Pemilu Pertama Indonesia, Jejak Sejarah dan Transformasi Demokrasi

Pemilu pertama di Indonesia adalah momen bersejarah yang sangat penting untuk dipahami karena peranannya dalam membangun dan mengukuhkan demokrasi di Indonesia.

oleh Mabruri Pudyas Salim diperbarui 21 Des 2023, 14:15 WIB
Diterbitkan 21 Des 2023, 14:15 WIB
Peserta Pemilu 1955
Peserta Pemilu 1955

Liputan6.com, Jakarta Pemilu pertama di Indonesia adalah momen bersejarah yang sangat penting untuk dipahami karena peranannya dalam membangun dan mengukuhkan demokrasi di Indonesia. Sebagai sebuah negara yang baru merdeka, pemilu pertama adalah langkah awal dalam perjalanan demokrasi Indonesia.

Melalui pemilu pertama ini, rakyat Indonesia memiliki kesempatan untuk memilih wakil-wakil mereka dalam pemerintahan, sehingga suara mereka dapat didengar dan kepentingan mereka diwakili secara adil. Pemilu pertama ini juga menandai transformasi Indonesia dari sebuah negara kolonial menjadi sebuah negara demokratis yang independen.

Dengan pemilu pertama, Indonesia dapat memberikan contoh kepada dunia bahwa mereka mampu mengatur pemerintahan mereka sendiri dan memilih pemimpin sesuai dengan keinginan rakyat. Maka dari itu, memahami peran penting pemilu pertama dalam membangun demokrasi di Indonesia adalah kunci untuk melihat bagaimana negara ini berkembang menjadi seperti yang kita lihat saat ini.

Untuk memahami lebih dalam sejarah Pemilu Pertama di Indonesia dalam membangun demokrasi, simak penjelasan selengkapnya berikut ini seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Kamis (21/12/2023)

Kapan Pemilu Pertama Dilaksanakan?

Pemilu Pertama di Indonesia dilaksanakan pada tahun 1955 setelah kemerdekaan. Proses pemilu tersebut dilaksanakan secara demokratis dengan tujuan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Panitia Pelaksana Pemilu Pertama juga diatur untuk memastikan pelaksanaan pemilu berjalan adil dan transparan. Hasil pemilu menunjukkan kemenangan bagi PNI yang dipimpin oleh Soekarno yang meraih 57% suara. Namun, meskipun terpilihnya anggota DPR, kabinet Burhanuddin Harahap memutuskan untuk membubarkan DPR hasil pemilu tersebut dengan alasan bahwa hasil pemilu tidak mencerminkan keberagaman suara rakyat.

Tujuan Pemilu 1955

Pemilu pertama tahun 1955 di Indonesia diselenggarakan dalam konteks sejarah, sosial, dan politik yang meliputi tujuan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang akan menyusun Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia, sebagai langkah untuk memperkuat pemerintahan yang baru dalam upaya menciptakan stabilitas politik di Indonesia pasca kemerdekaan. Pemilu ini juga bertujuan untuk memberikan representasi politik bagi rakyat Indonesia, memungkinkan partisipasi masyarakat dalam proses politik, serta membangun fondasi demokrasi di Indonesia.

Pemilu 1955 memainkan peran penting dalam proses demokratisasi dan kemerdekaan Indonesia dengan melibatkan partisipasi besar dari berbagai kalangan masyarakat dan menciptakan kesempatan untuk berbagai partai politik bersaing secara adil. Namun, pelaksanaan pemilu dipengaruhi oleh konflik politik, perbedaan ideologi, serta tekanan dari berbagai pihak yang mempengaruhi hasil pemilu serta perkembangan politik di Indonesia.

Meski demikian, hasil dari pemilu tersebut menyebabkan terjadinya konflik antar partai politik, sehingga DPR hasil pemilu dibubarkan oleh pemerintah karena tidak mampu mencapai kesepakatan yang memadai. Dampaknya, melahirkan ketegangan politik dan memberikan pelajaran yang berharga bagi perkembangan sistem politik Indonesia.

Penyelenggaraan Pemilu 1955

[Cek Fakta] Pemilu 1955
[Cek Fakta] Pemilu 1955

Pemilu 1955 diselenggarakan di bawah kabinet Burhanuddin Harahap dan merupakan pemilu pertama di Indonesia. Penyelenggaraannya melibatkan pergantian kabinet dari kabinet Ali Sastroamidjojo ke kabinet Burhanuddin Harahap yang bertanggung jawab dalam proses pemilu. Tahapan kampanye dilakukan dengan memberikan kesempatan pada berbagai partai politik untuk menyampaikan visi dan misi mereka kepada masyarakat.

Hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan pemilu meliputi kurangnya fasilitas dan infrastruktur, serta minimnya pendidikan politik dan akses informasi bagi masyarakat. Permasalahan buta huruf dan kekurangan tenaga terampil juga menjadi kendala dalam penyelenggaraan pemilu ini, mengakibatkan tingginya tingkat kesalahan dalam proses perhitungan suara. Inilah yang kemudian menjadi alasan mengapa hasil pemilu tersebut dianggap tidak dapat diandalkan sehingga DPR hasil pemilu tersebut akhirnya dibubarkan.

Sementara itu, panitia pelaksana Pemilu 1955 dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehakiman No. JB.2/5/1. Panitia terdiri dari ketua, sekretaris, dan anggota yang ditunjuk oleh Menteri Kehakiman. Namun, terdapat perubahan susunan anggota panitia berdasarkan Surat Keputusan No. JB. 2/31/23.

Tugas utama panitia adalah menyelenggarakan pemilihan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Konstituante sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Panitia bertanggung jawab untuk memastikan proses pemilihan berjalan dengan lancar dan adil. Dengan susunan anggota dan struktur yang telah ditetapkan, panitia bekerja keras untuk memastikan pelaksanaan pemilu berjalan sesuai dengan aturan yang berlaku.

Hasil Pemilu 1955

bung karno di pemilu 1955
Bung Karno di Pemilu 1955

Hasil Pemilu 1955 menunjukkan kemenangan bagi partai-partai besar seperti Partai Nasional Indonesia (PNI) yang dipimpin oleh Sukarno dan Partai Masyumi yang dipimpin oleh Mohammad Natsir. Partisipasi masyarakat dalam pemilu tersebut sangat tinggi, dengan tingkat partisipasi mencapai hampir 90 persen. Dari hasil pemilu, terpilihlah 514 anggota Konstituante yang berasal dari berbagai partai politik.

Selain itu, Irian Barat juga ikut serta dalam pemilihan tersebut, meskipun hanya sedikit kursi yang diperuntukkan bagi perwakilan dari wilayah tersebut. Namun, keterlibatan Irian Barat diakui sebagai bagian dari proses demokratisasi yang sedang berlangsung di Indonesia.

Namun, sayangnya, DPR hasil pemilu tersebut akhirnya dibubarkan oleh Pemerintah Indonesia karena terjadi konflik politik yang meningkat di antara para anggota konstituante yang mewakili partai politik. Konflik ini menimbulkan ketidakstabilan politik dan akhirnya memaksa pemerintah untuk membubarkan DPR hasil pemilu tersebut.

Alasan Presiden Membubarkan DPR Hasil Pemilu Pertama

Pada tahun 1955, Indonesia menyelenggarakan pemilu pertama setelah merdeka. Namun, DPR yang terpilih dibubarkan oleh Presiden karena beberapa alasan. Pertama, pemilu tersebut sebenarnya telah ditunda dari tahun 1954 akibat berbagai masalah termasuk perselisihan antara partai politik dan ketidakpastian politik. Kedua, Sekber Golkar melakukan konsolidasi yang kuat setelah pemilu untuk mengamankan kekuasaan politik. Ketiga, Presiden juga menerapkan kebijakan penyederhanaan partai politik yang membatasi jumlah partai politik.

Presiden kemudian melanjutkan kebijakan ini dengan mendirikan Orde Baru, yang membatasi peran politik partai-partai eksisting. Hasil Pemilihan Umum Tahun 1971 juga menunjukkan dominasi pemerintah terhadap hasil pemilu. Dengan penundaan pemilu, konsolidasi Sekber Golkar, kebijakan penyederhanaan partai politik, dan hasil pemilu yang dikendalikan pemerintah, Presiden memiliki alasan kuat untuk membubarkan DPR hasil Pemilu Pertama.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya