Viral Minum Teh Buat Anak Anemia, Ini Fakta Penting yang Harus Diketahui

Fakta-fakta tentang konsumsi teh

oleh Woro Anjar Verianty diperbarui 11 Okt 2024, 08:00 WIB
Diterbitkan 11 Okt 2024, 08:00 WIB
Teh hijau
Ilustrasi teh hijau yang bagus untuk hilangkan bekas jerawat. (unsplash.com/Rawpixel).

Liputan6.com, Jakarta Akhir-akhir ini, media sosial dihebohkan oleh viral informasi tentang bahaya minum teh bagi anak-anak, khususnya balita. Unggahan yang beredar menyebutkan bahwa minum teh dapat menghambat penyerapan zat besi pada anak, yang berpotensi memicu anemia. Hal ini tentu mengejutkan banyak orang tua, mengingat kebiasaan minum teh sudah menjadi bagian dari budaya di banyak keluarga Indonesia.

Minum teh memang telah lama dianggap sebagai kebiasaan yang menyehatkan, dengan berbagai manfaat yang sering dibicarakan untuk orang dewasa. Namun, ketika berbicara tentang anak-anak, terutama balita, ternyata ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Viral ini membuat banyak orang tua mempertanyakan kembali kebiasaan minum teh dalam keluarga mereka, terutama terkait dengan konsumsi teh oleh anak-anak.

Meski demikian, penting untuk memahami bahwa minum teh tidak serta-merta harus dihindari sepenuhnya. Ada banyak faktor yang perlu dipertimbangkan, termasuk jenis teh, waktu konsumsi, dan kebutuhan gizi individu anak. Dalam artikel ini, kita akan mengulas fakta-fakta penting seputar minum teh dan hubungannya dengan anemia pada anak, sehingga orang tua dapat membuat keputusan yang tepat untuk kesehatan buah hati mereka.

Lebih lengkapnya, berikut ini telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber fakta-fakta tentang konsumsi teh, pada Kamis (10/10).

Hubungan Antara Teh dan Penyerapan Zat Besi

[Fimela] teh chamomile
ilustrasi teh chamomile | pexels.com/@mareefe

Salah satu inti dari viral yang beredar adalah klaim bahwa minum teh dapat menghambat penyerapan zat besi. Faktanya, hal ini memang benar dan didukung oleh bukti ilmiah. Teh mengandung senyawa yang disebut tanin, yang memiliki kemampuan untuk mengikat mineral, termasuk zat besi.

Ketika tanin dalam teh mengikat zat besi, terutama zat besi non-heme yang banyak ditemukan dalam sumber makanan nabati, penyerapannya oleh tubuh menjadi terhambat. Sebuah penelitian bahkan menunjukkan bahwa konsumsi teh bersamaan dengan makanan dapat mengurangi penyerapan zat besi hingga 62 persen.

Hal ini menjadi perhatian khusus untuk anak-anak, terutama balita, yang sedang dalam masa pertumbuhan pesat dan membutuhkan asupan zat besi yang optimal. Zat besi sangat penting untuk perkembangan otak, sistem kekebalan tubuh, dan pembentukan sel darah merah. Kekurangan zat besi pada anak dapat menyebabkan anemia, yang berdampak pada pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif mereka.

Namun, penting untuk dicatat bahwa efek penghambatan ini terutama signifikan jika teh dikonsumsi bersamaan dengan makanan atau dalam jangka waktu yang berdekatan dengan waktu makan. Konsumsi teh beberapa jam setelah makan atau di luar waktu makan utama memiliki dampak yang jauh lebih kecil terhadap penyerapan zat besi.

Kandungan Kafein dan Efeknya pada Anak

Selain tanin, teh juga mengandung kafein, meskipun dalam jumlah yang lebih rendah dibandingkan kopi. Kafein adalah stimulan yang dapat mempengaruhi sistem saraf pusat, dan efeknya pada anak-anak bisa lebih kuat dibandingkan pada orang dewasa.

Konsumsi kafein pada anak dapat menyebabkan beberapa efek samping, termasuk:

  • Peningkatan kecemasan dan gelisah
  • Gangguan tidur atau kesulitan tidur
  • Peningkatan detak jantung
  • Sakit kepala
  • Masalah pencernaan seperti mual atau sakit perut

Meskipun tidak ada batasan resmi untuk konsumsi kafein pada anak-anak, para ahli umumnya merekomendasikan untuk membatasi atau menghindari kafein pada anak-anak di bawah usia 12 tahun. Untuk anak yang lebih besar, jika memang mengonsumsi teh, sebaiknya dibatasi tidak lebih dari satu cangkir kecil per hari.

