Hukum Tidak Mau Memaafkan Orang Lain, Apakah Berdosa?

Ada beberapa hal yang mungkin membuat seseorang akan merasa sulit untuk memaafkan orang lain. Lalu bagaimana hukum jika tidak mau memaafkan orang lain?

oleh Mabruri Pudyas Salim diperbarui 10 Apr 2024, 09:00 WIB
Diterbitkan 10 Apr 2024, 09:00 WIB
Ilustrasi Minta Maaf
Ilustrasi Minta Maaf (Photo created by cookie_studio on freepik.com)

Liputan6.com, Jakarta Hari Raya Idul Fitri merupakan hari kemenangan bagi umat Muslim setelah menjalani bulan puasa Ramadan. Selain sebagai momen untuk merayakan keberhasilan menjalankan ibadah puasa, Hari Raya Idul Fitri juga merupakan waktu yang tepat untuk mempererat hubungan antar-individu, terutama dalam hal saling memaafkan.

Tradisi saling memaafkan di Hari Raya Idul Fitri memiliki makna yang mendalam dan penting bagi umat Muslim. Salah satu tradisi yang lazim dilakukan adalah berkunjung ke rumah keluarga, tetangga, sahabat, dan kerabat untuk meminta maaf dan memberikan maaf. Mengesampingkan perbedaan dan menghapuskan dendam menjadi tujuan utama bagi setiap individu dalam menyambut Hari Raya Idul Fitri.

Saling memaafkan memperlihatkan sikap rendah hati dan kesediaan untuk melupakan kesalahan serta memulai lembaran baru dalam hubungan. Ketika meminta maaf, seseorang harus melakukannya dengan tulus dan mengakui kesalahan yang telah dilakukan. Begitu juga ketika memberikan maaf, sikap ikhlas dan tidak memegang dendam menjadi faktor penting dalam proses memperkuat tali persaudaraan.

Pentingnya tradisi saling memaafkan di Hari Raya Idul Fitri adalah untuk memperbaiki hubungan yang terjalin di antara umat Muslim. Dengan adanya saling maaf-memaafkan, diharapkan tercipta lingkungan yang harmonis, penuh kasih sayang, dan penuh perdamaian. Hal ini juga mengajarkan pada umat Muslim untuk selalu terbuka dalam menerima maaf dari orang lain serta berusaha menjaga hubungan dengan orang-orang di sekitarnya berada dalam keadaan baik.

Meski demikian, ada beberapa hal yang mungkin membuat seseorang akan merasa sulit untuk memaafkan orang lain. Lalu bagaimana hukum jika tidak mau memaafkan orang lain? Apakah kita akan berdosa? Simak penjelasan selengkapnya berikut ini seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Selasa (2/4/2024).

Sebab yang Menghalangi Seseorang Memaafkan

Dalam ajaran Islam, tidak mau memaafkan merupakan hal yang sangat tidak dianjurkan. Orang yang enggan memaafkan kesalahan orang lain seringkali dipengaruhi oleh dendam dan kebencian. Namun, sabda Rasulullah saw. dalam riwayat Imam Muslim menjelaskan bahwa Allah membenci orang-orang yang merawat perasaan dendam. Nabi Muhammad saw. juga pernah bersabda bahwa orang yang paling dibenci oleh Allah adalah orang yang menaruh dendam kesumat.

“Orang yang paling dibenci Allah adalah orang yang menaruh dendam kesumat [bertengkar].” (HR Muslim).

Menyimpan dendam cenderung membuat seseorang memutuskan hubungan baik dengan sesamanya. Apabila dendam dibiarkan terus berkembang, hal ini berpotensi menimbulkan perasaan negatif di kemudian hari, seperti iri dan dengki.

Dari penjelasan tersebut, dapat dipahami bahwa jika kita enggan memaafkan orang lain karena alasan dendam dan benci, maka hal itu adalah hal yang sebaiknya dihindari. Oleh karena itu, dalam pandangan ajaran Islam, sangat penting bagi setiap individu untuk dapat memaafkan kesalahan orang lain dan menjauhi segala bentuk dendam dan kebencian. Memaafkan bukan hanya menjadi kebaikan bagi diri sendiri, tetapi juga merupakan salah satu amal yang dicintai Allah SWT.

Memaafkan Lebih Mulia

Ilustrasi minta maaf, bersyukur, terima kasih, muslimah, Islami
Ilustrasi minta maaf, bersyukur, terima kasih, muslimah, Islami. (Image by master1305 on Freepik)

Dalam ajaran Islam, memaafkan orang lain adalah suatu tindakan yang sangat mulia. Sebagai seorang Muslim, kita diajarkan untuk meneladani sifat Allah Swt. yang mahapengampun. Dalam Surat An-Nuur ayat 22, Allah Swt. berfirman yang artinya,

“Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka [tidak] akan memberi [bantuan] kepada kaum kerabat[nya], orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nuur: 22)

Memaafkan adalah bentuk ketaatan kepada Allah Swt. dan merupakan saluran untuk mendapatkan pengampunan-Nya. Dalam Islam, ada ketentuan yang jelas mengenai pentingnya memaafkan. Allah Swt. adalah Maha Pengampun dan Maha Penyayang, dan Dia berharap bahwa umat-Nya juga akan menunjukkan sifat-sifat ini dalam kehidupan mereka.

Memaafkan juga memiliki manfaat besar bagi individu yang mempraktikkannya. Tindakan memaafkan dapat membantu menghilangkan kebencian, rasa sakit, dan kekecewaan dalam hati seseorang. Selain itu, memaafkan juga dapat membangun hubungan yang lebih baik dengan orang lain. Dengan memaafkan, seseorang dapat memperoleh kelegaan batin dan kedamaian dalam hidupnya.

Dalam Islam, memaafkan bukan berarti melupakan peristiwa yang terjadi atau mengabaikan kesalahan orang lain. Namun, memaafkan berarti menghentikan amarah dan menunjukkan rasa pengampunan kepada orang yang berbuat salah. Dengan demikian, memaafkan adalah tindakan yang mulia dan dianjurkan dalam pandangan ajaran Islam.

Alasan Diperbolehkan Tidak Memaafkan

Ilustrasi minta maaf, wanita muslim
Ilustrasi minta maaf, wanita muslim. ((Photo master1305 Copyright by Freepik)

Dalam ajaran Islam, memaafkan adalah sangat dihargai sebagai perilaku yang penuh kebaikan. Namun, ada situasi-situasi tertentu di mana seseorang diperbolehkan untuk tidak memaafkan kesalahan orang lain. Hal ini berdasarkan pemahaman bahwa terkadang orang yang berbuat jahat pada kita adalah orang yang buruk dan rusak dalam pandangan masyarakat.

Jika kita memaafkan orang tersebut, ada kemungkinan bahwa ia akan semakin menjalankan perilaku buruknya dan semakin rusak. Dalam hal ini, lebih baik untuk mengambil langkah hukum terhadap orang tersebut sebagai bentuk tanggung jawab keadilan. Dengan demikian, tercipta kesempatan bagi perbaikan dan keadilan yang lebih baik. 

Selain itu, seseorang juga diperkenankan memberikan balasan setimpal atas keburukan atau kejahatan orang lain, sebagaimana Allah Swt. berfirman dalam Surat Asy-Syura ayat 40 yang artinya,

"Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang setimpal, tetapi barangsiapa memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat) maka pahalanya dari Allah. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang zalim." (QS. Asy-Syura: 40)

Namun, perlu diingat bahwa dalam konteks memaafkan, penting untuk mempertimbangkan juga niat di balik tindakan tersebut. Jika niat kita terganggu oleh dendam dan keinginan untuk membuktikan kekuasaan, maka itu bukanlah memaafkan yang sejati dalam pandangan agama. Memaafkan yang sejati adalah ketika kita benar-benar ikhlas dalam hati kita dan tidak ingin menyakiti orang lain, meskipun kita tidak melupakan tindakan buruk yang telah dilakukan.

Secara keseluruhan, dalam ajaran Islam, ada situasi-situasi tertentu di mana seseorang diperbolehkan untuk tidak memaafkan kesalahan orang lain. Hal ini bertujuan untuk menjaga keadilan dan menghalangi orang-orang yang jahat untuk semakin berkembang dalam perbuatannya. Namun, penting juga untuk diingat bahwa pemahaman dan pelaksanaan memaafkan yang sejati harus didasari oleh niat yang baik dan ikhlas.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya