Liputan6.com, Jakarta Di era digital yang kita hadapi saat ini, musik telah menjadi salah satu bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, terutama bagi generasi muda yang gemar mendengarkan musik melalui headphone. Namun, dibalik kesenangan yang ditawarkan oleh musik, terdapat fenomena yang perlu diperhatikan dengan serius.
Baca Juga
Advertisement
Kebiasaan mendengarkan musik secara berlebihan, terutama sebelum tidur, dapat memiliki dampak serius pada kesehatan pendengaran. Penelitian-penelitian menunjukkan bahwa paparan suara keras dan volume tinggi, terutama dalam jangka waktu yang lama, dapat menyebabkan kerusakan pada pendengaran.
Istilah "tuli karena kebisingan" atau kerusakan pendengaran akibat kebisingan, menggambarkan dampak negatif yang dapat terjadi karena sering terpapar suara keras secara berulang. Sayangnya, masih banyak generasi muda yang belum menyadari bahwa kebiasaan mendengarkan musik secara terus-menerus dapat mengancam kesehatan pendengaran mereka di masa depan.
Dan sayangnya telah banyak kasus yang menunjukan kemungkinan terjadinya kehilangan pendengaran karena penggunaan headphone. Untuk kisah lengkapnya, berikut ini telah Liputan6.com rangkum dari Odditycentral, pada Minggu (17/3).
Kronologi Kehilangan Pendengaran karena Headphone
Nona Wang, seorang wanita muda yang tinggal di Shandong, China, mengalami masalah serius dengan pendengarannya setelah kebiasaan mendengarkan musik melalui headphone sebelum tidur setiap malam. Meskipun pada awalnya terlihat sebagai kebiasaan yang menyenangkan, kebiasaan ini telah berdampak buruk pada kesehatan pendengarannya. Saat mengunjungi fasilitas kesehatan untuk menjalani pemeriksaan pendengaran, Wang mengungkapkan kepada dokternya bahwa kebiasaannya ini telah berlangsung selama sekitar dua tahun.
Sebagai seorang sekretaris di sebuah perusahaan lokal, Wang menjelaskan bahwa dia mulai mendengarkan musik dengan headphone saat masih kuliah. Namun, kebiasaan ini tidak berhenti setelahnya; malah, dia tertidur dengan headphone setiap malam, menjadikannya bagian rutin sebelum tidur. Meskipun dia tidak menyadari dampak negatif yang mungkin timbul, kebiasaan ini akhirnya menyebabkan kerusakan pendengaran yang cukup signifikan.
Li Tao, seorang spesialis di Departemen THT (Telinga, Hidung, Tenggorokan) di rumah sakit tempat Wang menjalani pemeriksaan, menjelaskan bahwa kerusakan pendengaran yang dialami Wang kemungkinan besar disebabkan oleh kebisingan konstan dari mendengarkan musik setiap malam. Meskipun volume musik yang didengarkan tidak berlebihan, paparan jangka panjang terhadap kebisingan akhirnya menyebabkan kerusakan pendengaran permanen, terutama pada telinga kirinya.
Advertisement
Bahaya Lain yang Mengancam
Mendengarkan musik menggunakan headphone atau earphone saat tidur dapat membawa risiko serius bagi kesehatan pendengaran dan kesehatan secara keseluruhan. Selain mengganggu pendengaran, ada beragam bahaya yang dapat timbul dari kebiasaan ini, bahkan dapat memiliki dampak fatal pada pendengaran dan kesehatan Anda secara umum.
Salah satu bahaya yang sering terjadi adalah akumulasi serumen telinga. Ketika Anda menggunakan headphone sepanjang malam atau untuk waktu yang lama, serumen telinga cenderung masuk lebih dalam ke dalam saluran telinga. Hal ini dapat menyebabkan penumpukan serumen yang dapat mengganggu pendengaran dan menimbulkan sensasi tidak nyaman saat melakukan aktivitas sehari-hari. Bahkan, akumulasi serumen dapat memicu kondisi seperti tinnitus, yang ditandai dengan sensasi berdering atau berdengung di telinga.
Selain itu, penggunaan headphone atau earphone yang terlalu lama juga dapat meningkatkan risiko infeksi telinga. Hal ini disebabkan oleh peningkatan kelembaban di sekitar telinga akibat penggunaan headphone yang terus-menerus. Kelembaban yang tinggi dapat memicu pertumbuhan bakteri di telinga dan menyebabkan infeksi yang dapat menyebabkan nyeri dan ketidaknyamanan.
Tidak hanya itu, penggunaan earphone dalam jangka waktu yang lama juga dapat menyebabkan kerusakan pendengaran yang serius. Mayoritas earphone mengeluarkan suara dengan volume yang melebihi batas aman yang diterima oleh telinga manusia, yaitu sekitar 85 desibel. Paparan volume suara yang terlalu tinggi dan berlangsung dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kerusakan saraf pada telinga dan menurunkan sensitivitas pendengaran.
Selain kerusakan pendengaran, penggunaan headphone atau earphone saat tidur juga dapat berpotensi menyebabkan kerusakan pada otak. Saat tidur, tubuh akan beristirahat tetapi otak tetap aktif. Penggunaan headphone yang terus-menerus dapat mengganggu istirahat otak dan, jika diabaikan, dapat menyebabkan kerusakan pada sel-sel otak akibat paparan elektromagnetik dari headphone.
Terakhir, penggunaan earphone yang tidak pas saat tidur dapat menyebabkan nekrosis, yaitu kondisi di mana sel-sel mengalami cedera karena pasokan darah ke jaringan terganggu. Penggunaan earphone yang terus-menerus dapat menyebabkan penyempitan saluran telinga, sulit bagi darah untuk mengalir dengan lancar. Akibatnya, jaringan di telinga dapat mengalami kematian sel atau nekrosis, yang ditandai dengan munculnya luka hitam dan dapat berujung pada komplikasi yang serius.
Pelajaran dari Penyakit yang Datang Tidak Terduga
Meskipun kerusakan yang dialami Nona Wang cukup serius, dia beruntung karena hanya telinga kirinya yang terpengaruh, dan kerusakan yang dialami cukup kecil sehingga dapat diatasi dengan alat bantu dengar. Namun, insiden ini menjadi peringatan penting bagi generasi saat ini untuk memahami batas-batas dalam mendengarkan musik melalui headphone. Para dokter merekomendasikan tiga "aturan 60" sebagai langkah pencegahan untuk menghindari masalah serupa di masa depan.
Langkah-langkah tersebut mencakup menghindari paparan suara di atas 60 desibel terlalu lama, membatasi penggunaan headphone atau mendengarkan musik keras selama lebih dari 60 menit, dan memastikan volume perangkat elektronik di bawah 60 persen. Dengan kesadaran akan risiko yang ada dan tindakan pencegahan yang tepat, diharapkan generasi mendatang dapat menjaga kesehatan pendengaran mereka dengan lebih baik.
Advertisement