Bos Pecat Pegawai yang Kurang Motivasi Setelah Orang Tuanya Meninggal, Tuai Kritik

Setelah karyawan kembali bekerja, bosnya menyadari bahwa karyawan tersebut sangat kurang semangat dan performanya menurun drastis.

oleh Fitriyani Puspa Samodra diperbarui 26 Agu 2023, 10:00 WIB
Diterbitkan 26 Agu 2023, 10:00 WIB
Ilustrasi karyawan malas
Ilustrasi karyawan (Gambar oleh Mohamed Hassan dari Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta Pegawai yang kurang motivasi pasti mempengaruhi produktivitas perusahaan tempatnya bekerja. Namun seorang bos disebut tidak memiliki simpati terhadap salah seorang karyawannya kurang kinerjanya menurun. Pasalnya, kinerja yang menurun ini terjadi setelah karyawan tersebut mengalami pengalaman traumatis.

Si Bos kemudian bertanya-tanya apakah keputusan yang diambil terlalu keras. Ia mengunggah hal tersebut dalam di subreddit "r/AITA," sebuah mini-forum di dalam Reddit yang didedikasikan untuk topik atau tema tertentu. 

Si Bos menuliskan bahwa keputusan untuk memberhentikan salah seorang karyawannya diambil setelah dia melihat kurangnya semangat dari karyawan tersebut. Berikut seorang bos yang tuai kritikan setelah memecat pegawainya, dirangkum Liputan6.com dari laman yourtango.com, Sabtu (26/8/2023).

Bos Bertanya-tanya Apakah Tindakannya Benar

[Bintang] Usai Pecat Karyawan karena Izin Menemani Anak Sakit, Bos Ini Langsung Kena Karma
Si Bos menuliskan bahwa keputusan untuk memberhentikan salah seorang karyawannya diambil setelah dia melihat kurangnya semangat dari karyawan tersebut. (Ilustrasi: Pexels.com)

Dalam ceritanya di Reddit, Si Bos menjelaskan bahwa dia adalah Wakil Presiden Penjualan di sebuah perusahaan perangkat lunak. Salah seorang perwakilan pengembangan penjualannya baru saja kehilangan kedua orang tuanya setelah mengalami kecelakaan mobil. Dia mengakui bahwa karyawan berusia 22 tahun itu telah bekerja di perusahaan tersebut selama 10 bulan terakhir dan sangat rajin.

"Dia adalah karyawan hebat dan kami berencana mempertimbangkan untuk mempromosikannya dalam 6 bulan mendatang. Karyawan ini mendapatkan pekerjaan dengan gaji tinggi untuk ukuran lulusan baru, sekitar 1,3 milyar rupiah. Dengan komisi dan gaji dasar tentu saja perusahaan mengharapkan banyak dari pekerjaannya," Tulis Si Bos

Setelah kecelakaan orang tuanya, si karyawan berusia 22 tahun diberi cuti berbayar selama sebulan untuk masa berkabung. Setelah karyawan kembali bekerja, bosnya menyadari bahwa karyawan tersebut sangat kurang semangat dan performanya menurun drastis. Situasi tentu bukanlah hal yang mengherankan  m mengingat dia baru saja kehilangan orang tua dalam kecelakaan yang mengerikan.

Si Bos Kurang Empati

Ilustrasi Bos
Ilustrasi Bos (pixabay.com)

Sayangnya, bos karyawan tersebut tidak menunjukkan empati seperti seharusnya.Si Bos mengklaim bahwa dia dan tim manajemen lainnya, memutuskan untuk memberhentikan karyawan tersebut karena performa kinerjanya yang buruk. 

"Kami memutuskan untuk memberhentikannya karena kami merasa dia akan memerlukan berbulan-bulan untuk kembali produktif dan kami tidak bisa menunggu begitu lama," Bos menjelaskan.

Seluruh tim manajemen memanggil karyawan tersebut ke kantor untuk memberikan kabar tersebut. Tentu saja, karyawan itu merasa terpukul menghadapi kenyataan bahwa dia dipecat segera setelah kehilangan kedua orang tuanya. "Dia tenang tapi kasar. Dia berkata kasar kepada kami dan pergi mengambil barang-barangnya dari mejanya dan pergi. Saya pikir perilaku ini sangat tidak profesional dan sangat kasar."

Bos Menuai Kritikan

Ilustrasi Karyawan Dipecat
Ilustrasi Karyawan Dipecat

Dalam situasi seperti ini, pengusaha harus mengakui betapa dalamnya rasa sakit dan kesulitan yang dialami oleh seorang karyawan. Wajar bagi siapa pun yang mengalami kehilangan besar seperti ini untuk mengalami masa berduka dan memerlukan waktu untuk kembali produktif seperti semula.

Keputusan untuk memberhentikan karyawan ini berasal dari ketidakpahaman dan kurangnya rasa simpati. Alih-alih memberinya waktu dan ruang yang dibutuhkan karyawan untuk pulih, Si Bos malah terburu-buru membuat keputusan yang kemungkinan hanya menambah beban penderitaan karyawannya. Sayangnya, kurangnya empati dari atasan adalah salah satu alasan mengapa banyak orang memilih keluar dari perusahaan dan tidak menyukai lingkungan kerja.

Menurut survei lebih dari 1.000 pekerja Amerika, 54% mengungkapkan bahwa mereka meninggalkan pekerjaan sebelumnya karena bos mereka tidak empatik terhadap perjuangan atau kehidupan pribadi mereka. Demikian juga, dari 889 pekerja Amerika Serikat yang disurvei oleh organisasi nirlaba Catalyst, 76% mengatakan bahwa mereka merasa terhubung dengan bos yang empatik, sementara hanya 32% yang merasa sama dengan bos yang kurang empati.

Pengusaha harus bisa menyadari bahwa ada saat-saat di mana karyawan terpengaruh oleh masalah pribadi mereka di tempat kerja. Menunjukkan sedikit simpati bisa memiliki dampak besar dalam menjaga budaya kerja yang positif. Menunjukkan kepada karyawan bahwa mereka dihargai bukan hanya karena pekerjaan yang mereka lakukan, tetapi juga sebagai manusia yang memiliki perasaan dan kerentanan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya