Liputan6.com, Jakarta - Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menghadiri acara bedah buku 'Standing Firm for Indonesia's Democracy' di KBRI Tokyo, Jepang, Jumat 7 Maret 2025 seperti dikutip dari keterangan pers KBRI Tokyo, Minggu (9/3/2025).
Dalam kesempatan itu, ada sejumlah hal yang disampaikan SBY. Salah satunya, dia membagikan 'resep rahasia' bagaimana Indonesia berhasil memulihkan ekonomi Indonesia dari keterpurukan pasca-krisis. Hal ini diungkapkannya di tengah kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi.
Advertisement
Baca Juga
"Saat saya masuk tahun 2004, pertumbuhan ekonomi hanya 4%. Dalam setahun, kami berhasil menaikkannya menjadi 5,1%, dan itu terjaga selama 10 tahun," ungkap SBY.
Advertisement
Dia lalu menjelaskan kondisi menantang yang dihadapinya saat itu.
"Mengapa investasi rendah? Karena situasi kita waktu itu tidak ada keamanan, tidak ada stabilitas sosial, iklim investasi buruk, tidak ada kepastian hukum, kurangnya infrastruktur," ucap SBY.
"Investment climate was so poor. Siapa mau investasi di Indonesia? Yang ada capital outflow, rupiah terguncang," sambung dia.
SBY kemudian mengungkapkan empat komponen utama yang menjadi kunci pertumbuhan ekonomi, yaitu meningkatkan konsumsi rumah tangga.
"Kalau pengangguran banyak, PHK terjadi, daya beli rendah, tidak akan ada pertumbuhan. Belanja pemerintah juga ditingkatkan. Jaga government spending yang efektif," papar SBY.
Selain itu, lanjut dia, ekspor harus mengalir, jangan lebih tinggi impornya dibanding ekspornya.
"Terakhir, investasi, termasuk hilirisasi dan industrialisasi yang harus berhasil," kata SBY.
SBY juga mengaku optimistis Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto mampu menjaga komitmen terhadap nilai-nilai demokrasi.
Berikut sederet pernyataan Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat acara bedah buku 'Standing Firm for Indonesia's Democracy' di KBRI Tokyo, Jepang dihimpun Tim News Liputan6.com:
1. Bagi Resep Rahasia Pulihkan Ekonomi Indonesia
Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menghadiri acara bedah buku 'Standing Firm for Indonesia's Democracy' di KBRI Tokyo, Jepang, Jumat 7 Maret 2025 seperti dikutip dari keterangan pers KBRI Tokyo, Minggu (9/3/2025).
Dalam kesempatan itu, ada sejumlah hal yang disampaikan SBY. Salah satunya, dia membagikan 'resep rahasia' bagaimana Indonesia berhasil memulihkan ekonomi Indonesia dari keterpurukan pasca-krisis. Hal ini diungkapkannya di tengah kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi.
"Saat saya masuk tahun 2004, pertumbuhan ekonomi hanya 4%. Dalam setahun, kami berhasil menaikkannya menjadi 5,1%, dan itu terjaga selama 10 tahun," ungkap SBY.
SBY menjelaskan kondisi menantang yang dihadapinya saat itu.
"Mengapa investasi rendah? Karena situasi kita waktu itu tidak ada keamanan, tidak ada stabilitas sosial, iklim investasi buruk, tidak ada kepastian hukum, kurangnya infrastruktur," ucap SBY.
"Investment climate was so poor. Siapa mau investasi di Indonesia? Yang ada capital outflow, rupiah terguncang," sambung dia.
SBY kemudian mengungkapkan empat komponen utama yang menjadi kunci pertumbuhan ekonomi, yaitu meningkatkan konsumsi rumah tangga.
"Kalau pengangguran banyak, PHK terjadi, daya beli rendah, tidak akan ada pertumbuhan. Belanja pemerintah juga ditingkatkan. Jaga government spending yang efektif," papar SBY.
Selain itu, lanjut dia, ekspor harus mengalir, jangan lebih tinggi impornya dibanding ekspornya.
"Terakhir, investasi, termasuk hilirisasi dan industrialisasi yang harus berhasil," kata SBY.
Advertisement
2. Optimis Indonesia di Bawah Presiden Prabowo Subianto Mampu Jaga Komitmen Nilai Demokrasi
SBY pun optimistis Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto mampu menjaga komitmen terhadap nilai-nilai demokrasi.
"Banyak pertanyaan, saat ini di seluruh dunia ada kemunduran demokrasi. Set back, regression of democracy around the globe," ungkap SBY.
SBY, yang menjabat Presiden RI selama dua periode (2004-2014) ini kemudian menyoroti bahwa bahkan negara-negara besar yang sering mengklaim diri sebagai "champions of democracy" pun tidak kebal dari fenomena kemunduran demokrasi.
"Negara-negara besar yang konon dianggap sebagai champions of democracy, negara-negara yang lecturing us, menguliahi kita... dalam kenyataannya, negara-negara itu tidak imun dari kemunduran-kemunduran dalam demokrasi mereka," ucap SBY.
SBY juga menekankan pentingnya semua pihak turut menjaga nilai-nilai demokrasi.
"Kalau kita bicara demokrasi kita, mari kita jaga, fight for democracy, fight against segala sesuatu yang merusak demokrasi, yang merusak konstitusi, yang merusak kerangka bernegara, yang merusak adanya checks and balances," tegasnya.
Dalam diskusi tersebut, SBY juga menekankan perannya sebagai mantan presiden dalam mendukung pemerintahan saat ini. "Sebagai orang tua, sebagai former leader, tentu saya wajib mendukung pemimpin-pemimpin setelah saya, termasuk sekarang Presiden Prabowo. I should be part of the solution, I should be part of progress," tegas pendiri Partai Demokrat ini.
SBY mengungkapkan bahwa ia selalu berkomunikasi dengan Presiden Prabowo terkait tantangan-tantangan saat ini.
"Saya sudah sampaikan kepada Presiden Prabowo beberapa saat yang lalu pentingnya meningkatkan komunikasi yang genuine antara istana dengan mereka yang menyampaikan kritiknya, dan Pak Prabowo mengatakan, 'Kami terus meningkatkan kualitas komunikasi'," terang SBY.
3. Tegaskan Jaga Demokrasi, Lawan Perusak Konstitusi
SBY kembali mengingatkan pentingnya menjaga demokrasi Indonesia. Dalam sebuah acara bedah buku di Tokyo, Jepang, SBY menyampaikan keprihatinannya terhadap kemunduran demokrasi global, termasuk di negara-negara yang selama ini dianggap sebagai 'champions of democracy'.
SBY, yang memimpin Indonesia selama dua periode (2004-2014), menekankan perlunya melawan segala bentuk upaya perusakan demokrasi dan konstitusi. Ia juga mengajak seluruh elemen bangsa untuk bersama-sama menjaga nilai-nilai demokrasi yang telah susah payah dibangun.
"Kalau kita bicara demokrasi kita, mari kita jaga, fight for democracy, fight against segala sesuatu yang merusak demokrasi, yang merusak konstitusi, yang merusak kerangka bernegara, yang merusak adanya checks and balances," tegas SBY dilansir dari Antara.
Pidato SBY di Tokyo ini bukan sekadar wacana. Ia merupakan refleksi dari pengalamannya selama memimpin Indonesia, sekaligus seruan bagi generasi penerus untuk meneruskan perjuangan menjaga demokrasi.
Pernyataan ini juga menjadi bukti kesinambungan komitmen SBY terhadap nilai-nilai demokrasi dan konstitusi, bahkan setelah masa jabatannya berakhir.
SBY mengamati adanya tren kemunduran demokrasi di berbagai belahan dunia. Bahkan, negara-negara yang kerap menggurui negara lain tentang demokrasi pun, menurutnya, tidak luput dari ancaman ini.
"Negara-negara besar yang konon dianggap sebagai champions of democracy, negara-negara yang lecturing us, menguliahi kita... dalam kenyataannya, negara-negara itu tidak imun dari kemunduran-kemunduran dalam demokrasi mereka," ungkap SBY.
Pengamatan SBY ini tentu patut menjadi perhatian. Indonesia, sebagai negara demokrasi, harus tetap waspada dan proaktif dalam menjaga nilai-nilai demokrasi agar tidak tergerus oleh berbagai ancaman.
Pernyataan SBY menjadi pengingat penting bagi seluruh komponen bangsa untuk senantiasa berjaga dan memperkuat fondasi demokrasi.
Advertisement