Perlu diingat bahwa setiap anak memiliki sensitivitas yang berbeda terhadap kafein. Beberapa anak mungkin menunjukkan efek stimulan bahkan dengan jumlah kafein yang sangat kecil, sementara yang lain mungkin lebih toleran.

Teh dan Risiko Dehidrasi pada Anak

Aspek lain yang perlu diperhatikan terkait konsumsi teh pada anak adalah sifat diuretiknya. Kafein dalam teh memiliki efek diuretik ringan, yang berarti dapat meningkatkan produksi urin dan frekuensi buang air kecil.

Meskipun efek diuretik teh relatif ringan dan umumnya tidak menyebabkan dehidrasi pada orang dewasa yang terbiasa minum teh, situasinya bisa berbeda untuk anak-anak. Anak-anak, terutama balita, lebih rentan terhadap dehidrasi karena beberapa alasan:

  • Mereka memiliki luas permukaan tubuh yang lebih besar dibandingkan dengan volume tubuhnya, sehingga lebih cepat kehilangan cairan.
  • Sistem pengaturan suhu tubuh mereka belum sepenuhnya berkembang, sehingga mereka lebih mudah mengalami kelebihan panas yang dapat menyebabkan kehilangan cairan lebih cepat.
  • Anak-anak sering lupa untuk minum air secara teratur.

Oleh karena itu, jika anak-anak mengonsumsi teh, terutama dalam jumlah yang signifikan, penting untuk memastikan mereka juga mengonsumsi cukup air putih untuk mencegah risiko dehidrasi.

Alternatif dan Rekomendasi untuk Konsumsi Teh pada Anak

Meskipun ada beberapa risiko potensial terkait konsumsi teh pada anak, ini tidak berarti bahwa teh harus dihindari sepenuhnya. Berikut beberapa rekomendasi dan alternatif yang dapat dipertimbangkan:

a. Waktu Konsumsi:

Jika ingin memberikan teh pada anak, sebaiknya diberikan 1-2 jam setelah makan, bukan bersamaan dengan makanan. Ini akan membantu mengurangi interferensi dengan penyerapan zat besi.

b. Jenis Teh:

Pilih teh herbal yang tidak mengandung kafein, seperti teh chamomile atau teh peppermint. Teh herbal ini umumnya lebih aman untuk anak-anak dan tidak mengganggu penyerapan zat besi.

c. Pembatasan Jumlah:

Jika memberikan teh hitam atau teh hijau, batasi jumlahnya tidak lebih dari satu cangkir kecil per hari untuk anak-anak di atas 12 tahun. Untuk anak di bawah 12 tahun, sebaiknya hindari teh yang mengandung kafein.

d. Alternatif Minuman:

Sebagai pengganti teh, berikan anak air putih, jus buah segar (tanpa gula tambahan), atau susu sesuai usia mereka.

e. Perhatikan Gizi Seimbang:

Pastikan anak mendapatkan makanan yang kaya zat besi, seperti daging merah, ayam, ikan, sayuran hijau, dan kacang-kacangan. Kombinasikan dengan makanan yang kaya vitamin C untuk meningkatkan penyerapan zat besi.

f. Konsultasi dengan Ahli Gizi:

Jika ada kekhawatiran tentang asupan zat besi atau risiko anemia pada anak, konsultasikan dengan ahli gizi atau dokter anak untuk mendapatkan saran yang lebih personal dan sesuai dengan kondisi anak.

Viral tentang bahaya minum teh bagi anak dan hubungannya dengan anemia memang memiliki dasar ilmiah. Namun, seperti banyak hal dalam nutrisi, konteksnya sangat penting. Minum teh dalam jumlah moderat dan pada waktu yang tepat umumnya tidak berbahaya bagi anak-anak yang lebih besar dan remaja.

Yang terpenting adalah memastikan anak mendapatkan gizi seimbang, cukup zat besi dari sumber makanan yang beragam, dan hidrasi yang adekuat. Orang tua tidak perlu panik dan sepenuhnya menghindari teh, tetapi harus bijak dalam memberikannya, terutama untuk anak-anak yang lebih kecil.

Selalu ingat bahwa setiap anak unik, dan apa yang cocok untuk satu anak mungkin tidak cocok untuk yang lain. Jika ada keraguan atau kekhawatiran spesifik tentang konsumsi teh atau status gizi anak, selalu lebih baik untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya