Sejarah Samudra Pasifik, Begini Karakteristik Samudra Terluas di Dunia

Sejarah dan karakteristik Samudra Pasifik

oleh Woro Anjar Verianty diperbarui 03 Mei 2024, 17:00 WIB
Diterbitkan 03 Mei 2024, 17:00 WIB
Bakteri Pemakan Minyak
Para ilmuwan menggunakan submersible untuk mengumpulkan sampel mikroba dari Palung Mariana di Samudra Pasifik. (Foto University of East Anglia)

Liputan6.com, Jakarta Samudra Pasifik, samudra terluas di dunia, tidak hanya memiliki kedalaman luar biasa di dasar Palung Mariana yang menakjubkan, namun juga menyimpan sejarah geologi yang mengungkapkan perubahan dramatis dalam evolusi bumi. Di permukaannya yang tenang, Samudra Pasifik menjadi rumah bagi arus-arus kuroshio yang mengalir dengan misteri, membawa cerita dari wilayah-wilayah yang jauh. 

Namun, di balik keindahannya, Samudra Pasifik menyimpan gejala iklim global yang menggetarkan, seperti El Nino dan La Nina, menghadirkan tantangan dan kejutan yang tak terduga bagi para penjelajahnya. Dalam perjalanan menuju kedalaman Samudra Pasifik, kita akan disuguhi pemandangan gunung-gunung laut yang megah, menciptakan lanskap bawah air yang mempesona. 

Namun, keindahan ini seringkali berdampingan dengan kekuatan alam yang luar biasa, seperti pusat gempa yang menggetarkan wilayah Jepang dan pantai barat Amerika. Samudra Pasifik tidak pernah berhenti menghadirkan kejutan, baik bagi mereka yang menjelajahinya maupun bagi ahli geologi yang mengungkap misteri pergerakan lempeng tektonik di bawahnya.

Untuk informasi lebih lengkapnya, berikut ini telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber sejarah dan karakteristik Samudra Pasifik, pada Jumat (3/5).

Samudra Pasifik dan Fitur-fiturnya

Kuburan satelit (1)
Lokosi di selatan Samudra Pasifik ini menjadi 'Kuburan Satelit'. (Sumber NASA)

Samudra Pasifik, atau dikenal juga sebagai Lautan Teduh dalam bahasa Indonesia, adalah samudra terbesar di dunia yang memiliki cakupan luas sekitar sepertiga permukaan Bumi. Dengan luas permukaan mencapai 165.250.000 km², samudra ini memiliki dimensi yang mengagumkan, dengan panjang sekitar 15.500 km yang membentang dari Laut Bering di Arktik hingga batasan es di Laut Ross di Antartika di selatan. Samudra Pasifik mencapai lebar timur-barat terbesarnya pada sekitar 5 derajat U garis lintang, membentang sekitar 19.800 km dari Indonesia hingga pesisir Kolombia. Sebagai referensi, batas sebelah barat samudra ini berada di sekitaran Selat Malaka.

Salah satu fitur geografis paling menarik dari Samudra Pasifik adalah Palung Mariana, titik terendah permukaan Bumi yang terletak di dalam samudra ini. Dari perspektif geografis, samudra ini terletak di antara benua Asia dan Australia di sebelah barat, Amerika di sebelah timur, Antartika di sebelah selatan, dan Samudra Arktik di sebelah utara.

Samudra Pasifik tidak hanya merupakan cakupan luas air, tetapi juga rumah bagi sekitar 25.000 kepulauan, jumlah yang lebih besar dari total kepulauan di samudra lain jika digabungkan. Kepulauan ini mayoritas terletak di selatan khatulistiwa, menambah kekayaan biologis dan budaya dari wilayah-wilayah yang berbatasan dengan samudra ini.

Di sepanjang batasannya yang ireguler, Samudra Pasifik berbagi perbatasan dengan banyak lautan dan laut kecil, seperti Laut Sulawesi, Laut Koral, Laut Tiongkok Timur, Laut Jepang, Laut Tiongkok Selatan, Laut Sulu, Laut Tasman, dan Laut Kuning. Selat Malaka dan Selat Magelhaens adalah dua saluran penting yang menghubungkan Samudra Pasifik dengan Samudra Hindia di sebelah barat dan Samudra Atlantik di sebelah timur, memberikan akses strategis ke wilayah-wilayah ini sepanjang sejarah pelayaran dan perdagangan dunia.

Menariknya, nama "Samudra Pasifik" diberikan oleh penjelajah Portugis Fernando de Magelhaens, yang merasakan ketenangan samudra ini selama perjalanannya dari Selat Magelhaens menuju Filipina. Namun, meskipun dikenal sebagai Lautan Teduh, Samudra Pasifik tidaklah selalu tenang. Wilayah ini sering mengalami gempa bumi, badai, dan angin puyuh yang dapat merusak pulau-pulau di sekitarnya. Tsunami juga merupakan ancaman yang serius, terutama setelah gempa bumi di dasar laut yang sering terjadi di wilayah ini.

Dari segi administratif, Samudra Pasifik dibagi menjadi dua bagian, yakni Samudra Pasifik Utara dan Selatan, mengingat luasnya yang luar biasa dan pentingnya dalam konteks geopolitik dan ekologis global.

 

Karakteristik Samudra Pasifik

Samudra Pasifik adalah salah satu samudra yang paling menakjubkan dalam hal karakteristiknya yang unik dan penting dalam ekologi global. Salah satu ciri khasnya adalah memiliki titik terendah yang sangat dalam di dasar Palung Mariana, mencapai kedalaman sekitar -10.924 meter atau setara dengan -35.840 kaki. Sementara itu, titik tertingginya adalah pada permukaan laut yang merupakan titik nol meter.

Salah satu hal yang membuat Samudra Pasifik begitu menonjol adalah luasnya yang sangat besar, menjadikannya samudra terluas di dunia. Ini memiliki dampak signifikan terhadap iklim global karena peranannya dalam mengatur suhu dan pola angin di seluruh planet.

Dalam hal geologi, Samudra Pasifik memiliki karakteristik khusus sebagai daerah divergensi, di mana lempeng-lempeng samudra bergerak menjauh satu sama lain. Hal ini menghasilkan banyak gunung-gunung laut yang menarik di dasar samudra ini. Selain itu, Samudra Pasifik juga dikenal sebagai pusat gempa yang signifikan, terutama bagi wilayah Jepang dan pantai barat benua Amerika. Fenomena ini terjadi karena aktivitas tektonik yang intens di sepanjang cincin api Pasifik.

Perairan Samudra Pasifik juga dikenal dengan adanya arus panas Kuroshio dan arus dingin Oyashio. Arus Kuroshio membawa air hangat dari selatan ke utara Jepang, sementara arus Oyashio membawa air dingin dari utara ke selatan. Kedua arus ini memiliki dampak yang signifikan pada iklim regional di sekitar samudra ini.

Selain itu, Samudra Pasifik juga menjadi tempat di mana fenomena iklim global seperti El Nino dan La Nina terjadi. El Nino terjadi ketika suhu permukaan laut di Samudra Pasifik tengah dan timur lebih hangat dari biasanya, sementara La Nina terjadi ketika suhu laut di wilayah yang sama lebih dingin dari biasanya. Kedua fenomena ini memiliki efek yang luas pada cuaca dan iklim di berbagai belahan dunia.

Dengan berbagai ciri khasnya yang mencakup aspek geologi, iklim, dan perairan, Samudra Pasifik memainkan peran penting dalam dinamika bumi dan ekologi global, serta memiliki dampak yang signifikan terhadap kehidupan manusia di berbagai wilayah.

Sejarah Geologi Pembentukan Samudra Pasifik

Sejarah geologi Pembentukan Samudra Pasifik berasal dari sebuah epik dalam evolusi bumi yang memadukan perubahan besar dalam geologi, paleogeografi, dan dinamika lempeng tektonik. Awal mula Samudra Pasifik dapat ditelusuri kembali ke Superlautan Panthalassa, yang mendominasi permukaan bumi pada akhir Prakambrium, sekitar 540 juta tahun yang lalu. Pada periode ini, bumi mengalami perubahan yang signifikan, termasuk pembentukan Superbenua Pannotia, yang kemudian terpecah dan membentuk berbagai samudra, termasuk Panthalassa.

Ketika Superbenua Pannotia terpecah, sekitar 540 juta tahun yang lalu, Samudra Panthalassa mulai memperluas cakupannya. Hal ini menyebabkan Samudra Panthalassa mencakup luasnya Samudra Pan-Afrika dan Mirovoi yang merupakan samudra-samudra pendahulunya. Perluasan ini terus berlanjut hingga pembentukan Pangea, suatu periode yang menjadi puncak dari Superbenua dalam sejarah bumi, pada periode Mesozoikum. Pada masa ini, Panthalassa menjadi Superlautan yang hampir mencakup 70% permukaan bumi.

Perkembangan selanjutnya terjadi pada awal periode Jurassik, di mana Pangea mulai terfragmentasi. Ini mengarah pada penyusutan Samudra Panthalassa dan pembentukan lempeng tektonik Samudra Pasifik sekitar 200 juta tahun yang lalu. Proses ini dipicu oleh pergerakan lempeng tektonik yang disebabkan oleh konveksi mantel bumi. Pembentukan lempeng-lempeng samudra ini secara langsung memengaruhi sejarah geodinamika bumi sekitar Pangea.

Perpecahan ini akhirnya membentuk dua benua besar, Laurasia dan Gondwana, sekitar 140 juta tahun yang lalu. Samudra Atlantik juga terbentuk pada periode ini, yang menjadi tahap awal dari pemisahan benua-benua. Pada era Senozoikum, Superlautan Panthalassa secara gradual bubar, dan sisa-sisa samudranya tersebar di seluruh samudra di dunia. Meskipun sebagian besar Panthalassa saat ini terdiri dari Samudra Pasifik, yang mencakup lebih dari 40% dari luas Superlautan tersebut, penting untuk diingat bahwa Panthalassa pada masa lalu adalah samudra yang sangat besar, menggambarkan pentingnya perubahan geologi dan dinamika lempeng tektonik dalam sejarah evolusi bumi.

Karena Samudra Pasifik berasal dari Panthalassa, kadang-kadang disebut juga sebagai Samudra Paleo-Pasifik atau Proto-Pasifik, mencerminkan peran pentingnya dalam pembentukan dan perkembangan samudra-samudra di bumi.

 
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya