Jelaskan Perbedaan Antara Proteksi dan Kuota Impor, Pahami Fokusnya

Jelaskan perbedaan antara proteksi dan kuota impor! Proteksi dapat dilakukan dalam bentuk tarif bea masuk yang dikenakan terhadap barang impor.

oleh Fitriyani Puspa Samodra diperbarui 17 Okt 2023, 15:45 WIB
Diterbitkan 17 Okt 2023, 15:45 WIB
Ilustrasi bongkar muat beras impor (Istimewa)
Ilustrasi bongkar muat beras impor (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta Jelaskan perbedaan antara proteksi dan kuota impor! Proteksi dan kuota impor adalah dua kebijakan yang sering digunakan oleh suatu negara untuk melindungi industri dalam negeri dari persaingan barang impor. Meskipun memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk melindungi industri dalam negeri, perbedaan antara proteksi dan kuota impor jarang diketahui oleh banyak orang. 

Proteksi dapat dilakukan dalam bentuk tarif bea masuk yang dikenakan terhadap barang impor. Dengan adanya tarif bea masuk, harga barang impor menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan harga barang produksi dalam negeri. Hal ini dapat mendorong masyarakat untuk memilih produk dalam negeri, karena harga produk impor lebih mahal. 

Melindungi industri dalam negeri juga dapat dilakukan dengan mengenakan kuota impor, yaitu batasan jumlah barang impor yang diizinkan masuk ke dalam negeri. Berikut ulasan tentang jelaskan perbedaan antara proteksi dan kuota impor yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Senin (17/10/2023).

Proteksi dalam Perdagangan Internasional

Neraca Perdagangan RI Alami Surplus
Petugas beraktivitas di area bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (29/10/2021). Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan neraca perdagangan Indonesia pada September 2021 mengalami surplus US$ 4,37 miliar karena ekspor lebih besar dari nilai impornya. (Liputan6.com/Angga

Dalam perdagangan internasional, proteksi adalah kebijakan yang dilakukan suatu negara untuk melindungi produk-produk dalam negeri dari persaingan barang impor. Proteksi dalam perdagangan internasional dilakukan dalam bentuk tarif dan hambatan non-tarif. 

Proteksi berbentuk tarif diberlakukan dalam bentuk pajak yang dikenakan pada barang impor sehingga harga barang impor menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan produk dalam negeri. Hal ini bertujuan agar konsumen lebih memilih produk dalam negeri daripada produk impor yang harganya lebih tinggi. 

Proteksi berupa hambatan non-tarif meliputi berbagai regulasi dan aturan yang diterapkan oleh pemerintah untuk mempersulit masuknya barang impor ke dalam negeri. Contoh hambatan non-tarif adalah larangan impor atau persyaratan sertifikat kualitas yang sulit dipenuhi oleh barang impor.

Proteksi dalam perdagangan internasional memiliki beberapa tujuan. Pertama, proteksi bertujuan untuk menjaga keseimbangan antara penawaran dan permintaan barang di dalam negeri. Dengan adanya proteksi, produk dalam negeri memiliki peluang yang lebih besar untuk diterima di pasar domestik karena ketersediaan barang impor dibatasi atau dikenakan harga yang lebih tinggi. 

Kedua, proteksi bertujuan untuk melindungi industri dalam negeri. Dalam industri yang belum cukup matang, produk impor dengan harga lebih murah dapat dengan mudah mengalahkan produk dalam negeri. Dengan proteksi, produsen dalam negeri memiliki kesempatan untuk berkembang dan meningkatkan daya saingnya. 

Ketiga, proteksi juga bertujuan untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor. Dalam kondisi di mana barang dalam negeri tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan domestik, proteksi dapat mendorong peningkatan produksi dalam negeri sehingga kebutuhan domestik dapat dipenuhi tanpa harus mengandalkan impor.

Namun, proteksi dalam perdagangan internasional juga memiliki beberapa kerugian. Pertama, proteksi dapat menyebabkan tingkat harga menjadi naik sedikit lebih mahal bagi konsumen. Hal ini karena barang impor yang masuk ke dalam negeri menjadi lebih mahal akibat tarif atau hambatan non-tarif yang dikenakan. 

Kedua, proteksi dapat mengurangi keragaman produk yang tersedia di pasar domestik. Dengan adanya proteksi, barang impor terbatas sehingga konsumen mungkin kehilangan akses terhadap produk dari luar negeri yang mungkin memiliki kualitas dan harga yang lebih baik. 

Ketiga, proteksi dapat menghambat inovasi dan perkembangan teknologi. Dalam kondisi persaingan yang terbatas, produsen dalam negeri cenderung tidak merasakan tekanan yang sama untuk terus meningkatkan kualitas dan efisiensi produksinya.

Kuota Impor dalam Perdagangan Internasional

Kegiatan angkut kontainer ekspor dan impor oleh Samudera Indonesia
Kegiatan angkut kontainer ekspor dan impor oleh Samudera Indonesia (dok: SI)

Kuota impor adalah salah satu kebijakan yang sering diterapkan dalam perdagangan internasional untuk mengatur jumlah produk impor yang masuk ke dalam negeri. Kebijakan ini bertujuan untuk melindungi industri dalam negeri dari persaingan barang impor yang dapat merugikan.

Kuota impor biasanya dilakukan dalam bentuk pembatasan jumlah barang yang dapat diimpor dari luar negeri dalam waktu tertentu. Pemerintah akan menetapkan jumlah maksimal barang impor yang boleh masuk ke dalam negeri dalam kisaran tertentu. Dengan demikian, keseimbangan antara penawaran dan permintaan dalam negeri dapat dijaga, sehingga tidak terjadi kelebihan pasokan barang impor yang dapat mengganggu produksi dalam negeri.

Kebijakan kuota impor juga memberikan peluang bagi industri dalam negeri untuk berkembang dan memperkuat daya saingnya. Dengan adanya batasan jumlah produk impor, produsen dalam negeri dapat memanfaatkan pasar dalam negeri yang lebih terlindungi untuk memasarkan produknya. Hal ini akan mendorong produsen dalam negeri untuk memproduksi barang lebih efisien dan lebih banyak, sehingga meningkatkan perekonomian domestik.

Kebijakan kuota impor juga memiliki beberapa kelemahan yang perlu diperhatikan. Pertama, ketersediaan barang di dalam negeri seringkali kurang memadai karena jumlah produk di dalam negeri terbatas. Hal ini dapat membuat konsumen kehilangan akses terhadap produk dari luar negeri yang mungkin memiliki kualitas atau harga yang lebih baik. Konsumen juga mungkin harus membayar lebih mahal jika hanya terdapat sedikit pilihan barang impor di pasaran.

Selain itu, kebijakan kuota impor juga dapat memicu terjadinya peningkatan harga barang di pasaran domestik. Dengan keterbatasan jumlah barang impor, tingkat harga menjadi naik sedikit lebih mahal karena produk impor yang masuk menjadi terbatas. Hal ini dapat memberikan beban tambahan bagi konsumen, terutama bagi mereka yang bergantung pada barang impor.

Dalam menghadapi tantangan ini, pemerintah perlu mencari keseimbangan yang baik antara melindungi industri dalam negeri dan memenuhi kebutuhan konsumen. Sehingga kebijakan impor harus didesain dengan baik dan secara bijak, dengan memperhitungkan dampaknya terhadap industri dalam negeri dan kesejahteraan konsumen.

Perbedaan Proteksi dan Kuota Impor

Bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok
Deputi Bidang Metodologi dan Informasi Statistik BPS Imam Machdi mengatakan surplus neraca dagang didapatkan dari nilai ekspor yang mencpai US$23,5 miliar miliar dan impor mencapai US$20,59 miliar. (merdeka.com/Imam Buhori)

Seperti sudah dijelaskan proteksi adalah kebijakan yang dilakukan dalam bentuk berbagai pembatasan terhadap produk impor. Tujuan utamanya adalah untuk memberikan keunggulan kompetitif bagi produk-produk dalam negeri. Dalam proteksi, pemerintah dapat memberlakukan tarif impor yang lebih tinggi, melakukan subsisdiasi terhadap industri dalam negeri, atau memberikan hambatan non-tarif lainnya terhadap barang-barang impor.

Proteksi dapat memberikan keuntungan bagi industri dalam negeri. Dengan adanya proteksi, industri dalam negeri dapat memproduksi barang lebih efisien dan lebih banyak. Hal ini dapat menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara.

Namun, proteksi juga memiliki sisi negatifnya. Tingkat harga menjadi naik sedikit lebih mahal karena adanya proteksi, sehingga konsumen harus membayar lebih untuk mendapatkan barang yang sama. Selain itu, proteksi juga dapat membuat industri dalam negeri menjadi kurang kompetitif dan tidak inovatif karena tidak ada tekanan dari persaingan barang impor.

Sementara itu, kuota impor adalah kebijakan yang membatasi jumlah barang impor yang masuk ke dalam negeri dalam waktu tertentu. Kebijakan ini biasanya digunakan ketika industri dalam negeri tidak dapat memenuhi permintaan pasar domestik. Dengan adanya kuota impor, pemerintah dapat mengontrol ketersediaan barang di dalam negeri yang seringkali kurang.

Kuota impor dapat membantu menjaga keseimbangan antara penawaran dan permintaan di pasar domestik. Dengan adanya kuota impor, barang yang impor yang masuk ke dalam negeri akan terbatas, sehingga barang-produk dalam negeri memiliki kesempatan lebih besar untuk berkembang.

Namun, kebijakan kuota impor juga memiliki efek negatif. Kuota impor dapat membatasi pilihan konsumen dan meningkatkan harga barang. Selain itu, kebijakan ini juga dapat memicu perlombaan antara para pihak yang ingin mendapatkan kuota impor, sehingga dapat menghadirkan berbagai masalah administratif dan korupsi.

Secara umum, perbedaan antara proteksi dan kuota impor terletak pada metode dan tujuan penggunaannya. Proteksi lebih fokus pada memberikan keuntungan bagi industri dalam negeri dengan memberlakukan berbagai hambatan terhadap barang impor. Sementara itu, kuota impor lebih fokus pada mengatur jumlah barang impor yang masuk ke dalam negeri agar tidak mengganggu industri dalam negeri dan menjaga keseimbangan penawaran dan permintaan di pasar domestik.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya