkan kematian setelah COVID-19.Â
Advertisement
Cara Penularan Penyakit TBC
Cara penularan penyakit TBC dapat terjadi secara droplet, yaitu ketika seseorang tidak sengaja menghirup percikan ludah dari orang lain pengidap TBC. Pada umumnya dapat melalui batuk atau bersin, sehingga risikonya cukup tinggi.
Dikutip dari laman Kemenkes, penularan penyakit TBC melalui udara. Seorang pasien TBC, khususnya TBC paru pada saat dia bicara, batuk, dan bersin dapat mengeluarkan percikan dahak yang mengandung bakteri TBC. Orang-orang disekeliling pasien TBC tersebut dapat terpapar dengan cara menghisap percikan dahak (droplet). Infeksi dapat terjadi apabila seseorang yang rentan menghirup percikan renik yang mengandung kuman TBC melalui mulut atau hidung, saluran pernafasan atas, bronchus hingga mencapai alveoli.
Gejala Penyakit TBC
Untuk dapat menghindari penularan penyakit TBC, anda perlu mengetahui penderita yang terinfeksi bakteri penyakit TBC dengan mengenali gejalanya. Berikut ini gejala penyakit TBC yang perlu anda ketahui, yakni:
- Batuk-batuk yang berlangsung tiga minggu atau lebih
- Batuk darah
- Nyeri dada, atau nyeri yang timbul saat bernapas atau batuk
- Penurunan berat badan yang tidak disengaja
- Kelelahan
- Demam
- Keringat malam
- Menggigil
- Penurunan nafsu makan
TBCÂ juga dapat terjadi pada bagian tubuh lainnya, termasuk ginjal, tulang belakang, atau otak. Saat TBC terjadi di paru-paru, tanda dan gejala dapat bervariasi sesuai dengan organ yang terlibat. Misalnya, TBC yang terjadi pada tulang belakang dapat menyebabkan nyeri punggung, dan TBC yang terjadi pada ginjal dapat menyebabkan terdapatnya darah pada urine, serta TBC yang terjadi pada kelenjar dapat menyebabkan pembengkakan kelenjar getah bening.
Advertisement
Penyebab Penyakit TBC
Penyebab terjadinya penyakit TBC adalah bakteri Mycobacterium tuberculosis (M.tb) yang dapat menyebar melalui kelenjar getah bening dan aliran darah ke organ tubuh manusia. Bakteri tersebut dapat menyebar melalui udara dan biasanya menginfeksi pari-paru maupun bagian tubuh lainnya.
Bakteri M.tb ini bisa tetap hidup di udara selama beberapa jam, terutama di tempat-tempat kecil tanpa udara segar. Udara segar dan sinar matahari mempersulit bakteri untuk tetap hidup. Udara segar menaburkan bakteri dan sinar matahari membunuh mereka.
Perlu diketahui, meski penyakit TBC menular, namun tidak semudah itu ia menyebar. Anda biasanya harus menghabiskan banyak waktu terlebih dahulu untuk berhubungan dengan seseorang yang menular untuk kemudian bisa tertular penyakit TBC.
Faktor Resiko Penyakit TBC
Melansir dari laman Kemenkes, berikut beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko TB :
1. Kontak langsung dengan penderita TBC
Misalnya bila salah satu anggota keluarga terkena TBC maka faktor resiko 1 dari 3 orang kemungkinan tertular.
2. Faktor usia
Orang lanjut usia dan anak-anak memiliki resiko lebih tinggi terkena TBC karena sistem kekebalan tubuh yang kurang kuat sehingga lebih mudah terinfeksi TBC.
3. Sistem kekebalan tubuh
Sistem kekebalan tubuh yang lemah karena penyakit dan obat dapat menjadi penyebab mudahnya terkena TBC. Misalnya penderita HIV/AIDS, diabetes melitus, dan gangguan ginjal yang parah. Contoh terapi pengobatan yang dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh adalah terapi kanker (kemoterapi), dan orang yang sedang dalam terapi pengobatan golongan obat imunosupresan, seperti pada penderita lupus, rheumatoid arthritis dan psoriasis.
4. Bepergian atau tinggal di daerah mayoritas terinfeksi TBC
Melakukan perjalanan atau tinggal ke daerah mayoritas terinfeksi TBC dapat meningkatkan faktor resiko terkena TBC karena pemaparan infeksi dalam waktu yang lama.
5. Orang yang tinggal di lingkungan pemukiman yang kumuh dan padat penduduknya.
6. Petugas medis yang sering merawat penderita TBC.
7. Orang yang mengalami kekurangan gizi.
8. Pecandu NAPZA
Pecandu NAPZA (Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat adiktif) dapat merusak tubuh seseorang, sehingga melemahkan sistem kekebalan mereka terhadap penyakit TBC.
Advertisement
Cara Pengobatan TBC
Terapi pengobatan Anti-TBC adalah satu-satunya pengobatan yang dibutuhkan. Pengobatan TBC membutuhkan waktu yang lebih lama minimal enam sampai sembilan bulan. Pengobatan TBC juga tergantung pada faktor usia, kondisi kesehatan, respon terhadap obat, jenis TBC dan lokasi terinfeksinya di tubuh.
Kebanyakan penderita TBC akan diberikan obat yang mengandung jenis antituberkulosis, yaitu antibiotik yang khusus digunakan untuk mematikan infeksi bakteri TB. Pengobatannya sendiri terdiri dari 2 tahap yaitu intensif dan lanjutan. Berikut beberapa obat TBC paru yang digunakan pada tahap pengobatan pertama, yakni:
- Pyrazinamide
- Isoniazid
- Streptomisin
- Rifampin
- Ethambutol
Ketika seseorang mengalami resisten terhadap obat antituberkulosis, maka ia harus menjalani pengobatan lini kedua menggunakan obat TBC paru sebagai berikut ini:
- Pyrazinamide
- Amikacin bisa diganti dengan kanamycin
- Ethionamide atau prothionamide
- Cycloserine atau PAS
- Capreomycin
- Para-aminosalicylic acid (PAS)
- Ciprofloxacin
- Ofloxacin
- Levofloxacin