Rumah Adat Betawi, Mengenal Sejarah, Ciri Khas dan Filosofi di Dalamnya

Sejarah, ciri, jenis, fungsi dan filosofi yang terdapat dalam bangunan rumah adat Betawi

oleh Woro Anjar Verianty diperbarui 31 Mei 2024, 17:30 WIB
Diterbitkan 31 Mei 2024, 17:30 WIB
rumah kabaya
Rumah adat Betawi diberi nama dengan Rumah Kebaya karena atapnya yang berlipat menyerupai kebaya

Liputan6.com, Jakarta Rumah adat Betawi merupakan salah satu warisan budaya yang kaya akan sejarah dan makna di Jakarta. Bangunan-bangunan ini tidak hanya menjadi penanda keberagaman suku di kawasan tersebut, tetapi juga mencerminkan toleransi tinggi masyarakat Betawi terhadap perbedaan. Melalui rumah adat Betawi, kita dapat mengenal lebih dalam tentang sejarah panjangnya yang mencakup berbagai pengaruh budaya dari berbagai suku di Indonesia.

Fungsi rumah adat Betawi juga sangat menarik untuk dijelajahi. Selain sebagai tempat tinggal, rumah adat ini seringkali menjadi pusat kegiatan budaya dan ritual masyarakat Betawi. Setiap detail bangunannya juga mengandung makna filosofis yang dalam, mencerminkan nilai-nilai dan kearifan lokal yang terus dijunjung tinggi oleh generasi Betawi masa kini.

Namun, keunikan dan keberagaman rumah adat Betawi tidak hanya terletak pada sejarah dan fungsi bangunannya. Makna simbolis yang terkandung di setiap elemen arsitektur rumah adat ini juga menjadi bagian yang menarik untuk dipelajari lebih dalam. Dari atap hingga tata letak ruangan, setiap bagian rumah adat Betawi mengandung cerita dan nilai-nilai yang memperkaya pemahaman kita akan kekayaan budaya Jakarta.

Untuk lebih jelasnya, berikut ini telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber sejarah, ciri, jenis, fungsi dan filosofi yang terdapat  dalam bangunan rumah adat Betawi, pada Jumat (31/5).

Sejarah Rumah Adat Betawi

Melihat Progres Pembangunan Rumah Betawi di Setu Babakan
Pemandangan proyek pembangunan Perkampungan Budaya Betawi di tengah Setu Babakan, Jakarta, Kamis (3/1). Kawasan tersebut nantinya akan dihiasi dengan berbagai bangunan bertema Betawi. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Sejarah Rumah Adat Betawi adalah cerminan dari perjalanan panjang masyarakat Betawi dan sejarah Kota Jakarta yang kaya akan pengaruh budaya dari berbagai suku di Indonesia. Etnis Betawi sendiri berasal dari kata "Batavia," julukan yang digunakan untuk kota Jakarta pada masa lampau. 

Perjalanan sejarah mereka terungkap lebih jelas pada sensus penduduk tahun 1930 yang dilakukan oleh kolonial Belanda, di mana keberadaan masyarakat Betawi baru diketahui secara resmi. Pada waktu itu, Betawi menjadi etnis tersendiri yang mendiami Batavia, yang kemudian menjadi Jakarta.

Menariknya, masyarakat Betawi merupakan hasil akulturasi budaya dari berbagai suku yang bermukim di daerah Batavia. Suku-suku seperti Jawa, Bali, Makassar, Sunda, dan lainnya didatangkan oleh pemerintah Belanda, yang pada akhirnya melalui pernikahan antar suku tersebut, mereka menjadi masyarakat beretnis Betawi yang unik.

Rumah adat Betawi menjadi cerminan yang menarik dari akulturasi budaya ini. Bangunan rumah adat Betawi dipengaruhi oleh beragam budaya, baik lokal maupun internasional. Dari segi arsitektur, rumah Betawi memiliki kesamaan dengan rumah Joglo khas Jawa Tengah, namun juga mengadopsi ciri-ciri rumah panggung Sunda. 

Di sisi lain, budaya internasional juga turut memengaruhi desain rumah adat Betawi, terutama dalam ornamen dan hiasan yang digunakan. Pintu dan jendela rumah adat Betawi seringkali mengadopsi motif dan gaya dari budaya Arab, Eropa, dan China, menciptakan kesan harmoni antara lokalitas dan globalitas dalam satu bangunan.

Jadi, rumah adat Betawi tidak hanya menjadi tempat tinggal atau simbol keberagaman, tetapi juga merupakan cerminan sejarah panjang dan akulturasi budaya yang unik dari masyarakat Betawi dan sejarah Jakarta sebagai ibu kota yang multikultural.

 

Macam-macam Rumah Adat Betawi

Melihat Progres Pembangunan Rumah Betawi di Setu Babakan
Pekerja menyelesaikan proyek pembangunan Perkampungan Budaya Betawi di tengah Setu Babakan, Jakarta, Kamis (3/1). Kawasan tersebut nantinya akan dihiasi dengan berbagai bangunan bertema Betawi. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Macam-macam Rumah Adat Betawi mencerminkan keragaman budaya dan kehidupan masyarakat yang kaya di daerah Betawi. Meskipun secara resmi hanya rumah Kebaya yang tercatat sebagai rumah adat Betawi, namun ada beberapa jenis rumah lain yang turut menjadi bagian dari kebudayaan yang dilestarikan oleh penduduk setempat.

1. Rumah Kebaya

Rumah Kebaya menjadi salah satu simbol penting dalam keberagaman rumah adat Betawi. Nama "Kebaya" diambil dari bentuk atapnya yang mirip dengan lipatan kain kebaya. Di samping bentuknya yang unik, rumah Kebaya juga memiliki aturan tersendiri dalam pembagian ruang. Biasanya, ruang publik seperti teras dan ruang tamu diletakkan di bagian depan rumah, sementara ruang pribadi seperti kamar tidur, dapur, dan pekarangan ada di bagian belakang. Rumah Kebaya juga sering memiliki kamar khusus untuk tamu, yang disebut paseban, yang dihias dengan indah sebagai tanda penghormatan terhadap tamu yang datang.

2. Rumah Gudang

Rumah Gudang adalah jenis rumah adat Betawi yang banyak ditemui di daerah pedalaman. Rumah ini memiliki bentuk memanjang dan atap yang dilengkapi dengan ornamen tradisional seperti jurai dan perisai. Struktur atapnya yang khas menjadikan rumah Gudang mudah dikenali. Meskipun tidak tercatat secara resmi, keberadaan rumah Gudang turut berpengaruh terhadap kebudayaan masyarakat setempat, terutama di daerah pedalaman.

3. Rumah Panggung

Rumah Panggung adalah rumah adat Betawi yang biasanya ditemui di daerah pesisir pantai. Rumah ini dibangun tinggi sebagai bentuk adaptasi terhadap lingkungan sekitar, terutama pasang surut air laut. Material utama yang digunakan adalah kayu, yang mudah dibentuk dan ditemukan pada masa lalu. Ornamen-ornamen yang digunakan pada rumah panggung sering kali mengadopsi motif geometris khas Betawi, seperti persegi dan lingkaran.

4. Rumah Joglo

Selain dikenal sebagai rumah adat Jawa, rumah Joglo juga diakui sebagai bagian dari rumah adat Betawi. Rumah Joglo Betawi memiliki ciri khas atap seperti perahu terbalik, berbeda dengan atap trapesium pada Joglo Jawa. Pembagian ruangan rumah Joglo Betawi juga terstruktur dengan baik, dimulai dari ruang depan untuk menerima tamu, ruang tengah untuk keluarga dan kamar tidur, hingga ruang belakang untuk kamar mandi dan dapur. Keberadaan rumah Joglo Betawi sering menjadi simbol status sosial tinggi dan kekayaan, mengingat arsitektur dan material yang digunakan cenderung lebih mahal dan eksklusif.

Dengan berbagai macam rumah adat Betawi yang ada, terlihatlah kekayaan budaya dan sejarah yang terus dilestarikan oleh masyarakat Betawi sebagai bagian dari identitas dan kebanggaan mereka.

 

 

Ciri Khas Rumah Adat Betawi

Rumah adat Betawi memiliki beberapa ciri khas yang menunjukkan keunikan budaya dan filosofi yang dimiliki oleh masyarakat Betawi. Berikut ini adalah beberapa ciri khas atau keunikan rumah Betawi yang membedakannya dengan rumah adat dari daerah lain:

1. Tidak memiliki kamar mandi yang digabung dengan bangunan utama

Salah satu keunikan rumah adat Betawi adalah tidak adanya kamar mandi yang bersatu dengan bangunan utama. Hal ini didasarkan pada prinsip-prinsip kebersihan, di mana semua kotoran diharapkan dihindarkan dari bangunan utama sebagai simbol kesucian lahir dan batin. Oleh karena itu, kamar mandi biasanya ditempatkan di belakang rumah terpisah dari bangunan utama.

2. Menggunakan ukiran dan ornamen yang mempunyai makna

Rumah adat Betawi dipenuhi dengan ukiran dan ornamen yang tidak hanya sebagai hiasan tetapi juga mengandung makna filosofis yang dalam. Contohnya, ukiran bunga melati melambangkan keharuman hati pemilik rumah, sementara ukiran bunga matahari menggambarkan inspirasi bagi warga sekitar. Ada pula ukiran gunungan atau tumpal yang menjadi lambang kekuatan alam dan ornamen gigi balang yang menggambarkan kejujuran, ketekunan, dan kesabaran.

3. Memiliki pagar rendah dengan teras yang luas

Rumah Betawi seringkali memiliki teras yang luas, dilengkapi dengan amben atau tempat duduk untuk menjamu tamu yang datang. Pagar rumah biasanya dibuat rendah dengan maksud menciptakan batasan antara dunia luar dan rumah, serta memberikan kesan terbuka dan ramah terhadap tamu baru. Pintu masuk ke rumah juga memiliki arti, di mana tamu diharapkan masuk melalui pintu depan dengan adab yang baik sebagai bentuk penghormatan.

Keunikan-keunikan ini tidak hanya sebagai bagian dari arsitektur fisik rumah Betawi, tetapi juga sebagai simbol dari nilai-nilai budaya, spiritualitas, dan kebijaksanaan yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Betawi. Dengan memahami ciri khas ini, kita dapat lebih menghargai dan memahami kekayaan budaya yang dimiliki oleh masyarakat Betawi.

Makna Filosofi dalam Rumah Adat Betawi

Rumah Adat Betawi tidak hanya sebuah bangunan fisik, melainkan juga mengandung makna filosofis yang dalam, mencerminkan nilai-nilai dan kearifan lokal yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Betawi. Salah satu ciri khas yang mencolok pada rumah Betawi adalah terasnya yang luas. Terdapat makna filosofis yang mendalam terkait dengan luasnya teras ini, yang bukan hanya sekadar sebagai area publik untuk menerima tamu, tetapi juga sebagai tempat untuk berkumpul bersantai dengan anggota keluarga.

Keberadaan teras yang luas dalam rumah adat Betawi mencerminkan perbedaan dengan rumah-rumah modern, di mana ruang keluarga biasanya terletak di dalam rumah. Teras yang luas memberikan kenyamanan bagi penghuninya untuk bersenda gurau dan bercengkrama bersama, menciptakan suasana yang hangat dan akrab. Kursi bale-bale yang terbuat dari berbagai bahan seperti rotan, bambu, atau kayu jati, yang dikenal sebagai amben, sering ditempatkan di teras. Selain itu, penggunaan gejogan sebagai lantai teras menunjukkan penghormatan terhadap tamu yang datang ke rumah.

Pentingnya teras dalam rumah adat Betawi juga tercermin dalam simbolisme gejogan yang dihubungkan dengan tangga masuk rumah yang disebut balaksuji. Hal ini menandakan adanya penghormatan dan keterbukaan terhadap kedatangan tamu, yang sejalan dengan nilai-nilai pluralisme dan keberagaman yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Betawi. Sejarah percampuran suku yang berbeda-beda dalam masyarakat Betawi juga turut memperkaya keberagaman budaya dan pemahaman akan toleransi antar suku dan agama.

Tidak hanya teras, pagar yang dibangun di bagian depan rumah Betawi juga memiliki makna filosofis tersendiri. Pagar ini diartikan sebagai penghalang terhadap hal-hal negatif dari luar yang dapat masuk ke dalam rumah, menciptakan aura positif di dalam rumah. Tradisi membuat sumur di bagian depan rumah dan tempat pemakaman di sebelah rumah juga menjadi bagian dari kearifan lokal masyarakat Betawi, mencerminkan kedalaman nilai-nilai spiritual dan hubungan yang erat dengan alam sekitar.

Pembagian ruang di dalam rumah adat Betawi juga memiliki makna filosofis yang dalam. Misalnya, teras depan sebagai tempat untuk menerima tamu yang selalu dirawat dengan baik sebagai bentuk penghormatan. Paseban sebagai kamar khusus untuk tamu yang menginap, yang juga sering digunakan sebagai tempat ibadah. Pangkeng sebagai tempat berkumpul keluarga yang menjadi pusat interaksi sosial. Ruang tidur yang luas untuk pemilik rumah, mencerminkan kedudukan dan kehormatan. Srondoyan atau dapur sebagai tempat memasak dan makan, yang juga menjadi pusat kegiatan sehari-hari keluarga Betawi.

Dengan demikian, rumah adat Betawi bukan hanya sebuah struktur fisik, tetapi juga sarat dengan makna filosofis yang mencerminkan nilai-nilai budaya, spiritualitas, dan keterbukaan terhadap perbedaan yang menjadi bagian integral dari identitas dan kebanggaan masyarakat Betawi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya