Liputan6.com, Jakarta - Cicadas adalah serangga yang terkenal dengan suara nyaring yang mereka hasilkan, terutama pada musim panas. Suara ini dapat terdengar dari jarak jauh, dan dihasilkan oleh cicadas jantan untuk menarik perhatian betina. Cicadas hidup di berbagai belahan dunia, kecuali di Antartika, dan sering kali ditemukan hinggap di pepohonan tinggi.
Di Indonesia, cicadas adalah serangga yang dikenal dengan berbagai nama lokal, seperti tonggeret, garengpung, kriangan, nyengnyeng, atau uir-uir. Spesies cicadas di Indonesia cukup beragam, tetapi mereka memiliki karakteristik yang sama, yaitu tubuh bersayap dan mata besar yang menonjol. Serangga ini sering menjadi penanda pergantian musim karena mereka muncul setiap tahun dari akhir Juni hingga Agustus.
Advertisement
Baca Juga
Cicadas memiliki keunikan dalam siklus hidup dan cara mereka menghasilkan suara. Serangga ini mengalami fase metamorfosis yang panjang, dengan tahap nimfa yang bisa berlangsung hingga 17 tahun di bawah tanah. Ketika waktunya tiba, nimfa cicadas akan muncul ke permukaan, memanjat pohon, dan berubah menjadi serangga dewasa yang bersayap.
Berikut Liputan6.com ulas tentang Cicadas dan fase metamorfosisnya, Jumat (3/5/2024).
Cicadas Adalah Serangga Bersuara Nyaring
Cicadas adalah serangga bersayap yang dikenal karena suaranya yang sangat nyaring. Suara ini dihasilkan oleh cicadas jantan, terutama saat musim panas, dan bisa didengar di berbagai belahan dunia. Serangga ini hidup di hampir setiap benua kecuali Antartika.
Melansir dari Baltimore CBS, Cicadas atau dalam bahasa Indonesia disebut tonggeret, merupakan penanda pergantian musim karena mereka muncul setiap tahun dari akhir Juni hingga Agustus.
Cicadas memiliki tubuh yang bisa berukuran seujung jari hingga sebesar jempol kaki orang dewasa. Mata mereka biasanya besar dan menonjol. Pada cicadas tahunan, mata sering kali berwarna hitam atau hijau, sementara pada cicadas berkala, warna matanya cenderung merah terang. Dalam beberapa kasus langka, mata cicadas bisa berwarna putih, biru, kuning, atau bahkan beraneka warna. Tubuh serangga cicadas dapat berwarna hitam pekat atau memiliki pola dalam nuansa coklat dan hijau.
Cicadas menggunakan suara untuk berbagai tujuan, seperti memanggil pasangan kawin atau menandai wilayah mereka. Suara nyaring ini dihasilkan melalui organ khusus yang disebut tymbal, yang terdapat pada bagian perut cicadas jantan. Suara ini bisa didengar dari jarak yang cukup jauh, sehingga cicadas dapat berkomunikasi tanpa perlu melihat satu sama lain. Selain itu, suara ini juga menjadi ciri khas yang membuat serangga cicadas mudah dikenali.
Serangga cicadas memiliki siklus hidup yang unik. Mereka menghabiskan sebagian besar hidupnya di bawah tanah sebagai nimfa sebelum muncul ke permukaan untuk menjadi dewasa. Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) menyebutkan bahwa beberapa spesies cicadas memiliki umur hingga 17 tahun. Setelah muncul, cicadas akan memanjat pohon atau struktur vertikal lainnya untuk melepaskan kulit nimfa mereka dan berubah menjadi serangga bersayap dewasa.
Cicadas memiliki sekitar 3.400 spesies, dengan tujuh di antaranya adalah cicadas berkala, yaitu tiga spesies dengan siklus hidup 17 tahun dan empat spesies dengan siklus hidup 13 tahun dilansir dari LiveScience. Serangga cicadas sangat penting dalam ekosistem karena mereka menjadi sumber makanan bagi berbagai hewan dan membantu dalam proses penyerbukan.
Selain itu, cicadas juga memiliki nilai sosial sebagai penanda pergantian musim. Sementara itu, beberapa masyarakat di Indonesia memiliki sebutan lokal untuk cicadas, seperti garengpung, nyengnyeng, atau uir-uir, yang menunjukkan bagaimana serangga ini telah menjadi bagian dari budaya lokal.
Advertisement
Fase Metamorfosis Cicadas atau Tonggeret
Fase metamorfosis cicadas atau tonggeret mencakup empat tahap: telur, nimfa, muda, dan dewasa. Serangga ini dikenal dengan siklus hidup yang panjang, terutama bagi spesies tonggeret berkala yang bisa hidup di bawah tanah selama bertahun-tahun sebelum muncul ke permukaan. Siklus metamorfosis ini menunjukkan bagaimana serangga cicadas berubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya selama masa hidupnya.
1. Fase Telur
Institute Teknologi Bandung (ITB) menyebut fase pertama adalah fase telur. Cicadas atau tonggeret dewasa bertelur di dalam ranting atau cabang pohon. Telur ini kemudian menetas menjadi nimfa, yang akan mencari jalan ke dalam tanah untuk mencari makanan dan tumbuh. Fase ini berlangsung hingga beberapa bulan, tergantung pada spesies cicadas yang berbeda.
2. Fase Nimfa
Fase metamorfosis cicadas berikutnya adalah nimfa. Pada tahap ini, nimfa tonggeret mulai menghisap cairan dari akar pohon untuk bertahan hidup. Nimfa bisa hidup di bawah tanah selama bertahun-tahun, mencari akar untuk dimakan. Menurut Modul Ajar SMKN 3 Kota Tangerang Selatan, nimfa mengandalkan cairan akar pohon sebagai sumber makanan utamanya.
Beberapa spesies tonggeret berkala bisa hidup di bawah tanah hingga 17 tahun sebelum mencapai fase berikutnya.
3. Fase Muda
Fase ketiga dalam metamorfosis cicadas adalah fase muda, ketika nimfa siap keluar dari tanah. Setelah cukup matang, nimfa menggali jalan menuju permukaan dan memanjat pohon atau struktur vertikal lainnya. Pada fase ini, nimfa akan melepas kulitnya, dan tubuhnya akan berkembang menjadi tonggeret dewasa bersayap. Proses ini memungkinkan cicadas untuk bertransformasi menjadi serangga dewasa yang siap untuk berkembang biak dan menghasilkan suara yang nyaring.
4. Fase Dewasa
Fase terakhir adalah fase dewasa, di mana cicadas atau tonggeret mencapai bentuk terakhir dalam siklus metamorfosisnya. Cicadas dewasa memiliki sayap dan menghasilkan suara mendengung yang khas, yang sering didengar selama musim panas.
Mereka akan kawin, bertelur, dan memulai siklus metamorfosis cicadas yang baru. Tonggeret dewasa tidak hidup lama, hanya beberapa minggu hingga beberapa bulan, tetapi perannya sangat penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan menandai pergantian musim.