Liputan6.com, Jakarta Masyarakat Jawa memiliki kepercayaan yang sangat kuat terhadap waktu kelahiran seseorang dan bagaimana hal ini dapat memengaruhi nasib dan peruntungan hidup seseorang. Konsep weton menjadi sangat penting dalam kehidupan masyarakat Jawa, dimana weton adalah perhitungan dari dua unsur kalender yaitu Pasaran dan Wuku. Berdasarkan weton, seseorang dapat mengetahui sifat dan karakternya, serta pantangan-pantangan yang harus dihindari agar hidupnya selalu dalam keberuntungan.
Salah satu weton yang dikenal dalam budaya Jawa adalah weton tulang wangi. Weton ini dipercayai memiliki hubungan dengan Malam 1 Suro, yang merupakan malam pertama dalam kalender Jawa. Menurut kepercayaan masyarakat Jawa, Malam 1 Suro merupakan momen yang sangat sakral dan diyakini sebagai waktu dimana alam semesta diperbaharui dan energi positif memenuhi bumi.
Weton tulang wangi yang berkaitan dengan Malam 1 Suro tersebut memiliki makna yang dalam dalam kehidupan masyarakat Jawa, dimana mereka percaya bahwa keberuntungan dan kesuksesan dapat diraih dengan melaksanakan berbagai macam tradisi dan ritual pada malam tersebut.
Advertisement
Lalu apa itu weton tulang wangi? Simak penjelasan selengkapnya berikut ini seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Selasa (20/2/2024).
Definisi Weton Tulang Wangi
Weton Tulang Wangi adalah konsep yang kerap ditemui dalam budaya Jawa yang menggambarkan seseorang dengan kemampuan khusus terhadap dunia gaib. Orang-orang dengan weton ini diyakini memiliki kepekaan serta daya tarik yang luar biasa terhadap makhluk halus atau gaib. Mereka mungkin bisa merasakan keberadaan entitas tersebut, melihat penampakan-penampakan gaib, atau bahkan berinteraksi langsung dengan mereka.
Seseorang yang memiliki weton tulang wangi, diharapkan untuk dapat memahami serta menghormati keberadaan makhluk-makhluk gaib tersebut. Mereka sering kali menjadi pemimpin spiritual atau dukun dalam masyarakat Jawa, membantu orang-orang dalam berhubungan dengan dunia metafisik. Meskipun mungkin sulit dipercaya oleh beberapa orang, keberadaan orang-orang dengan weton tulang wangi tetaplah dihormati dan diagungkan dalam budaya Jawa sebagai sosok yang dihormati.
Dinamakan demikian karena 'Tulang' artinya malam dan 'Wangi' merujuk pada harum atau wangi. Istilah ini berasal dari keyakinan bahwa pada malam tersebut, tanah di sekitar makam akan mengeluarkan aroma wangi yang khas.
Tradisi masyarakat setempat mengaitkan malam 1 Suro dengan perayaan untuk menghormati leluhur, sehingga mereka sering pergi ke makam pada malam itu untuk melakukan ziarah. Selain itu, ada juga kepercayaan bahwa pada malam 1 Suro, tanah di sekitar makam menjadi 'Tulang Wangi' karena diyakini bahwa pada malam itu, arwah leluhur datang berkunjung dan memberi berkah.
Oleh karena itu, masyarakat setempat sering merayakan malam 1 Suro dengan melakukan ritual ziarah ke makam dan memperingati leluhur mereka. Tradisi ini telah diwariskan dari generasi ke generasi dan masih dilestarikan hingga saat ini.
Advertisement
Daftar 11 Weton Tulang Wangi
Weton Tulang Wangi merupakan salah satu dari sekian banyak perhitungan weton dalam budaya Jawa yang dipercaya memiliki hubungan erat dengan keberuntungan seseorang. Asal usul Weton Tulang Wangi sendiri tidak terlalu jelas, namun diyakini bahwa perhitungan ini berasal dari kearifan lokal yang turun-temurun di masyarakat Jawa.
Ada beberapa hari yang tergolong dalam weton tulang wangi. Setidaknya ada 11 hari yang termasuk dalam golongan weton tulang wangi, antara lain sebagai berikut:
- Weton Senin Kliwon
- Weton Senin Wage
- Weton Selasa Legi
- Weton Rabu Pahing
- Weton Rabu Kliwon
- Weton Kamis Wage
- Weton Minggu Pon
- Weton Minggu Kliwon
- Weton Senin Pahing
- Weton Sabtu Wage
- Weton Sabtu Legi
Meskipun begitu, perlu diingat bahwa tidak semua orang dengan weton-weton tersebut otomatis memiliki 'Tulang Wangi'. Hal ini sangat individual dan mungkin berbeda-beda pada setiap orang.
Arti Malam 1 Suro
Malam 1 Suro adalah perayaan yang dirayakan oleh masyarakat Jawa pada tanggal 1 Suro dalam penanggalan Jawa, yang biasanya jatuh pada saat perayaan tahun baru Islam. Tradisi ini memiliki latar belakang sejarah yang kaya, di mana masyarakat Jawa memperingati hari itu sebagai awal dari penanggalan baru dalam tradisi Jawa, serta sebagai momen untuk mengenang peristiwa penting dalam sejarah Jawa.
Perayaan Malam 1 Suro diperingati di Indonesia dengan berbagai macam tradisi, seperti upacara selamatan, ziarah kubur, dan kesenian tradisional seperti wayang kulit dan tari-tarian. Selain itu, Malam 1 Suro juga dianggap memiliki makna spiritual yang dalam bagi masyarakat Jawa, di mana mereka melakukan berbagai ritual dan doa untuk memohon keselamatan dan kelancaran dalam hidup.
Dalam kaitannya dengan Weton Tulang Wangi, perayaan Malam 1 Suro juga memiliki makna yang penting bagi masyarakat Jawa. Weton Tulang Wangi merupakan salah satu Weton dalam penanggalan Jawa yang dianggap memiliki makna spiritual yang kuat, di mana dipercaya bahwa pada hari tersebut energi spiritual akan sangat kuat dan dapat memberikan pengaruh signifikan bagi kehidupan seseorang. Sehingga, perayaan Malam 1 Suro juga menjadi momen penting bagi masyarakat Jawa untuk memohon berkah dan keberkahan dalam hidup.
Advertisement
Larangan Keluar Rumah di Malam 1 Suro
Pada malam 1 Suro, masyarakat Jawa memegang teguh larangan untuk keluar rumah, terutama bagi mereka yang memiliki weton tulang wangi. Hal ini adalah bagian dari tradisi dan kepercayaan yang turun-temurun dari nenek moyang mereka. Dalam kepercayaan Jawa, malam 1 Suro dianggap sebagai momen yang sangat sakral dan spiritual, di mana makhluk halus seperti setan dan roh-roh jahat lebih aktif berkeliaran. Oleh karena itu, agar terhindar dari bertemu dengan makhluk halus tersebut, masyarakat disarankan untuk tetap di dalam rumah dan menjalankan berbagai ritual khusus.
Hal ini terutama berlaku bagi orang-orang yang memiliki weton tulang wangi, yang diyakini lebih rentan terhadap gangguan makhluk halus. Dengan mengikuti larangan tersebut, diharapkan dapat menghindari interaksi atau pertemuan tak terduga dengan makhluk gaib yang diyakini lebih aktif dan kuat pada malam 1 Suro.
Mematuhi larangan untuk keluar rumah di malam 1 Suro juga dapat diartikan sebagai wujud penghormatan kepada leluhur serta kepercayaan akan adanya dunia spiritual yang bersanding dengan dunia fisik. Dengan merawat tradisi ini, masyarakat Jawa melestarikan nilai-nilai budaya nenek moyang mereka.