Tahun Kabisat Tepat 29 Februari 2024, Momen 4 Tahun Sekali yang Memengaruhi Siklus Alam

Tahun kabisat adalah tahun yang mengalami penambahan satu hari, yaitu tanggal 29 Februari, setiap empat tahun sekali.

oleh Silvia Estefina Subitmele diperbarui 28 Feb 2024, 20:15 WIB
Diterbitkan 28 Feb 2024, 20:15 WIB
Ilustrasi Tahun Kabisat
Forum Liputan6

Liputan6.com, Jakarta Tahun kabisat adalah istilah yang digunakan untuk tahun yang mengalami penambahan satu hari, dengan tujuan untuk menyesuaikan penanggalan dengan tahun astronomi. Tahun kabisat juga dikenal dengan istilah tahun embolismic. Penambahan satu hari ini dilakukan, karena penanggalan yang umum digunakan oleh masyarakat yaitu penanggalan Gregorian, memiliki perbedaan dengan tahun-tahun astronomi yang sebenarnya. 

Sejarah penambahan tahun kabisat berasal dari perhitungan Matematika yang diungkapkan oleh Julius Caesar pada tahun 45 SM. Ia adalah orang pertama yang menemukan hubungan antara orbit bumi dan matahari, serta menyadari bahwa tahun sebenarnya berjumlah 365,25 hari. Oleh karena itu, untuk menyesuaikan perhitungan penanggalan dengan tahun astronomi, Julius Caesar memutuskan untuk menambahkan satu hari ekstra setiap empat tahun sekali.

Namun, perhitungan ini masih memiliki kesalahan kecil, sehingga pada tahun 1582, Paus Gregorius XIII memperbaiki perhitungan tersebut dengan menetapkan aturan tahun kabisat yang kita kenal saat ini. Untuk menghitung tahun kabisat dalam penanggalan Gregorian, aturannya adalah setiap tahun yang habis dibagi empat akan dianggap sebagai tahun kabisat.

Berikut ini penjelasan tentang tahun kabisat yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Rabu (28/2/2024). 

Apa Itu Tahun Kabisat?

Ilustrasi tahun kabisat, kalender Februari
Ilustrasi tahun kabisat, kalender Februari. (Image by Vectonauta on Freepik)

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari situs Sampoerna Academy, konsep tahun kabisat terjadi setiap empat tahun sekali. Alasannya adalah karena Bumi memerlukan waktu sekitar 365 hari dan enam jam untuk mengorbit Matahari.

Bumi sendiri membutuhkan waktu sekitar 24 jam atau satu hari untuk melakukan satu putaran penuh pada porosnya. Selama pergerakan Bumi ini terhadap Matahari, tidak terdapat jumlah hari yang pasti yang membentuk satu tahun. Oleh karena itu, sebagian besar tahun dalam kalender Masehi dibulatkan menjadi 365 hari, meskipun waktu enam jam tersebut tidak sepenuhnya terakumulasi. Untuk menangani kekurangan waktu ini, setiap empat tahun NASA menambahkan satu hari ekstra ke dalam kalender Gregorian.

Perhitungan NASA dilakukan dengan mengurangkan enam jam atau seperempat hari dari tahun 2017, 2018, dan 2019. Akibatnya, tahun kabisat muncul pada tahun 2020. Tahun kabisat dihitung menggunakan rumus tersebut dan secara otomatis terjadi setiap empat tahun. 

Tahun kabisat memiliki kepentingan khusus karena sesuai dengan tahun Matahari, di mana periode waktu yang diperlukan oleh Bumi untuk satu revolusi penuh mengelilingi Matahari. Tanpa tahun kabisat, terdapat potensi kehilangan beberapa hari, minggu, atau bahkan bulan pada periode waktu tertentu, seperti musim panas bulan Juli. Dengan adanya tahun kabisat, perhitungan waktu dapat dijaga agar tetap konsisten. Fenomena ini bukan hanya berlaku untuk Bumi, melainkan juga terjadi pada planet lain dalam tata surya karena orbit dan rotasi planet tidak selalu bersifat sempurna.

 

 

 

 

Sejarah Tahun Kabisat

[Bintang] Tahun Kabisat
Gempa Maroko di tahun 1960 merupakan salah satu kejadian penting di tahun kabisat. (moroccoworldnews.com)

Menurut catatan sejarah, konsep Tahun Kabisat atau Leap Year bermula dari perubahan yang dilakukan oleh Julius Caesar pada tahun 44 SM. Pada masa pemerintahannya, Julius Caesar menggubah sistem penanggalan dalam kalender Masehi. Perubahan tersebut melibatkan penggunaan pergerakan matahari sebagai dasar penghitungan panjangnya satu tahun. Oleh karena itu, satu tahun diukur sebagai periode 365 hari.

Julius Caesar dikenal sebagai Bapak Tahun Kabisat atau Father of Leap Year. Awalnya, bangsa Romawi menggunakan kalender 355 hari. Namun, untuk menjaga agar festival tetap terjadi sekitar musim yang sama setiap tahunnya, Julius menambahkan satu atau dua bulan di tahun kedua, masing-masing berdurasi 22 atau 23 hari. Saat Julius hidup di Mesir, ia mengakui keunggulan kalender Mesir yang menampilkan satu tahun dengan 365 hari dan menambahkan bulan interkala, yang dimasukkan oleh astronom untuk menjaga konsistensi pengamatan bintang.

Untuk menyederhanakan sistem, Julius kemudian menambahkan satu hari ke bulan yang berbeda, membuat kalender menjadi 366 hari. Astronom Romawi bernama Sosigenes melakukan perhitungan dan menambahkan satu hari di bulan Februari yang biasanya berdurasi 28 hari. Hari tambahan ini diikutsertakan setiap tahun keempat, sehingga pada tahun keempat, bulan Februari akan memiliki tambahan hari ke-29.

Kemudian, pada tahun 1582, Paus Gregorius XIII menyempurnakan aturan tersebut. Ia mengajukan suatu aturan bahwa setiap tahun yang dapat dibagi dengan 4 akan menjadi tahun kabisat, dan bulan Februari akan memiliki 29 hari. Oleh karena itu, bagi mereka yang merayakan ulang tahun pada tanggal 29 Februari, peringatan ulang tahun mereka menjadi lebih istimewa karena hanya terjadi setiap 4 tahun sekali.

Algoritma Cara Hitung Tahun Kabisat

Ilustrasi Bulan Februari
Ilustrasi Bulan Februari (Image by DarkmoonArt_de from Pixabay)

Dalam satu tahun Syamsiah sebenarnya tidak secara persis terdapat 365 hari. Lebih tepatnya, satu tahun Syamsiah sebenarnya terdiri dari 365 hari dan 5 jam 48 menit. Akibatnya, dalam setiap siklus 4 tahunan, terdapat kekurangan waktu sekitar 23 jam 15 menit. Untuk menangani ketidaksesuaian ini, dilakukan penambahan satu hari ekstra, yaitu tanggal 29 Februari.

Untuk menentukan apakah suatu tahun termasuk tahun kabisat atau tidak, ada beberapa algoritma yang digunakan:

  1. Jika angka tahun habis dibagi dengan 400, maka tahun tersebut dianggap sebagai tahun kabisat.
  2. Jika angka tahun tidak habis dibagi 400, tetapi habis dibagi 100, maka tahun tersebut bukanlah tahun kabisat.
  3. Jika tahun tidak habis dibagi 400 dan 100, tetapi habis dibagi 4, maka tahun itu termasuk tahun kabisat.
  4. Jika tahun tidak habis dibagi 400, 100, maupun 4, maka dapat dipastikan bahwa tahun tersebut bukanlah tahun kabisat.

Penetapan aturan ini bertujuan untuk menjaga konsistensi dalam penyesuaian waktu dan memastikan bahwa penambahan hari kabisat dilakukan dengan akurat. Dengan cara ini, kalender mampu memperhitungkan perbedaan waktu yang ada dan meminimalkan penyimpangan seiring berjalannya waktu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya