8 Cara Menjaga Anak dari Bahaya Pergaulan Bebas, Tidak Harus dengan Larangan

Cara-cara yang bisa digunakan untuk memantau dan melindungi anak dari bahaya pergaulan bebas

oleh Woro Anjar Verianty diperbarui 25 Apr 2024, 13:20 WIB
Diterbitkan 25 Apr 2024, 13:20 WIB
keluarga bahagia memberi hadiah hari ibu
ilustrasi ibu dan anak sayang/Chay_Tee/Shutterstock

Liputan6.com, Jakarta Bagaimana kita dapat melindungi anak-anak dari jebakan pergaulan bebas yang semakin meresahkan? Dalam zaman di mana informasi tersebar luas dan lingkungan sosial memiliki pengaruh besar, peran orangtua menjadi semakin krusial. Mengawasi anak bukan sekadar membatasi kebebasan, melainkan membangun kesadaran akan nilai-nilai yang penting untuk menjaga integritas diri. 

Namun, bagaimana cara melakukan pengawasan tanpa menimbulkan rasa kekangan yang berlebihan? Mari kita eksplorasi bersama strategi yang bisa diterapkan untuk memastikan anak tetap mengikuti jalur yang benar dan sehat dalam pergaulan sosial mereka. Dalam upaya menghadapi tantangan pergaulan bebas, komunikasi terbuka dan pengertian juga menjadi kunci utama. 

Namun, bagaimana caranya memberikan pemahaman ini secara efektif tanpa membuat anak merasa tertekan atau diawasi secara berlebihan? Dengan menyelami lebih dalam strategi dan taktik yang sesuai dengan karakter dan situasi masing-masing anak, kita dapat menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan mereka dalam arah yang positif dan sehat.

Untuk rekomendasi Anda, berikut ini telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber cara-cara yang bisa digunakan untuk memantau dan melindungi anak dari bahaya pergaulan bebas yang kian marak saat ini, Kamis (25/4/2024).

Ajak Anak Bertukar Cerita

Contoh ilustrasi ibu dan anak perempuannya
Salah satu contoh parenting yang tepat adalah terjalinnya komunikasi 2 arah antara ibu dan anak yang membiarkan anak memahami dan menyampaikan perasaan mereka (Foto: Pexels.com/Ketut Subiyanto)

Dalam usia sekolah dasar, anak-anak seringkali sangat senang bercerita tentang kegiatan mereka di sekolah. Orangtua, seperti ibu, dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk mendekatkan hubungan dengan anak dan juga memahami lebih dalam tentang kehidupan anak di lingkungan sekolah. Sebagai contoh, ibu bisa mengajak anak untuk bercerita tentang apa yang mereka pelajari di kelas, bagaimana interaksi dengan teman-teman sekelasnya, atau bahkan cerita lucu atau menarik yang terjadi selama satu hari belajar. Dari cerita-cerita ini, ibu dapat mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang bagaimana anak berinteraksi dengan lingkungannya dan bagaimana perkembangannya di sekolah.

Contoh: Ibu bisa mengajak anak untuk bercerita tentang apa yang mereka lakukan di kelas seni hari ini. Anak bisa menceritakan bagaimana mereka menggambar, apa yang mereka rasakan saat mengerjakan proyek seni bersama teman-teman, dan mungkin juga bagaimana guru seni memberikan arahan atau pujian.

Kenali Teman-teman Kelas Anak

Selain bertukar cerita dengan anak, penting juga bagi ibu untuk mengenal teman-teman sekelas anak secara langsung. Ini memberikan peluang untuk lebih memahami lingkungan sosial anak dan juga membangun jaringan komunikasi yang baik antara orangtua dan orang-orang yang berperan dalam kehidupan sekolah anak. Dengan mengenal teman-teman anak, ibu dapat lebih mudah memantau pergaulan anak dan memberikan dukungan yang tepat sesuai dengan kebutuhan anak.

Contoh: Ibu bisa menghadiri acara sekolah seperti pertemuan orangtua guru atau kegiatan sosial lainnya yang melibatkan orangtua dan anak-anak. Di sana, ibu bisa berkenalan dengan teman-teman sekelas anak, berbicara dengan mereka, dan memperoleh informasi yang lebih mendalam tentang bagaimana anak berinteraksi dengan teman-temannya di luar lingkungan rumah.

Beri Pendidikan Seksual

Cara Berdamai Dengan Rasa Insecure Pertama Kali Menjadi Ibu Menurut Psikolog Anak
Ilustrasi seorang ibu yang dilingkupi perasaan insecure. (Sumber foto: Pexels.com).

Pendidikan seksual merupakan bagian penting dari pembelajaran anak-anak, meskipun topik ini seringkali dianggap tabu untuk dibicarakan terang-terangan. Pergaulan bebas dan aktivitas seks yang tidak aman dapat menjadi risiko bagi anak-anak yang tidak memiliki pemahaman yang cukup tentang hal tersebut.

Mulailah dengan mengenalkan konsep dasar tentang tubuh manusia, perbedaan antara tubuh laki-laki dan perempuan, serta bagaimana tubuh mengalami perubahan saat memasuki masa pubertas. Jelaskan juga mengenai proses kehamilan, risiko kehamilan di usia remaja, dan pentingnya menjaga privasi tubuh dari sentuhan orang lain, terutama yang tidak dikenal.

Contoh: Saat menjelaskan pendidikan seksual, Anda dapat menggunakan buku-buku atau materi edukatif yang disesuaikan dengan usia anak. Misalnya, dengan menggambarkan bagian-bagian tubuh secara ilustratif dan menjelaskan fungsinya secara sederhana. Anda juga bisa mengajarkan anak tentang hak mereka untuk menolak sentuhan yang tidak diinginkan atau melarikan diri jika merasa dalam bahaya, sebagai langkah preventif untuk melindungi diri dari situasi yang berisiko.

Tingkatkan Rasa Percaya Diri Anak

Masuk ke usia sekolah dasar, anak-anak mungkin masih mengalami tingkat percaya diri yang bervariasi. Sebagai orangtua, penting untuk membantu meningkatkan rasa percaya diri anak agar mereka lebih nyaman dalam berinteraksi dengan orang lain, terutama di lingkungan sekolah. Rasa percaya diri yang kuat akan membantu anak merasa lebih percaya diri dalam mengungkapkan pendapat, berinteraksi dengan teman-teman, dan mengeksplorasi potensi serta minat mereka.

Contoh: Ibu dapat membantu meningkatkan rasa percaya diri anak dengan memberikan dukungan positif dan pujian atas pencapaian anak, baik itu dalam hal akademis maupun non-akademis. Misalnya, memberikan pujian saat anak berhasil menyelesaikan tugas dengan baik atau memuji kreativitas mereka dalam membuat proyek seni. Selain itu, ibu juga dapat mendorong anak untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang diminati, seperti klub seni atau olahraga, untuk memperkuat rasa percaya diri dan kemampuan bersosialisasi mereka.

Ajari Sikap Baik Ketika di Kelas

Ilustrasi teman
Ilustrasi berkumpul bersama teman.

Penting bagi orangtua untuk mengajari anak sikap-sikap baik ketika berada di kelas. Sikap baik ini tidak hanya mencakup perilaku yang sopan dan menghormati orang lain, tetapi juga mencakup kemampuan untuk berinteraksi secara positif dengan teman-teman sekelas dan guru. Ketika anak memiliki sikap yang baik, seperti mengucapkan terima kasih, meminta maaf, atau memberikan bantuan kepada teman-temannya, ini dapat membantu membangun hubungan yang baik dan sehat di lingkungan sekolah.

Contoh: Ibu dapat mengajarkan anak untuk mengucapkan terima kasih setiap kali mendapatkan bantuan dari teman di kelas, seperti saat meminjamkan pensil atau buku pelajaran. Anak juga dapat diajarkan untuk mengucapkan maaf jika melakukan kesalahan atau mengganggu teman-temannya, sehingga memperkuat nilai-nilai empati dan tanggung jawab.

Awasi Aktivitas Anak Sehari-hari

Sebagai orangtua, penting untuk memantau dan mengawasi aktivitas anak-anak sehari-hari. Hal ini tidak hanya meliputi kegiatan di luar rumah, tetapi juga aktivitas di dalam rumah dan interaksi mereka dengan lingkungan sekitar. Salah satu cara untuk melakukan ini adalah dengan meminta anak untuk memberi tahu Anda setiap kali mereka akan melakukan kegiatan atau pergi ke suatu tempat.

Pastikan Anda juga mengetahui kapan mereka akan kembali ke rumah. Anda dapat menggunakan berbagai metode komunikasi seperti pesan singkat, panggilan telepon, atau bahkan panggilan video untuk memastikan kabar dan keberadaan mereka. Penting untuk menjelaskan pada anak bahwa pengawasan yang dilakukan bukanlah bentuk kekangan, tetapi sebagai upaya untuk menjaga keselamatan dan kesejahteraan mereka.

Contoh: Sebelum anak pergi bermain dengan teman di luar rumah, mintalah mereka untuk memberitahu Anda tentang rencana mereka dan kapan mereka akan kembali. Selama mereka berada di luar rumah, Anda dapat berkirim pesan singkat untuk menanyakan kabar mereka dan memastikan bahwa mereka baik-baik saja.

Hindari Anak dari Pergaulan yang Buruk

Ilustrasi tolong-menolong, membantu
Ilustrasi tolong-menolong, membantu. (Foto oleh Allan Mas: https://www.pexels.com/id-id/foto/pria-asia-membantu-temannya-untuk-bangun-dari-tanah-5368943/)

Penting bagi orangtua, seperti ibu, untuk memberikan perhatian dan kasih sayang yang tulus pada anak di rumah. Hal ini tidak hanya membangun hubungan yang kuat antara orangtua dan anak, tetapi juga membantu anak untuk terhindar dari pergaulan yang buruk di sekolah. Dengan adanya kehangatan dan dukungan di rumah, anak cenderung merasa lebih aman dan terpenuhi secara emosional, sehingga mereka tidak merasa perlu mencari perhatian atau pengakuan dari teman-teman sebaya yang mungkin memiliki pengaruh negatif.

Contoh: Ibu bisa mengalokasikan waktu khusus setiap hari untuk berinteraksi dengan anak, mendengarkan cerita mereka, bermain bersama, atau bahkan melakukan kegiatan yang disukai bersama-sama. Misalnya, mengikuti kegiatan olahraga yang diminati anak atau membaca buku bersama sebelum tidur. Dengan cara ini, anak merasa dihargai dan dicintai, sehingga kebutuhan emosionalnya terpenuhi dengan baik di lingkungan keluarga.

Laporkan Perundungan yang Terjadi pada Anak

Jika ibu mengetahui atau mendapati anak mengalami perundungan di sekolah, sangat penting untuk segera mengambil tindakan yang tepat. Salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah melaporkan kejadian tersebut pada guru kelas atau pihak sekolah yang berwenang. Melaporkan perundungan ini bukan hanya untuk memberikan perlindungan fisik pada anak, tetapi juga untuk mencegah dampak psikologis yang serius.

Contoh: Jika anak mengalami intimidasi atau perundungan verbal di sekolah, ibu dapat mengambil langkah dengan mengatur pertemuan dengan guru kelas atau kepala sekolah untuk membahas masalah tersebut. Misalnya, ibu bisa menjelaskan secara rinci apa yang terjadi pada anak, memberikan bukti-bukti jika ada, dan bekerja sama dengan pihak sekolah untuk mencari solusi yang tepat guna melindungi anak dan mencegah kejadian serupa di masa depan. Jika diperlukan, ibu juga bisa mengkonsultasikan kondisi psikologis anak dengan ahli atau psikolog untuk mendapatkan bantuan yang lebih mendalam.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya