Liputan6.com, Jakarta Salmonella merupakan salah satu bakteri patogen yang paling dikenal dan ditakuti di dunia kesehatan masyarakat. Bakteri yang termasuk dalam genus salmonella ini, telah lama menjadi penyebab utama penyakit bawaan makanan di seluruh dunia. Dengan kemampuannya untuk bertahan hidup dan berkembang biak dalam berbagai kondisi lingkungan, salmonella menjadi ancaman serius bagi keamanan pangan dan kesehatan manusia.
Infeksi yang disebabkan oleh bakteri ini dikenal sebagai salmonellosis, di mana bisa menyebabkan berbagai gejala mulai dari gangguan pencernaan ringan, hingga komplikasi yang mengancam jiwa. Keberadaan salmonella dalam rantai makanan sering kali terkait dengan praktik penanganan dan pengolahan makanan yang tidak higienis. Bakteri ini umumnya ditemukan pada produk hewani mentah seperti telur, daging unggas dan daging sapi, tetapi juga dapat mengontaminasi buah-buahan dan sayuran melalui kontak dengan kotoran hewan atau air yang tercemar.
Kemampuan salmonella untuk bertahan pada permukaan yang kering selama beberapa minggu, dan resistensinya terhadap berbagai kondisi lingkungan, membuat upaya pencegahan dan kontrol menjadi tantangan tersendiri bagi industri pangan dan otoritas kesehatan publik. Dari peternakan hingga meja makan, praktik higienis yang ketat, pengolahan makanan yang tepat, dan edukasi konsumen menjadi kunci dalam mengurangi risiko kontaminasi dan penyebaran bakteri ini.Â
Advertisement
Berikut ini penyebab dan faktor risiko bakteri salmonella yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Jumat (9/8/2024).Â
Â
Salmonella dan Gejala yang Ditimbulkannya
Salmonella adalah sekelompok bakteri yang menjadi penyebab utama infeksi saluran pencernaan, yang dapat dengan mudah menyebar melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi. Infeksi yang disebabkan oleh bakteri ini dikenal sebagai salmonelosis, sering kali menimbulkan gejala yang cukup parah, seperti sakit perut yang hebat, demam tinggi, diare berkepanjangan, serta kram perut yang menyakitkan.
Gejala-gejala ini bisa berlangsung selama beberapa hari dan dapat sangat mengganggu aktivitas sehari-hari. Bahkan dalam kasus yang lebih parah, infeksi ini dapat menyebabkan komplikasi serius yang memerlukan penanganan medis segera.
Salmonella dapat ditemukan pada berbagai jenis makanan yang kita konsumsi sehari-hari, terutama pada produk hewani yang kurang matang seperti daging sapi, daging ayam, makanan laut, susu, dan telur. Selain itu, buah-buahan dan sayuran yang tidak dicuci dengan bersih sebelum dikonsumsi juga bisa menjadi sumber kontaminasi.
Bakteri ini dapat dengan mudah mengontaminasi makanan melalui berbagai jalur, mulai dari proses pengolahan yang tidak higienis, lingkungan dengan sanitasi yang buruk, hingga air minum yang tercemar. Ketika makanan atau minuman yang terkontaminasi ini dikonsumsi, bakteri Salmonella akan masuk ke dalam saluran pencernaan dan mulai berkembang biak, menyebabkan gangguan pencernaan yang dapat berakibat fatal jika tidak segera ditangani.
Bakteri Salmonella juga memiliki kemampuan untuk bertahan hidup dalam kondisi yang cukup ekstrem, yang membuatnya sulit untuk dikendalikan. Mereka dapat bertahan di lingkungan dengan sanitasi yang buruk dan dapat menyebar dengan cepat melalui air atau kontak dengan hewan yang terinfeksi. Misalnya, tempat pembuangan limbah yang tidak layak atau kurang terjaga kebersihannya bisa menjadi sarang bagi bakteri ini.
Hewan peliharaan, seperti ayam, kucing, atau anjing, yang terinfeksi Salmonella juga bisa menjadi sumber penularan, terutama melalui feses atau bulunya yang mungkin terkontaminasi. Oleh karena itu, menjaga kebersihan lingkungan sekitar dan memastikan bahwa makanan dimasak dengan sempurna menjadi langkah penting dalam mencegah penyebaran infeksi ini.
Advertisement
Penyebab Infeksi Salmonella
Bakteri Salmonella sering ditemukan pada berbagai jenis makanan dan minuman yang tidak diproses atau ditangani dengan benar, serta pada produk yang tidak memenuhi standar kebersihan yang memadai. Beberapa jenis makanan yang umumnya menjadi sumber infeksi meliputi:
1. Daging dari sumber hewani, seperti daging sapi, ayam broiler, dan makanan laut yang tidak dimasak dengan sempurna, merupakan salah satu sumber utama infeksi Salmonella. Konsumsi daging mentah atau setengah matang dapat menjadi sarana masuknya bakteri ini ke dalam saluran pencernaan. Oleh karena itu, penting untuk memastikan bahwa daging dimasak hingga matang secara menyeluruh, sehingga bakteri Salmonella yang mungkin ada dalam makanan tersebut dapat dibunuh.
2. Susu dan produk susu yang tidak melalui proses pasteurisasi berisiko tinggi mengandung bakteri Salmonella. Pasteurisasi adalah metode pemanasan yang bertujuan untuk membunuh patogen, termasuk Salmonella, sehingga produk susu yang dipasteurisasi lebih aman untuk dikonsumsi. Susu mentah atau produk susu yang tidak dipasteurisasi dapat menjadi media penularan bakteri ini jika dikonsumsi tanpa pengolahan yang tepat.
3. Telur yang belum dimasak dengan sempurna atau dimasak setengah matang juga dapat mengandung Salmonella. Untuk mencegah infeksi, sangat penting untuk memastikan bahwa telur dimasak hingga mencapai suhu internal yang cukup tinggi untuk membunuh bakteri yang mungkin ada.
4. Buah-buahan dan sayuran yang tidak dicuci dengan bersih sebelum dikonsumsi, dapat menjadi sumber bakteri Salmonella. Kontaminasi dapat terjadi pada saat penanganan atau dari air yang digunakan untuk mencuci makanan. Mencuci buah dan sayur dengan air bersih sebelum dikonsumsi adalah langkah penting, untuk mengurangi risiko kontaminasi.
5. Penggunaan air yang tercemar untuk mencuci bahan makanan dapat menyebabkan kontaminasi bakteri. Oleh karena itu, selalu menggunakan air bersih dan memastikan kebersihan dalam proses pencucian makanan adalah cara efektif untuk mencegah infeksi.
6. Makanan olahan, seperti nugget, sosis, dan produk makanan lainnya, juga dapat terkontaminasi Salmonella jika tidak diproses atau dimasak dengan benar. Memastikan bahwa makanan olahan dimasak hingga mencapai suhu yang aman dapat membantu mengurangi risiko infeksi.
7. Selain dari konsumsi makanan dan minuman yang terkontaminasi, infeksi Salmonella juga dapat ditularkan melalui kontak langsung dengan hewan peliharaan. Hewan-hewan tertentu, seperti iguana, anak ayam, anak burung, dan kura-kura, dapat membawa bakteri Salmonella di kulit, feses, atau bulu mereka. Kontak fisik seperti memegang, memeluk, atau mencium hewan-hewan tersebut dapat menyebabkan bakteri Salmonella berpindah ke manusia.Â
Faktor Risiko Infeksi Salmonella
Meski siapa pun dapat terinfeksi oleh bakteri ini, terdapat beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami infeksi Salmonella. Memahami faktor-faktor ini penting untuk mengadopsi langkah-langkah pencegahan yang tepat. Berikut adalah beberapa faktor risiko utama yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi Salmonella:
Usia
Anak-anak di bawah usia 5 tahun dan orang dewasa yang berusia di atas 65 tahun, termasuk dalam kelompok usia yang lebih rentan terhadap infeksi Salmonella. Sistem kekebalan tubuh pada balita dan lansia cenderung kurang efektif dalam menangani patogen, membuat mereka lebih mudah terpapar dan mengalami gejala infeksi yang lebih serius.
Kondisi Kesehatan yang Menyebabkan Imunitas Melemah
Individu dengan sistem kekebalan tubuh yang melemah memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terkena infeksi Salmonella. Kondisi medis tertentu, seperti diabetes, penyakit ginjal kronis, dan HIV/AIDS, dapat mempengaruhi daya tahan tubuh. Selain itu, penggunaan obat-obatan imunosupresif seperti kortikosteroid dan obat-obatan untuk kemoterapi juga dapat menurunkan kemampuan tubuh dalam melawan infeksi.
Sanitasi Lingkungan yang Buruk
Tinggal di lingkungan dengan sanitasi yang buruk atau fasilitas pembuangan limbah yang tidak memadai dapat meningkatkan risiko terpapar bakteri Salmonella. Lingkungan yang tidak bersih dapat menyediakan tempat berkembang biak bagi bakteri dan meningkatkan kemungkinan kontaminasi makanan dan air.
Konsumsi Obat-obatan Tertentu
Beberapa jenis obat-obatan, seperti antibiotik, antasida, dan kortikosteroid, dapat mempengaruhi keseimbangan mikrobiota usus dan daya tahan tubuh terhadap infeksi. Penggunaan obat-obatan ini dapat membuat seseorang lebih rentan terhadap infeksi Salmonella dengan mengganggu mekanisme pertahanan alami tubuh.
Penyakit Radang Usus
Orang yang menderita penyakit radang usus, seperti penyakit Crohn atau kolitis ulserativa, memiliki risiko lebih tinggi terkena infeksi Salmonella. Kondisi radang usus dapat merusak lapisan pelindung usus dan mempengaruhi kemampuan tubuh untuk melawan patogen, meningkatkan kemungkinan infeksi.
Hewan Peliharaan
Memiliki hewan peliharaan, seperti anjing, kucing, atau reptil, dapat meningkatkan risiko infeksi Salmonella. Hewan peliharaan, terutama yang sering bersentuhan dengan feses atau memiliki kebiasaan kebersihan yang kurang baik, dapat menjadi reservoir bakteri Salmonella. Kontak langsung dengan hewan-hewan tersebut tanpa menjaga kebersihan dapat menyebabkan penularan bakteri.
Kebiasaan Konsumsi Makanan dan Minuman
Makanan dan minuman yang tidak diolah dengan baik atau tidak memenuhi standar kebersihan dapat menjadi sumber infeksi Salmonella. Konsumsi daging, susu, atau produk olahan yang tidak dimasak hingga matang dapat membawa risiko. Selain itu, kebiasaan makan makanan mentah atau setengah matang serta tidak mencuci buah dan sayur dengan bersih dapat meningkatkan risiko infeksi.
Advertisement