Panik Attack adalah Serangan Kecemasan Tiba-Tiba dan Intens, Simak Cara Mengatasinya

Panic attack atau serangan panik adalah pengalaman mendalam dari rasa takut dan kecemasan yang tiba-tiba dan intens.

oleh Silvia Estefina Subitmele diperbarui 22 Jan 2024, 14:09 WIB
Diterbitkan 22 Jan 2024, 12:40 WIB
Serangan panik
Ilustrasi Serangan Panik Credit: pexels.com/AndreaPiacquadio

Liputan6.com, Jakarta Panik attack adalah kondisi ketika seseorang mengalami serangan tiba-tiba, dari rasa takut yang berlebihan dan kecemasan yang intens. Gejala serangan panik antara lain napas terengah-engah, jantung berdebar-debar, keringat dingin, gemetar dan perasaan tidak nyaman di dada.

Faktor risiko panik attack meliputi riwayat keluarga, kecemasan dan stres yang tinggi di mana penyebabnya tidak diketahui secara pasti. Namun faktor genetik, lingkungan dan kejiwaan dapat memainkan peran penting dalam terjadinya serangan panik.

Untuk mengatasi panik attack, terapi kognitif dan perilaku serta obat-obatan seperti antidepresan seringkali digunakan. Selain itu, teknik-teknik relaksasi, meditasi dan olahraga juga dapat membantu mengurangi serangan panik. Penting bagi Anda, untuk mencari bantuan medis dan konseling jika serangan panik terus berulang atau mengganggu aktivitas sehari-hari.

Berikut ini penyebab dan cara mengatasi panik attack yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Senin (22/1/2024). 

Panik Attack

Mengalami Serangan Panik
Ilustrasi Mengalami Serangan Panik Credit: pexels.com/Liza

Panic attack atau serangan panik adalah kejadian yang terjadi secara tiba-tiba dan intensitasnya sangat tinggi. Gejalanya dapat meliputi detak jantung yang cepat, sesak napas, gemetar dan perasaan takut yang mendalam. Serangan panik ini dapat terjadi secara tiba-tiba dan tanpa peringatan, bahkan saat sedang beristirahat atau sedang melakukan aktivitas sehari-hari.

Serangan panik dapat terjadi tanpa peringatan dan mencapai puncaknya dalam waktu singkat, seringkali dalam kurun waktu 10-15 menit. Selama serangan panik, seseorang dapat merasakan sejumlah gejala fisik dan psikologis yang mengganggu dan sering kali, orang yang mengalaminya merasa kehilangan kendali. Penting untuk memahami bahwa serangan panik tidak selalu terkait dengan situasi yang mengancam nyawa atau stres yang berat. Serangan panik dapat terjadi secara tiba-tiba dan dalam konteks yang tampaknya tidak ada hubungannya dengan pemicu yang jelas.

Ketika seseorang mengalami serangan panik, tubuhnya dapat menunjukkan berbagai tanda dan gejala. Meskipun serangan panik cenderung berlangsung singkat, akan tetapi efek fisik dan emosional yang timbul dari serangan tersebut, dapat berlanjut dan mempengaruhi seseorang selama beberapa jam. Serangan panik dapat menimbulkan ketidaknyamanan yang signifikan dan memengaruhi kualitas hidup sehari-hari. Oleh karena itu, kondisi ini seringkali memerlukan perhatian medis dan intervensi profesional untuk membantu individu mengatasi gejalanya.

Penyebab dan Faktor Risiko

Ilustrasi serangan panik
Ilustrasi serangan panik. (Photo by Pawel Czerwinski on Unsplash)

Serangan panik adalah kondisi kecemasan yang tiba-tiba dan intens, yang biasanya disertai oleh gejala fisik seperti detak jantung yang cepat, sesak napas, gemetar, dan ketakutan yang berlebihan. Penyebab serangan panik bisa bervariasi, namun biasanya dipengaruhi oleh faktor genetik, lingkungan, dan keadaan psikologis seseorang. Adapun faktor keturunan atau genetik, sangat memainkan peran penting dalam kecenderungan seseorang mengalami serangan panik.

Jika ada anggota keluarga yang menderita serangan panik, maka kemungkinan seseorang akan mengalami hal serupa juga akan lebih tinggi. Hal ini dikarenakan adanya penurunan dari gen-gen tertentu yang dapat mempengaruhi kecenderungan seseorang mengalami ansietas atau kecemasan yang berlebih. Selain itu, faktor keturunan juga dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam mengatur perasaan dan kondisi mentalnya.

Studi-studi juga menunjukkan bahwa jika kedua orang tua seseorang memiliki riwayat serangan panik, maka kemungkinan anak mereka mengalami hal serupa akan lebih besar. Meskipun demikian, faktor keturunan bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi terjadinya serangan panik, namun hal ini dapat menjadi salah satu faktor risiko yang perlu diperhatikan dan diwaspadai.  Serangan panik adalah kondisi ketika seseorang mengalami kecemasan yang mendadak dan intens, seringkali disertai dengan gejala fisik seperti detak jantung yang cepat, sesak napas dan rasa takut yang berlebihan. Beberapa karakteristik khusus dari serangan panik meliputi timbulnya perasaan takut yang mendadak dan tidak terkendali, sensasi mati rasa atau kesemutan di tangan atau kaki, serta ketakutan akan kehilangan kendali atau mengalami kematian.

Selain itu, penderitanya juga bisa merasakan sensasi tidak nyaman di dada, mual, berkeringat dan gemetar. Faktor risiko yang dapat menyebabkan seseorang rentan mengalami serangan panik antara lain adalah riwayat keluarga dengan gangguan kecemasan, perubahan hormon, serta pengalaman trauma atau stres berat. Penyebab dari serangan panik sendiri dapat berasal dari berbagai faktor, seperti genetik, ketidakseimbangan kimia di otak, serta pengalaman traumatis.

 

Cara Mengatasi Panic Attack

Ilustrasi serangan panik
Ilustrasi serangan panik. (Photo by SHVETS production: https://www.pexels.com/photo/woman-wearing-a-black-hoodie-8410834/)

Panik attack atau serangan panik adalah kondisi kecemasan yang sangat intens dan tiba-tiba, seringkali disertai dengan gejala fisik seperti detak jantung yang cepat, sesak napas, gemetar, dan rasa takut yang berlebihan. Beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan seseorang mengalami panic attack antara lain adalah faktor genetik, stres berat, atau pengalaman trauma masa lalu. Untuk mengatasi panic attack ada beberapa cara diantaranya: 

1. Psikoterapi

Psikoterapi merupakan salah satu cara untuk mengatasi serangan panik yang seringkali ditujukan untuk membantu individu, mengidentifikasi dan mengatasi rasa takut atau kecemasan yang memicu serangan panik. Selain itu, psikoterapi juga membantu individu untuk mengelola stres, belajar teknik relaksasi, serta meningkatkan keterampilan dalam mengatasi situasi yang menimbulkan kecemasan. Terapi ini biasanya dilakukan dengan bantuan seorang terapis yang akan membimbing individu dalam mengenali pola pikir dan perilaku yang mungkin memicu serangan panik.

Sebuah bentuk psikoterapi yang umum digunakan untuk mengatasi serangan panik adalah terapi kognitif perilaku (CBT). Terapi ini bertujuan untuk membantu individu mengubah pola pikir negatif yang memicu kecemasan dan mengajarkan teknik, untuk menghadapi situasi yang menakutkan secara bertahap. Selain CBT, terapi lain seperti terapi interpersonal dan terapi penerimaan dan komitmen (ACT) juga dapat membantu individu dalam mengatasi serangan panik.

2. Obat-obatan

Ada beberapa obat-obatan yang dapat digunakan untuk mengatasi serangan panik, di antaranya adalah obat anti-kecemasan seperti benzodiazepin dan SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitor). Benzodiazepin bekerja dengan cepat untuk meredakan gejala serangan panik, namun memiliki risiko ketergantungan jika digunakan dalam jangka panjang. Sedangkan SSRI bekerja dengan menyeimbangkan kadar serotonin dalam otak, yang dapat membantu mengurangi kecemasan jangka panjang. Selain itu, beta-blocker juga dapat digunakan untuk mengatasi gejala fisik yang terkait dengan serangan panik, seperti detak jantung yang meningkat. Obat ini bekerja dengan cara menurunkan denyut jantung dan tekanan darah.

Namun, sangat penting untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsi obat-obatan ini, karena penggunaan obat-obatan tersebut harus disesuaikan dengan kondisi kesehatan dan riwayat medis masing-masing individu. Jangan pernah mengonsumsi obat-obatan tanpa resep dokter atau melebihi dosis yang direkomendasikan, karena hal tersebut dapat berisiko pada kesehatan anda.

3. Latihan Pernapasan untuk Serangan Panik

Latihan pernapasan adalah salah satu cara yang efektif untuk mengatasi serangan panik. Saat mengalami serangan panik, pernapasan seseorang cenderung menjadi cepat dan dangkal. Melakukan latihan pernapasan yang teratur dapat membantu mengendalikan pernapasan dan mengurangi gejala serangan panik. Salah satu teknik pernapasan yang dapat dilakukan adalah teknik pernapasan perut. Caranya adalah dengan mengambil napas dalam-dalam melalui hidung hingga perut terasa mengembang, tahan napas selama beberapa detik, lalu buang napas perlahan melalui mulut. Melakukan teknik ini secara teratur dapat membantu menenangkan pikiran dan tubuh, serta mengurangi gejala serangan panik.

Selain itu, teknik pernapasan 4-7-8 juga efektif untuk mengatasi serangan panik. Caranya adalah dengan mengambil napas dalam-dalam melalui hidung selama 4 detik, tahan napas selama 7 detik, lalu buang napas perlahan melalui mulut selama 8 detik. Teknik ini dapat membantu mengurangi kecemasan dan menenangkan diri saat mengalami serangan panik. Dengan melakukan latihan pernapasan secara teratur, seseorang dapat mengurangi frekuensi dan intensitas serangan panik yang dialami.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya