Nilai Tukar Mata Uang Indonesia Terhadap Mata Uang Asing pada Juni 2024

Rupiah sebagai mata uang Indonesia memainkan peran penting dalam menggerakkan roda ekonomi negara ini, dengan Bank Indonesia yang terus memantau dan mengelola kestabilan nilai tukarnya demi kesejahteraan ekonomi masyarakat.

oleh Fitriyani Puspa Samodra diperbarui 04 Jun 2024, 10:15 WIB
Diterbitkan 04 Jun 2024, 10:15 WIB
Ilustrasi Pantau Rupiah (2)
Ilustrasi Pantau Rupiah (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Liputan6.com, Jakarta Mata uang Indonesia, Rupiah (IDR), merupakan simbol kekuatan ekonomi dan stabilitas moneter negara. Bank Indonesia bertanggung jawab penuh atas penerbitan dan pengendalian Rupiah, menjadikannya mata uang resmi yang diakui secara hukum di seluruh Indonesia. Kode resmi IDR dan simbol Rp adalah bagian dari identitasnya yang mengakar kuat dalam transaksi sehari-hari.

Informasi terkini seputar nilai tukar mata uang Indonesia menjadi perhatian penting bagi masyarakat, yang dapat diakses melalui berbagai sumber seperti koran, internet, dan aplikasi online. Hal ini penting karena nilai tukar yang berfluktuasi mempengaruhi daya beli dan kestabilan ekonomi secara keseluruhan.

Rupiah sebagai mata uang Indonesia memainkan peran penting dalam menggerakkan roda ekonomi negara ini, dengan Bank Indonesia yang terus memantau dan mengelola kestabilan nilai tukarnya demi kesejahteraan ekonomi masyarakat. Berikut nilai tukar mata uang Indonesia terhadap mata uang asing pada awal Juni 2024 yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Selasa (4/6/2024).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Nilai Tukar Mata uang Indonesia terhadap Mata Uang Asing Pada 4 Juni 2024

Ilustrasi Nilai Tukar Rupiah
Ilustrasi Nilai Tukar Rupiah (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Dalam analisis nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing pada tanggal 4 Juni 2024, dapat dilihat bahwa USD/IDR memiliki nilai tukar sebesar 16,196, mengalami penurunan sebesar 29 poin atau 0.18% dari nilai penutupan sebelumnya yang berada di 16,225. Rentang nilai tukar USD/IDR pada hari itu berada di antara 16,195 hingga 16,198.

Jika kita melihat perbandingan nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing lainnya, terlihat bahwa penurunan nilai tukar Rupiah juga terjadi terhadap SGD (Singapore Dollar), JPY (Japanese Yen), EUR (Euro), GBP (British Pound), dan AUD (Australian Dollar). Hal ini mencerminkan kondisi pasar valuta asing pada hari itu di mana Rupiah melemah terhadap sebagian besar mata uang utama.

Meskipun demikian, terdapat beberapa mata uang yang mengalami penguatan terhadap USD, seperti CNY (Chinese Yuan) dan JPY (Japanese Yen), namun perubahan tersebut relatif kecil.

Pada keseluruhan, data nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing pada tanggal tersebut menunjukkan adanya pergerakan turun, yang dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi dan geopolitik baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Hal ini menunjukkan pentingnya pemantauan terhadap nilai tukar Rupiah bagi pelaku bisnis dan investor yang terlibat dalam transaksi lintas negara.


Kenapa Nilai Mata Uang Indonesia Terus Melemah?

banner Nilai Tukar Rupiah
Ilustrasi Nilai Tukar Rupiah (Liputan6.com/Trie Yas)

Nilai Rupiah yang cenderung melemah dapat dipahami dari beberapa faktor yang mempengaruhinya. Pertama-tama, situasi ekonomi global yang tidak stabil, terutama disebabkan oleh konflik geopolitik yang terus berlanjut, seperti yang terjadi antara Russia dan Ukraina serta ketegangan di Timur Tengah. Konflik semacam ini menciptakan ketidakpastian dan volatilitas di pasar keuangan global, yang cenderung memicu sentimen negatif dan mengurangi kepercayaan investor terhadap mata uang negara-negara berkembang, termasuk Rupiah.

Kedua, kebijakan moneter Bank Sentral Amerika Serikat (AS) juga memiliki dampak signifikan. Kebijakan yang agresif atau perubahan suku bunga oleh Bank Sentral AS dapat mempengaruhi aliran modal global dan mengarahkan investasi ke mata uang safe haven seperti Dolar AS. Hal ini membuat mata uang negara-negara Asia, termasuk Rupiah, mengalami depresiasi karena investor cenderung mencari perlindungan di mata uang yang dianggap lebih stabil.

Selain itu, pelemahan nilai tukar Rupiah juga terjadi akibat tekanan eksternal yang menguatkan Dolar AS, sehingga nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS mengalami penurunan signifikan. Faktor-faktor seperti ini menyebabkan Rupiah terus mengalami tekanan dan terdepresiasi dalam kurun waktu tertentu, seperti yang terjadi pada kuartal pertama tahun 2024 di mana Rupiah melemah sekitar 2,6 persen.

Dalam konteks yang lebih luas, pelemahan nilai Rupiah tidak terjadi secara terisolasi, melainkan merupakan bagian dari dinamika global yang dipengaruhi oleh kebijakan ekonomi dan politik dari berbagai negara besar. Bank Indonesia berupaya untuk menjaga stabilitas nilai Rupiah agar dapat mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, namun tantangan eksternal yang kompleks seringkali menjadi faktor dominan dalam penentuan arah nilai tukar Rupiah.


Kebijakan Fed dan Bank Indonesia

Ilustrasi Bank Indonesia (2)
Ilustrasi Bank Indonesia

The Fed memutuskan untuk mempertahankan tingkat suku bunga acuan pada level 5,25-5,5 persen dalam rapat FOMC pada 1 Mei 2024. Keputusan ini didasarkan pada tingkat inflasi AS yang masih tinggi, yakni sekitar 3,4 persen pada April 2024, melebihi target The Fed sebesar 2 persen. 

Dengan demikian, penurunan suku bunga masih memerlukan waktu tambahan. Meskipun demikian, ada harapan bahwa kebijakan dovish dari The Fed bisa memberikan sentimen positif terhadap nilai Rupiah dan menahan aliran keluar dana investor asing dari pasar modal Indonesia.

Bank Indonesia juga mengambil langkah konsisten dengan mempertahankan BI-Rate pada level 6,25 persen dalam RDG Bank Indonesia pada 21-22 Mei 2024. Keputusan ini sejalan dengan kebijakan moneter pro-stability Bank Indonesia untuk menjaga inflasi tetap terkendali di kisaran 2,5Âħ1 persen dan mendorong efektivitas dalam menjaga aliran modal asing serta stabilitas nilai Rupiah.

 Peningkatan BI-Rate sebelumnya pada April 2024 bertujuan untuk mengantisipasi meningkatnya yield US Treasury dan risiko global, menjaga daya tarik imbal hasil, serta mendukung stabilitas nilai Rupiah. Dampak dari kebijakan moneter Bank Indonesia terlihat positif dalam jangka pendek, terutama terhadap stabilitas nilai Rupiah. Pada Mei 2024, Rupiah mengalami apresiasi sekitar 1,41 persen terhadap Dolar AS. Selain itu, inflasi IHK tetap terjaga pada level 3 persen, sesuai dengan target yang ditetapkan.

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya