Liputan6.com, Jakarta Guru kerap disebut pahlawan tanpa tanda jasa. Tak heran jika kebaikan yang diajarkan guru bisa menular ke murid. Saat proses belajar mengajar, saling memberi hadiah jadi hal wajar. Namun insiden yang dialami seorang Kepala Sekolah TK ini justru sebaliknya.
Seorang kepala sekolah TK di Chongqing, Tiongkok barat daya, dipecat setelah menerima sekotak kecil cokelat seharga 6.16 yuan atau Rp 13 ribu dari muridnya. Kasus ini terjadi pada September tahun lalu di Taman Kanak-kanak Sanxia. Pemecatan Wang, kepala sekolah tersebut, memicu perdebatan hangat di kalangan masyarakat. Pengalaman apes Wang menjadi viral di media sosial dan menarik perhatian warganet.
Baca Juga
Wang yang dipecat karena dianggap melanggar aturan gratifikasi, berencana mengambil langkah hukum terhadap sekolahnya. Dalam rekaman CCTV, terlihat jelas seorang murid memberikan hadiah berupa cokelat kepada Wang saat berada di dalam kelas. Namun pihak sekolah menilai tindakan tersebut sebagai pelanggaran aturan Kementerian Pendidikan yang melarang guru menerima hadiah dari murid atau orang tua.
Advertisement
Meski hadiah tersebut bernilai sangat kecil, sekolah tetap bersikukuh memecat Wang dengan alasan melanggar regulasi. Kejadian aneh ini kemudian membuat banyak orang bertanya-tanya. Berikut Liputan6.com merangkum kisah selengkapnya melasir dari South China Morning Post, Selasa (10//2024).
Kepala Sekolah TK Ajukan Banding
Wang, kepala Taman Kanak-kanak Sanxia, tak tinggal diam setelah dipecat karena menerima hadiah cokelat dari muridnya. Melansir dari Radio Nasional Tiongkok, Wang mengajukan banding ke Pengadilan Rakyat Distrik Jiulongpo. Ia menyatakan bahwa hadiah tersebut adalah bentuk kasih sayang dan rasa hormat dari muridnya.
Pihak sekolah berdalih bahwa menerima hadiah, termasuk cokelat, melanggar aturan Kementerian Pendidikan yang melarang gratifikasi dalam bentuk apapun. Wang menilai pemecatan ini berlebihan, terlebih cokelat tersebut hanya bernilai Rp 13 ribu. Di pengadilan, Wang mengklaim tindakan sekolah tidak adil dan merugikan karirnya sebagai pendidik.
Setelah sidang pertama, pengadilan akhirnya memutuskan bahwa pemecatan Wang tidak sah. Cokelat yang diterima Wang dianggap sebagai ungkapan rasa syukur dari murid, bukan gratifikasi yang melanggar hukum. Meski begitu, pihak sekolah tetap mengajukan banding atas keputusan tersebut.
Advertisement
Dipecat Secara Ilegal
Pemecatan Wang dinyatakan ilegal oleh Pengadilan Rakyat Distrik Jiulongpo setelah mendengar kasus tersebut. Melansir dari sumber lokal, pengadilan menilai tindakan Wang menerima cokelat dari muridnya bukanlah pelanggaran yang serius. Kasus sekolah yang memberhentikan kepala sekolah secara sepihak ini pun mendapat sorotan luas.
Pengadilan menegaskan bahwa hadiah yang diterima Wang hanyalah ungkapan kasih sayang, bukan gratifikasi yang melanggar aturan. Nilai cokelat yang kecil menjadi salah satu alasan penting dalam putusan pengadilan. Pihak sekolah, yang tetap merasa benar, terus mempertahankan argumennya bahwa tindakan Wang merugikan citra taman kanak-kanak.
Meski begitu, pengadilan memutuskan untuk memberikan kompensasi kepada Wang atas pemecatan sepihak tersebut. Pengadilan juga menekankan pentingnya memahami konteks dalam setiap kasus, agar kejadian viral seperti ini tidak terjadi lagi di masa depan.
Dikecam Warganet
Keputusan memecat Wang karena cokelat seharga Rp 13 ribu menuai banyak kecaman dari warganet. Melansir dari Douyin, kasus ini mendapat perhatian besar dengan jutaan tampilan dan ribuan komentar. Banyak yang menganggap pemecatan tersebut terlalu berlebihan, bahkan terkesan aneh.
Beberapa pengguna media sosial mempertanyakan logika di balik kebijakan sekolah yang terlalu kaku. Mereka menilai bahwa Wang hanya melakukan tindakan penuh kasih sayang kepada muridnya. Warganet mengungkapkan bahwa hadiah cokelat yang diterima Wang tidak semestinya dianggap sebagai pelanggaran serius.
Kasus pemecatan sepihak ini terus menjadi perbincangan hangat, baik di media sosial maupun di kalangan masyarakat luas. Banyak yang menyuarakan dukungannya agar aturan mengenai gratifikasi di lingkungan pendidikan lebih diperjelas dan tidak merugikan guru.
Advertisement