Apa Itu Election Stress Disorder? Kenali Gejala dan Penyebabnya

Apa itu election stress disorder (ESD) juga bisa disebut dengan istilah gangguan stress Pemilu.

oleh Ayu Rifka Sitoresmi diperbarui 16 Jan 2024, 21:00 WIB
Diterbitkan 16 Jan 2024, 21:00 WIB
Apa Itu Election Stress Disorder? Kenali Gejala dan Penyebabnya
Ilustrasi Sakit Kepala Credit: unsplash.com/Mehr

Liputan6.com, Jakarta Baru-baru ini muncul fenomena yang semakin diakui sebagai tantangan kesehatan mental yang dikenal dengan istilah Election Stress Disorder (ESD). Kondisi ini merupakan suatu keadaan di mana individu mengalami tingkat stres yang tinggi menjelang pemilihan umum atau pemilu. Gejala ESD dapat bervariasi, mulai dari kecemasan berlebihan, kesulitan tidur, hingga peningkatan ketegangan emosional.

Salah satu gejala utama election stress disorder adalah perasaan tegang dan ketidakpastian yang intens selama periode kampanye dan pemilihan umum. Kondisi ini dapat muncul sebagai respons terhadap ketegangan politik, serangan pribadi terhadap kandidat, atau kekhawatiran tentang hasil pemilihan umum.

Selain itu, individu yang rentan terhadap ESD mungkin mengalami perubahan suasana hati yang drastis, kesulitan berkonsentrasi, dan bahkan mengalami gangguan tidur. Oleh karena itu, penting mengenali gejala ESD dan cara mengobatinya.

Berikut Liputan6.com ulas mengenai apa itu eection stess dsorder beserta gejala, penyebab, dan pengobatannya yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Selasa (16/1/2024).

Mengenal Election Stress Disorder

Apa Itu Election Stress Disorder? Kenali Gejala dan Penyebabnya
Ilustrasi stres. (Photo created by @wavebreakmedia_micro on www.freepik.com)

Election Stress Disorder (ESD) menjadi semakin dikenal sebagai fenomena kesehatan mental yang melibatkan reaksi stres yang tinggi pada individu selama periode pemilihan. Secara umum, ESD merujuk pada dampak negatif yang timbul akibat keterlibatan intens dalam proses politik, terutama selama kampanye dan pemilihan umum. Apa itu election stress disorder (ESD) juga bisa disebut dengan istilah gangguan stress Pemilu.

Menurut psikiater Mayo Clinic Dr Robert Bright, election stress disorder sebetulnya bukan diagnosis ilmiah, tetapi efeknya begitu nyata. Seseorang bisa mengalami kecemasan yang luar biasa, dengan beragam dampak yang ditimbulkan.

"Kita menyadarinya di tubuh kita, ketegangan di bahu kita. Terkadang orang mengalami gangguan gastrointestinal hingga sakit kepala. Orang-orang sulit tidur. Ada banyak gangguan tidur yang terjadi saat ini, gelisah, tidak bisa tidur, atau malah mengalami mimpi buruk tentang pemilu," kata dr Bright, dikutip dari Mayo Clinic pada Senin (16/1/2024).

Gejala dari Election Stress Disorder

Apa Itu Election Stress Disorder? Kenali Gejala dan Penyebabnya
Ilustrasi wanita merasa cemas dan gelisah. (Shutterstock/Krakenimages.com)

Seperti yang telah dijelaskan pada paragraf sebelumnya, gejala dari election stress disorder yakni kecemasan berlebihan, gelisah, tidak bisa tidur, ketegangan emosional, sakit kepala, gangguan gastrointestinal, mimpi buruk, dan perubahan suasana hati yang tiba-tiba. Selain gelisah, orang dengan election stress disorder juga bisa mengalami rasa takut, emosi yang begitu kompleks, sehingga merasa sangat waspada dan terus-menerus mencari berita soal pasangan calon presiden yang diminati. Kondisi ini sering kali muncul sebagai respons terhadap ketidakpastian politik, serangan personal terhadap kandidat, atau bahkan konflik dalam hubungan sosial akibat perbedaan pandangan politik.

Dikutip dari laman Mayo Clinic, election stress disorder juga dapat berdampak pada tidur yang tidak teratur, meningkatkan tekanan darah, dan memperburuk masalah kesehatan mental yang sudah ada.

Penyebab Terjadinya Election Stress Disorder

Apa Itu Election Stress Disorder? Kenali Gejala dan Penyebabnya
Ilustrasi pemilu, pilkada, pilpres. (Photo by Element5 Digital on Unsplash)

Dikutip dari laman Mayo Clinic, penyebab utama dari election stress disorder adalah perasaan yang tidak dapat terkendali. Selain itu, pemicu lain yang menjadi penyebab dari election stress disorder yakni mendapatkan informasi negatif terkait kandidat pemilu yang kita senangi.

"Satu hal yang bisa kita lakukan dalam pemilu ini adalah kita bisa memilih. Kita bisa mengambil kendali pribadi, dan suara kita sama lantangnya dengan suara orang lain. Dan itulah indahnya hidup dalam demokrasi. Kita masing-masing punya kepentingan yang sama," terang dr Bright.

Lantas apakah kondisi election stress disorder tidak berbahaya?

Masih dari sumber yang sama, menurut dr Bright hal ini masih terbilang wajar. Namun jika seseorang yang mengalami election stress disorder menunjukkan gejala yang lebih serius dari gejala yang telah disebutkan di atas, maka perlu pemeriksaan lebih lanjut.

"Jika hal tersebut menyebabkan gangguan, jika hal tersebut menyebabkan depresi dan kesedihan klinis, dan air mata, dan tentu saja perasaan putus asa atau tidak berdaya yang berkembang menjadi perasaan putus asa atau bahkan pikiran untuk bunuh diri, tentu saja, pada saat itu, inilah saatnya untuk mencari bantuan profesional," jelas dr Bright.

Cara Menangani Election Stress Disorder

Apa Itu Election Stress Disorder? Kenali Gejala dan Penyebabnya
Ilustrasi terapis ahli. (Sumber foto: Pexels.com).

Election Stress Disorder (ESD) dapat diatasi dengan beberapa strategi yang membantu mengelola stres seputar periode pemilihan. Pertama, penting untuk membatasi paparan terhadap berita politik yang intens dan berpotensi memicu kecemasan. Mengatur waktu khusus untuk memperoleh informasi politik, seperti membaca berita hanya pada pagi atau sore hari, dapat membantu mengurangi ketegangan. Selain itu, mencari dukungan sosial dari teman atau keluarga untuk berbagi pikiran dan perasaan dapat memberikan rasa pemahaman dan mengurangi isolasi yang mungkin dirasakan selama periode politik yang tegang.

Mencegah Election Stress Disorder juga melibatkan upaya proaktif untuk membangun kesejahteraan mental. Kedua, menjaga keseimbangan hidup dengan merawat diri melalui aktivitas fisik, olahraga, dan hobi yang menyenangkan dapat membantu mengalihkan perhatian dari stres politik. Selain itu, praktik meditasi dan relaksasi seperti yoga atau pernapasan dalam juga dapat meredakan ketegangan emosional. Membentuk rutinitas tidur yang sehat dan memprioritaskan istirahat yang cukup juga merupakan langkah penting untuk menjaga keseimbangan mental.

Terakhir, terlibat secara aktif dalam proses politik lokal dapat memberikan rasa kontrol dan dampak positif pada kesejahteraan mental. Melibatkan diri dalam diskusi konstruktif, mendukung kampanye yang sesuai dengan nilai pribadi, dan memberikan kontribusi positif untuk komunitas dapat membantu meredakan stres yang mungkin timbul selama periode pemilihan. Dengan memahami batas diri, memanfaatkan dukungan sosial, dan menjaga keseimbangan hidup, seseorang dapat mengatasi serta mencegah Election Stress Disorder secara efektif.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya